Sejak dulu Sahara selalu ingin pergi ke pantai bersama dengan Daffa, tapi pria itu tidak pernah meluangkan waktunya dia tetap sibuk dengan urusan kantor dan malah sering pergi ke luar kota meninggalkannya dengan Tania. Namun, hari ini kebahagiaan yang Sahara rasakan benar-benar tidak terbendung dia sangat senang bahkan keinginan yang kini tercapai itu melebihi harapannya, bukan hanya dengan Daddy nya melainkan bersama dengan Mommy nya.
Untuk pertama kalinya Sahara merasakan hangatnya sebuah keluarga.
Memasuki area pantai senyum Sahara semakin mengembang dia tidak sabar untuk segera bermain di sana dan ketika Daffa selesai memarkirkan mobilnya dengan tidak sabaran Sahara menarik tangan Fahisa dengan penuh semangat. Senyum Daffa terukir melihat kebahagiaan anaknya dia senang karena akhirnya dapat memberikan sebuah keluarga yang utuh kepada Sahara, keluarga yang juga selalu dia harapkan kehadirannya.
"Liatt mommy ramai banget yang datang." Seru Sahara
Tertawa kecil Daffa berjalan cepat untuk mensejajarkan langkahnya dengan langkah Sahara yang sudah lebih dulu meninggalkannya. Meraih tangan anaknya Daffa menggenggam tangan kiri Sahara yang menganggur membuat anak itu mendongak dan menatapnya dengan senyuman.
"Daddy Ara mau topi seperti itu." Kata Sahara saat melihat beberapa toko yang menjual topi pantai dan barang-barang lainnya
"Oke, apa Ara mau kaca mata hitamnya juga?" Tanya Daffa yang langsung di angguki dengan penuh semangat oleh Sahara
Mereka pergi ke salah satu toko dan membiarkan Sahara memilih topi yang diinginkannya. Sedangkan Daffa dia tiba-tiba tertarik akan sesuatu yang membuat tangannya mengambil suatu barang.
"Mau pakai ini?" Tanya Daffa kepada Fahisa
Belum sempat menjawab Fahisa sedikit tersentak ketika suaminya itu memakaikan topi pantai seperti yang Sahara minta, tapi dengan ukuran yang lebih besar.
"Tidak mau seperti anak kecil." Tolak Fahisa
Tapi, belum sempat melepasnya Sahara datang dan berseru senang saat melihat Fahisa yang juga memakai topi sepertinya.
"Mommy juga pakai, kita kembaran." Katanya senang
Pada akhirnya Fahisa hanya tersenyum dan membiarkan topi itu melingkari kepalanya membuat anak dan ayah itu tersenyum senang. Melanjutkan perjalanan mereka bertiga menyusuri pantai berjalan di pinggir dengan Sahara yang sesekali menarik Fahisa agar mau bermain air dengannya.
"Ara jangan lari-lari nanti jatuh!" Seru Fahisa saat melihat anaknya itu berlari dengan penuh semangat di pinggir pantai sambil sesekali memutar tubuhnya
"Biarkan saja Fahisa dia sedang bahagia." Kata Daffa saat melihat ketakutan istrinya
"Tapi tetap aja gak boleh lari-lari seperti itu nanti dia bisa tersandung atau menabrak orang." Tegas Fahisa
Tidak lama setelah kata itu keluar Sahara benar-benar terjatuh karena terlalu aktif dia berlari tanpa memperhatikan jalan sampai akhirnya jatuh dan hal itu membuat Fahisa segera menghampiri anaknya yang ngeyel itu.
"Lihat kan jatuh! Mommy sudah bilang jangan lari-lari, apa sakit?" Tanya Fahisa
Bukannya menjawab Sahara malah mengarahkan tangannya yang berlumur pasir ke pipi Fahisa mengusapnya di sana hingga membuat pipi itu kotor. Melihat Fahisa yang terkejut membuat Sahara tertawa kecil dia menepuk-nepuk pasir di tempatnya terjatuh.
