Flashback On
"Halo siapkan mobil saya sekarang juga!"
Menutup panggilan ditelpon dengan wajah cemasnya pria itu keluar dari ruang kerjanya dan bergegas turun, barusan salah satu guru di Tama Kanak-Kanak tempat anaknya bersekolah menghubunginya dan mengatakan jika anaknya tiba-tiba demam tinggi. Guru itu juga mengatakan jika berkali-kali anaknya bergumam memanggil dirinya dan dia bilang karena demam anaknya belum juga turun mereka memutuskan untuk membawanya ke klinik terdekat.
Memasuki lift Daffa Berlian Wijaya masih belum tenang juga dia sangat gelisah bahkan meskipun dia tau bawa ada guru yang menjaga anaknya, tapi tetap saja dia khawatir dia tau betul sifat anaknya yang manja dan rewel. Setelah keluar dari lift Daffa berlari dan segera masuk kedalam mobilnya membuat beberapa karyawan melihat ke arahnya dengan penuh tanda tanya.
Memacu mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi membuat Daffa hanya butuh waktu lima belas menit untuk sampai. Setelah memakirkan mobilnya Daffa turun dan kembali berlari untuk menemui anaknya.
Ceklek
Daffa membuka ruangan tempat anaknya berada yang sebelumnya sudah diberi tau oleh guru yang menjaga Sahara, anak perempuannya. Bersamaan dengan dirinya yang masuk seorang wanita yang masih muda dengan seragam gurunya menoleh dan menatap ke arahnya, dia manis.
"Bapak orang tua Sahara? Tadi saat istirahat tiba-tiba dia demam tinggi badannya sampai menggigil jadi kami putuskan untuk membawa Sahara ke klinik." Jelas wanita itu sambil berjalan meghampiri Daffa
Daffa berdeham pelan, "Terima kasih banyak, apa dia sudah diperiksa?"
Fahisa, wanita itu mengangguk dengan cepat.
"Sudah Pak katanya Sahara hanya demam biasa dia sudah disuntik dan diberi obat penurun demam." Kata Fahisa
"Daddy"
Gumaman itu membuat Daffa langsung menghampiri Sahara yang sedang menutup matanya. Ada selimut tebal yang menyelimuti anaknya, tapi keringat didahi Sahara bercucuran.
"Ara"
Panggilan itu membuat Sahara membuka matanya dengan perlahan.
"Daddy dingin"
Mendengar perkataan itu Daffa segera menarik selimut yang anaknya gunakan itu sampai batas leher lalu mengelus puncak kepala Sahara dengan lembut berusaha menyalurkan kehangatannya. Di tempat Fahisa berdiri ia merasa terharu melihatnya bagaimana pria tampan itu memasuki ruangan dengan wajah cemasnya lalu mencoba memberi kehangatan kepada anaknya.
"Karena Bapak sudah datang saya pamit ya Pak semoga Sahara lekas sembuh." Kata Fahisa membuat Daffa menoleh ke arahnya
Mata mereka berdua bertemu saling menatap satu sama lain, tatapan yang keduanya sendiri tidak bisa memaknai artinya. Sebelum pergi dengan ragu Fahisa mendekat lalu mengusap dahi Sahara pelan.
"Cepat sembuh Ara"
Baru berjalan beberapa langkah tiba-tiba Fahisa menghentikan langkahnya ketika Sahara tiba-tiba memanggil namanya, panggilan yang baru beberapa hari anak itu berikan kepadanya.
"Mommy...Mommy Hisa jangan tinggalin Ara"
Secara refleks Daffa menatap ke arah Fahisa yang baru saja membalikkan badannya wanita itu sedikit terkejut karena di tatap orang tua muridnya sampai sedalam itu, tapi Sahara sendiri yang mau memanggilnya dengan sebutan itu.
