Rasanya Fahisa mau menghilang saja dari muka bumi. Dia malu sekali ketika mengingat apa yang tadi dia dan Daffa lakukan, berciuman hingga membuatnya nyaris pingsan jika Fahisa tidak memukul-mukul dada suaminya meminta dia untuk berhenti mungkin sekarang dia sudah tidak sadarkan diri.
Suaminya itu juga sangat menyebalkan dia terus saja menggodanya dan melarang Fahisa untuk turun dari ranjangnya. Daffa masih setia memeluknya dan sesekali menciumi lehernya, suaminya itu sama sekali tidak mengerti jika dia gugup.
"Mas udah geli tauu." Protes Fahisa sambil berusaha melepaskan diri, tapi Daffa malah semakin mengeratkan pelukannya dan memainkan hidungnya di leher Fahisa
"Udah ahh aku lapar kita makan aja yuk." Ajak Fahisa lagi
"Nanti Fahisa lima menit lagi aku masih betah seperti ini." Kata Daffa membuat Fahisa menghela nafasnya pelan
Tangan Fahisa terulur untuk mengelus rambut suaminya dengan lembut membuat Daffa memejamkan wajahnya menikmati usapan yang diberikan istrinya. Sudah lama sekali dia tidak bermanja-manja seperti ini dan saat ini Daffa benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
"Aku kan sudah bilang kalau aku ini manja seperti Sahara." Kata Daffa sambil mengeratkan pelukannya
"Kamu bahkan lebih manja dari Sahara." Canda Fahisa yang sudah mulai terbiasa dengan suasana
Saat sedang asik memeluk tubuh Fahisa tiba-tiba saja perutnya berbunyi. Sial dia lapar sekarang, tapi dia masih betah berada di pelukan Fahisa.
"Kamu lapar biar aku siapkan makanan, aku juga lapar." Kata Fahisa
Akhirnya mau tidak mau Daffa melepaskan pelukannya membuat Fahisa akhirnya bisa bernafas dengan normal. Tersenyum manis Fahisa mencium pipi Daffa singkat sebelum beranjak dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya ke dapur.
"Aku sayang kamu Fahisa, sungguh."
¤¤¤¤
Sekitar kurang lebih setengah jam Fahisa sudah selesai memasak semur ayam dan sekarang dia sedang menata meja makan seperti yang biasa Ibunya lakukan. Setelah selesai Fahisa memanggil suaminya yang masih berada di kamar kemudian keduanya berjalan bersama menuju ruang makan dengan Daffa yang merangkul pinggang ramping Fahisa.
"Mami bilang akan mengantar Ara sekitar jam delapan malam." Kata Daffa
"Pasti Sahara terus merengek sama Mami." Ujar Fahisa
"Mami sudah biasa Fahisa, biasanya setiap kali aku harus keluar kota Ara selalu bersama Mami." Kata Daffa membuat Fahisa mengangguk faham
Ada rasa kasihan ketika tau bahwa selama ini Sahara sangatlah kekurangan kasih sayang kedua orang tuanya. Memang Daffa sangat perhatian dia juga selalu memenuhi keinginan Sahara, tapi tetap saja waktu mereka bersama sangat terbatas mengingat Daffa yang merupakan seorang pimpinan perusahaan.
"Ada masalah Fahisa?" Tanya Daffa ketika melihat istrinya yang tampak sedang memikirkan sesuatu
Fahisa menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak ada ayo kita makan"
Seperti hal yang biasa Ibunya lakukan kali ini Fahisa juga melakukan hal yang sama dia menyiapkan makanan untuk Daffa mengambilkan nasi dan juga sayur yang sudah ia masak. Sekali lagi Daffa tersenyum rasanya benar-benar membahagiakan biasanya dia selalu makan sendirian atau bersama Sahara, tidak ada yang menyiapkan makanannya seperti sekarang malah biasanya dia yang selalu menyiapkan makanan untuk Sahara.
"Terima kasih Fahisa." Kata Daffa tulus
"Kamu harus mencobanya dulu, apa makanannya enak atau tidak?" Kata Fahisa
Daffa mengangguk lalu mulai menyendokkan semur ayam yang sudah Fahisa masak itu kedalam mulutnya. Rasanya sangat pas hampir mirip seperti masakan Maminya, meskipun rasanya tidak terlalu sama.