"Tidak sakit sama sekali mommy pasirnya empuk lihat tuhh." Kata Sahara membuat Daffa ikut tertawa mendengarnya
"Mommy sangat lebay." Katanya membuat Fahisa membulatkan matanya terkejut
Dari mana anak ini belajar kata seperti itu?
"Ara, siapa yang mengajari kamu kata-kata seperti itu?" Tanya Fahisa sambil memicingkan matanya
Dia curiga pada satu orang.
"Tentu saja Daddy Ara selalu belajar sama Daddy." Jawab Sahara dengan penuh keyakinan
Fahisa menggelengkan kepalanya pelan, suaminya itu sudah jarang meluangkan waktu sekalinya punya waktu malah mengajari anaknya kata-kata seperti itu.
"Sudah Fahisa dia tidak papa, lebih baik kita makan ice cream saja." Tawar Daffa yang langsung disauti dengan semangat oleh Sahara
"Ayo Daddy." Seru Sahara yang merentangkan tangannya meminta untuk di gendong
Melarang Fahisa yang hendak menggendong Sahara lebih dulu Daffa membawa anak itu ke dalam gendongannya lalu menggunakan tangannya yang lain untuk menggenggam tangan Fahisa. Mereka bertiga berjalan di pinggir pantai dan di perhatikan oleh beberapa pasang mata yang fokus kepada seorang suami yang tengah menggendong anaknya dan menggenggam tangan istrinya.
Sangat manis sekali.
¤¤¤¤
Menghabiskan waktu hampir seharian di pantai selama perjalanan pulang Sahara yang kelelahan tertidur pulas di pangkuan Fahisa. Saat di pantai tadi Sahara memang sangat aktif dan tidak mau diam sampai beberapa kali tersungkur, tapi seolah tidak kapok anak itu tetap melakukan apa yang di inginkannya bermain pasir, berlarian, dan menjahili kedua orang tuanya.
"Ara sangat lelah ini pertama kalinya dia bermain seharian." Kata Daffa yang tetap fokus kepada jalanan
Fahisa mengusap sayang rambut Sahara dia tau apa yang anak itu rasakan, kebahagiaan ketika akhirnya bisa menghabiskan harinya bersama keluarga yang selama ini diharapkannya.
"Selama ini aku memang kurang memperhatikan Sahara. Anak itu memang sudah berkali-kali meminta untuk di ajak ke pantai, tapi aku selalu nolak," Aku Daffa membuat Fahisa menoleh ke arahnya
"Setiap kali dia meminta hal itu aku malah menghindar dan memilih pergi ke luar kota bukan karena tidak ingin, tapi karena aku takut akan pertanyaan yang sering Sahara ajukan setiap kali kami melihat sebuah keluarga yang harmonis,"
Daffa tersenyum pahit ketika mengingatnya. Dia jujur dia memang bukan tidak sayang kepada Sahara, tapi dia hanya menghindari pertanyaan yang pasti anaknya itu ajukan. Pertanyaan yang Daffa tidak punya jawabannya.
"Dia selalu tanya begini 'Daddy kenapa Ara tidak punya mommy? Kenapa kita hanya berdua? Ara mau kayak mereka juga' anak itu selalu bertanya dengan wajah polosnya aku jadi tidak tega." Kata Daffa
Fahisa tersenyum penuh arti dia bahagia jika kehadirannya sekarang mampu membawa kebahagiaan kepada Sahara. Namun, perkataan suaminya barusan telah membuatnya sesak dia sedih membayangkannya pasti Daffa kesulitan mencari jawaban yang akan dimengerti dan tidak menyakiti Sahara.
"Ara tidak akan kesepian lagi sekarang jangan khawatir, aku gak akan pernah ninggalin Sahara." Kata Fahisa sambil menicum puncak kepala Sahara
Tersenyum manis Daffa memperhatikan istrinya yang sangat perhatian kepada anaknya, dia tidak menyangka jika Fahisa akan sangat menyayangi Sahara. Beberapa kali Daffa pernah dekat dengan wanita, tapi mereka hanya mau dirinya tanpa Sahara wanita-wanita itu tidak pernah memperhatikan Sahara dan malah cenderung mengabaikan anaknya.