"Mommy jangan tinggalin Ara"
Mata Sahara berkaca-kaca ketika menatap mata Fahisa kesedihan sangat terpancar di bola mata anak itu membuat Daffa dibuat kaget karena anaknya tidak pernah begini sebelumnya. Menatap Daffa dengan ragu Fahisa bingung harus bersikap bagaimana jujur saja hatinya sakit melihat Sahara yang seperti ingin menangis rasanya dia ingin menghampiri Sahara, tapi ada Daffa disana.
"Maaf Sahara yang meminta untuk memanggil saya seperti itu." Cicit Fahisa
Setelah mengatakan hal itu Fahisa kembali melanjutkan langkahnya, tapi sekali lagi langkahnya terhenti. Namun, kali ini bukan Sahara yang menghentikannya melainkan Daffa.
Daffa melepaskan cekalan tangannya di tangan Fahisa lalu tersenyum canggung saat melihat tatapan bingung wanita itu.
"Maaf, saya tau ini cukup lancang hanya saja bisakah kamu tinggal dan menemani anak saya? Sepertinya dia sangat ingin kehadiran kamu untuk menemaninya,"
Daffa menatap Fahisa dengan ragu, dia malu sebenarnya hanya saja Sahara sepertinya sangat menginginkan kehadiran Fahisa.
"Saya akan antar kamu pulang nanti, tapi kalau kamu memang tidak bisa saya tidak memaksa." Kata Daffa sambil tersenyum kaku
Fahisa terdiam untuk sesaat sampai akhirnya dia mengangguk setuju membuat Daffa kali ini tersenyum dengan tulus.
Lalu tiba-tiba dia ingat perkataan Sahara kemarin siang.
"Daddy Ara sudah punya Mommy namanya Mommy Hisa"
Flashback Off
¤¤¤¤
Sesuai permintaan dari suaminya akhirnya Fahisa benar-benar tinggal di kantor Daffa dan saat ini dia sedang menonton film melalui laptop yang tadi diberikan, tapi tetap saja rasanya bosan Daffa sibuk dengan berkas-berkas yang Fahisa tidak mengerti. Dalam hati Fahisa berharap jika akan datang tamu penting lalu dia akan dibolehi pulang atau paling tidak keluar dari ruangan besar ini, tapi sayangnya sampai makan siang tiba tak ada satupun orang yang datang ke kantor suaminya.
Melirik jam tangannya Daffa baru sadar jika jam sudah memasuki waktu untuk makan siang dan senyumnya langsung mengembang mengingat semua yang telah disiapkannya. Di lihatnya Fahisa yang sedang serius menonton film dan sebelum menghampiri istrinya Daffa menghubungi seseorang.
"Sudah kan? Aku akan segera datang"
Setelah menutup panggilan telponnya Daffa berjalan menghampiri Fahisa lalu duduk disebelah wanita itu hingga membuatnya tersentak karena kedatangan suaminya tiba-tiba. Dengan segera Fahisa menekan tombol pause untuk menghentikan film yang sedang di tontonnya lalu menoleh dan tersenyum ke arah Daffa, pasti sudah selesai fikirnya.
"Sudah selesai? Jadi kita boleh keluar kan?" Tanya Fahisa dengan semangat
Daffa tertawa kecil, "Tidak sabaran sekali"
"Bukan gak sabar Mas, tapi aku cuman bosan disini hening banget biasanya aku kalau kerja pasti bising sama suara anak-anak." Ungkap Fahisa
Dia jadi merindukan pekerjaannya.
"Sekarang kita keluar untuk makan siang aku sudah siapkan sesuatu yang spesial." Kata Daffa sambil tersenyum penuh arti
Fahisa hanya menganggukkan kepalanya lalu mereka berdua berjalan beriringan dengan tangan Daffa yang melingkari pinggang istrinya. Sepanjang jalan Fahisa tersenyum kepada setiap karyawan yang melihat ke arah mereka, senyuman yang kaku karena Fahisa masih merasa aneh dia tidak biasa di tatap seperti itu.