"Bagaimana?" Tanya Fahisa penasaran
"Sangat enak." Kata Daffa sambil mengacungkan jempolnya
Binar di mata Fahisa nampak dan senyumnya pun mengembang dengan lebar membuat lesung pipit itu begitu terlihat.
"Aku memang pandai memasak ternyata." Kata Fahisa sambil menunjukkan cengirannya
¤¤¤¤
Tanpa terasa langit mulai menggelap menandakan jika malam akan segera tiba. Di ruang tengah sepasang suami istri itu sedang menonton film bersama dengan saling berpelukan. Iya, mereka adalah Daffa dan Fahisa setelah menyantap makanan mereka berdua menghabiskan waktu dengan menonton film sambil sesekali berbincang tentang banyak hal.
Selama berjam-jam Daffa enggan melepaskan atau merenggangkan pelukannya sebaliknya dia malah sering mengeratkan pelukannya. Entahlah, Daffa hanya merindukan bermanja-manja dengan orang yang disayanginya.
"Dulu Ara sering merengek dia bilang dia iri dengan teman-temannya yang selalu pergi ke sekolah bersama Ibu mereka, dia bilang dia juga mau seperti itu." Cerita Daffa
Mereka berdua sekarang bahkan mengabaikan film yang masih berjalan itu.
"Waktu itu dia pernah bilang kalau dia ketemu seseorang yang dia panggil dengan sebutan mommy dan dia terus merengek meminta aku untuk ketemu sama kamu." Lanjut Daffa
Fahisa tersenyum penuh arti, pasti sulit bagi Daffa untuk membesarkan anaknya tanpa seorang istri apalagi jika harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan seorang anak kecil.
"Saat ketemu kamu rasanya berbeda Fahisa ketika melihat kamu yang dengan telaten merawat Ara ketika dia tiba-tiba demam aku merasa bahagia, aku berfikir jika kamu mungkin akan mau memberikan Ara kasih sayang seorang Ibu,"
Daffa mencium sekilas bibir Fahisa membuat ia tersentak kaget karena Daffa yang sedang bercerita tiba-tiba malah menciumnya.
"Dan aku benar kamu memang memberikan kebahagiaan terbesar bagi Ara dan aku, kehadiran kamu membuat kami berdua merasakan kembali arti sebuah keluarga yang sesungguhnya." Kata Daffa mengakhiri perkataannya
Fahisa memeluk suaminya erat ketika dia sudah selesai berbicara. Obrolan yang mereka lakukan adalah obrolan terserius kedua yang pernah mereka lakukan, setelah pembahasan pernikahan.
"Terima kasih Fahisa karena sudah hadir dalam kehidupanku." Kata Daffa
Fahisa mendongak dan mata mereka bersitatap saling memuja satu sama lain. Tanpa ada yang meminta dan entah siapa yang memulai di tengah bisingnya film yang masih berputar wajah mereka saling mendekat hingga hidung mereka saling bersentuhan.
Tapi, ketika hanya tinggal sedikit lagi Fahisa menahan diri karena teringat satu hal.
"Nanti Ara pulang." Cicit Fahisa
Dia tidak mau dilihat karena jika sampai itu terjadi dia bisa pingsan seketika karena malu.
"Masih jam tujuh Mami bilang akan mengantar sekitar pukul delapan." Kata Daffa
Dia tidak bisa menunda lagi dan tanpa menunggu persetujuan dari Fahisa dia kembali mendekatkan wajahnya lalu mencium lembut bibir Fahisa bergerak pelan di bibir manis yang membuatnya candu itu. Tidak bisa berbohong Fahisa merasa terbuai dan dia mulai memejamkan matanya bahkan dia tetap diam ketika Daffa membawa tangannya untuk melingkari leher pria itu.
Tangan pria itu pun sama kedua tangannya melingkar di tengkuk Fahisa membawanya lebih dekat. Merasa terengah Daffa menghentikan aktifitasnya dan kembali menatap Fahisa sambil tersenyum.
"Lakukan seperti apa yang aku lakukan Fahisa." Kaya Daffa
Sebelum menunggu Fahisa bersuara Daffa kembali membungkam istrinya itu dengan ciumannya. Mereka terlalu larut dalam aktifitasnya hingga tidak menyadari jika putri kecil mereka bersama Tania baru saja memasuki rumah.
"Mommyyyy"
Seruan itu memudar ketika Tania dengan segera menutup mata Sahara dan seruan itu juga membuat Daffa langsung menjauhkan diri. Dia dapat melihat wajah memerah istrinya beruntungnya saat ini tubuhnya menutupi tubuh Fahisa.