"Mau tau apa yang akan buat Sahara tidak kesepian selain kehadiran kamu?" Tanya Daffa
Dia berniat menggoda istrinya sekarang, seharian ini baru pagi tadi Daffa mengganggunya dan rasanya ada yang kurang dia ingin melihat wajah merah Fahisa.
"Apa? Mainan? Teman?" Tanya Fahisa
"Adik"
Fahisa membulatkan matanya dan refleks menoleh ke arah Daffa yang tetap fokus kedepan, tapi dengan senyuman menggoda.
"Sahara butuh seorang adik"
Dan Fahisa hanya bisa mengalihkan pandangannya dengan wajah merona membuat Daffa tertawa bahagia ketika melihatnya.
"Kamu lucu Fahisa, jangan takut saya tidak akan memulai kalau kamu memang belum siap." Kata Daffa yang malah semakin membuatnya malu
"Kenapa malah membahas ini?" Cicit Fahisa
"Baiklah kita ganti topik, bagaimana kalau besok kamu ikut aku ke kantor?" Tawar Daffa
"Untuk apa? Aku tidak punya kepentingan apapun disana." Kata Fahisa
Daffa menoleh sesaat lalu tersenyum manis.
"Untuk mengenalkan istri cantikku ini kepada mereka"
¤¤¤¤
Sepanjang malam yang di lakukan Daffa adalah memandangi wajah istrinya yang sedang tertidur, dia perhatikan wajah cantik dan lugu Fahisa dengan senyuman. Semua yang terjadi hari ini semakin membuatnya yakin akan pilihannya untuk menikahi Fahisa.
Mereka bahkan belum terlalu dekat ketika Daffa melamarnya, saat itu dia dapat melihat bagaimana bingung dan malunya Fahisa. Masih teringat dengan jelas di ingatan Daffa malam itu, minggu malam di restoran milik sepupunya. Dia melamar Fahisa dengan segenap keyakinannya.
"Fahisa saya tau ini terlalu cepat, tapi maukah kamu menjadi bagian dari keluarga kecil saya dan Sahara? Maukah kamu menikah dengan saya?"
Daffa tidak pernah senekat itu bahkan untuk melamar Renata dulu dia butuh bertahun-tahun untuk meyakinkan dirinya, tapi untuk Fahisa dia hanya perlu waktu enam bulan. Awalnya semua karena Sahara dia menikahi Fahisa karena ingin anaknya memiliki sosok seorang Ibu.
Namun, lama kelamaan seiring berjalannya waktu persiapan pernikahan mereka dimana keduanya jadi lebih sering bertemu dan menghabiskan waktu Daffa menjadi benar-benar menginginkan pernikahan ini. Tidak, bukan hanya untuk Sahara melainkan juga untuk dirinya sendiri.
Senyumnya mengembang ketika memgingat itu semua dan dengan perlahan Daffa memeluk Fahisa membuat istrinya itu sedikit terusik dalam tidurnya, tapi dia tidak sampai terbangun. Kesadaran Daffa memudar seiring berjalannya waktu dia ikut tertidur dan pergi ke alam mimpi dalam pelukan Fahisa.
Dia akan selalu menjaga Fahisa disisinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kerennnnnnn👍👍👍👍👍👍👍
2021-05-25
0
tanpanama
aku gk tau kalau ada cerita tentang mommy daddy devano dan devina, karna waktu itu aku langsung baca 'My Posesif Twins'
2020-11-05
10
Triya Wahyuni
lanjuttt 😉tapi disini ceritanya daffa sebagai ceo lebih cepat untuk mengenalkan istrinya dengan teman2 kantornya ....mungkin untuk menghindari kecemburuan sosial x ye ...hhhh
2020-05-05
0