"Apa tempatnya jauh?" Tanya Fahisa berusaha menghilangkan kegugupannya
"Tidak hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk sampai kesana." Kata Daffa
Sampai di pintu utama mobil milik Daffa sudah ada disana dan mereka berdua langsung pergi meninggalkan kantor untuk makan siang. Tidak, ini bahkan lebih dari sekedar makan siang biasa.
Tapi, ini adalah kencan pertama mereka.
¤¤¤¤
Sepuluh menit berlalu keduanya memasuki area restoran yang sangat besar dan terlihat mewah sudah dapat di pastikan jika makanan disini pasti mahal, kalau bagi Fahisa tentu hal itu tidak berlaku bagi suaminya. Menggenggam tangan istrinya Daffa membawa Fahisa ke meja yang letaknya di atas, meja yang sudah dihias sedemikian rupa sesuai permintaan Daffa.
Bukan makan malam romantis, tapi Daffa menyiapkan makan siang romantis untuk istrinya.
Mata Fahisa melebar ketika melihat meja makan yang nampak begitu indah dia menoleh ke arah Daffa dan tersenyum manis. Baru sekarang Fahisa diperlakukan semanis ini dia tidak menyangka jika Daffa mempersiapkan ini semua dan sekarang dia baru tau kenapa suaminya itu melarang Sahara untuk ikut serta.
Jadi ini alasannya?
"Kamu yang menyiapkan ini semua?" Tanya Fahisa
"Bukan, pegawai restoran yang menyiapkannya." Canda Daffa membuat Fahisa mengerucutkan bibirnya kesal
Dia kan bertanya serius.
Baru akan membalas perkataan suaminya dua orang berseragam datang membawa makanan yang sudah Daffa pesan. Mengernyitkan dahinya Fahisa sama sekali tidak tau apa nama makanan yang sekarang sudah tersaji di depannya.
Tapi, yang lebih menarik perhatiannya adalah keadaan yang sangat sepi bahkan hanya mereka berdua yang duduk.
"Mas kenapa sepi sekali? Apa karena makanan disini mahal-mahal jadi orang malas? Atau mungkin makanannya kurang enak?" Tanya Fahisa ketika dua pegawai itu sudah pergi
Daffa tertawa ketika mendengarnya, tidak tau saja Fahisa jika ini restoran milik Kakak iparnya.
"Bukan sepi Fahisa, tapi aku yang minta agar tempat ini dikosongkan aku ingin makan siang berdua sama kamu," Kata Daffa membuat Fahisa membulatkan matanya tidak percaya
"Dan makanan disini enak-enak karena restoran ini punya Kak Dara." Lanjut Daffa
Mata Fahisa melebar dan mulutnya sedikit terbuka, bagaimana dia bisa mengatakan hal begitu tentang restoran kakak iparnya?
"Maaf, aku gak tau." Cicit Fahisa
Daffa tertawa kecil melihatnya, "Santai saja Fahisa, sudah lebih baik kita makan dulu"
Fahisa hanya mengangguk pelan lalu tidak lama setelahnya dia kembali dibuat terkejut saat alunan musik mulai terdengar menemani makan siang romantis mereka berdua. Sekali lagi ini pertama kalinya Fahisa dibuat melayang sampai setinggi ini dia bahagia telah jatuh kedalam pelukan Daffa.
"Mas Daffa"
Daffa yang baru saja menyendokkan makanannya mendongak dan menatap istrinya dengan alis bertaut.
"Makasih ya aku bahagia sekali"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Daffa Jngn buat fahisa kecewa ya
2021-05-25
0
Ian.antari
jd inget wkt ngajar di tk ...terbiasa krj dg suara rame anak2...klo sepi rasanya jd aneh n ada yg kurang 😅😅😅
2020-01-23
7
Alma Geraldine
semangat yah kak buat upnya
2020-01-23
4