"Aku...Aku...Aku akan ke kamar mandi." Kata Fahisa sambil berlari menuju kamar mandi yang ada di dapur
Bukan malu, Daffa malah terkekeh pelan melihat tingkah Fahisa dan di tempatnya Tania tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum ketika melihat binar kebahagiaan di mata anaknya.
"Omaa kenapa mata Ara di tutup? Ara mau ketemu mommy!" Protes Sahara yang membuat Daffa menoleh
Tersenyum canggung Daffa merapihkan rambutnya menggunakan tangan lalu berjalan menghampiri anak kesayangannya. Dia berlutut di depan Sahara dan membawa anak itu kedalam gendongannya.
"Mana mommy?" Tanya Sahara
"Kenapa hanya mencari mommy? Tidak rindu dengan daddy?" Tanya Daffa dengan nada yang di buat seolah sedang kesal
Sahara menggelengkan kepalanya, "Tidak, Ara maunya sama mommy!"
"Mommy sedang di kamar mandi sayang." Jelas Daffa
Sahara mengangguk faham lalu gadis kecil itu mencubiti pipi Daffa dengan cukup kuat, anaknya sedang menjahilinya. Saat tengah asik memainkan pipi Daffa tiba-tiba mata anak itu menangkap sosok Fahisa yang baru keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih rapih.
"Daddy turun." Pinta Sahara
Setelah di turunkan Sahara langsung berlari menghampiri Fahisa yang dengan cepat langsung Fahisa bawa kedalam gendongannya. Di tempatnya Daffa dan Tania tersenyum dengan penuh kebahagiaan.
"Terima kasih sudah menjaga Ara Mi." Kata Daffa
Saat ini mereka sudah berkumpul di ruang tamu dan sedari tadi yang Fahisa lakukan adalah menghindari tatapan Ibu mertuanya dan juga suaminya dia mencoba menyibukkan diri dengan Sahara bahkan wajahnya masih memerah sampai sekarang. Ibu dan anak itu hanya bisa menahan tawanya ketika melihat bagaimana canggung dan malunya Fahisa bahkan wanita itu terus mengalihkan pandangannya dengan wajah yang merona.
"Sepertinya kami datang di waktu yang salah." Goda Tania
"Tidak Mi..."
Perkataannya terputus ketika Daffa mengatakan hal yang membuatnya melotot.
"Iya Mami mengganggu aktifitas kami." Kata Daffa bercanda
"Bukankah Fahisa sangat lucu Daffa? Coba lihat mata bulat dan wajah memerah itu." Kata Tania menggoda menantunya
"Mamii jangan begitu." Rengek Fahisa yang wajahnya semakin merona karena malu
"Dia sangat menggemaskan Mi aku jadi tidak tahan untuk tidak menciumnya." Kata Daffa yang membuat Fahisa menatapnya semakin tajam
Bagaimana mungkin suaminya bisa sesantai itu?
"Bagaimana rencana bulan madu kalian?" Tanya Tania
Haruskah membahas ini sekarang? Fahisa benar-benar sedang menahan malu rasanya dia mau menghilang saja apalagi ketika di kamar mandi tadi rambutnya yang berantakan, bajunya yang cukup kusut, dan bibirnya yang sedikit sakit. Dia malu sekali.
"Setelah dua hari Mi sekarang masih weekend Mami tau sendiri akan sulit untuk meninggalkan Sahara, dia sangat sulit di bohongi." Kata Daffa
Tania mengagguk setuju lalu tatapannya kembali kepada Fahisa dia tersenyum geli, menyenangkan sekali menggoda menantunya yang mudah merona ini.
Dan ide lain muncul di otak Tania.
"Ara"
Sahara yang berada di pangkuan Fahisa menoleh.
"Iya Oma?" Tanya Sahara
"Ara mau punya adik?" Tanya Tania yang kali ini malah membuat Daffa juga ikut merasa salah tingkah
"Mau, nanti kan mommy sama daddy bakal buat adik untuk Ara"
Dan Fahisa benar-benar ingin menghilang saja dari muka bumi, dia malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Jngn sampe fahisa kecewa Daffa
2021-05-25
1
𝑨𝒓𝒚𝒏_𝑫𝒊𝒂𝒏
oke
2021-03-17
0
Triya Wahyuni
hhhhhhhh.......uculnya
2020-05-05
2