Siang ini kedua pengantin baru itu akan meninggalkan rumah kediaman milik keluarga Wijaya dan akan segera pindah menempati rumah pribadi milik Daffa. Mereka berdua sudah siap dengan barang bawaannya, tapi mereka akan pergi tanpa Sahara karena anak itu akan menemani Tania dan akan di antarkan ketika malam sudah tiba.
Awalnya Sahara menolak anak itu selalu ingin menempel dengan Fahisa, tapi atas bujukan Tania akhirnya ia mau meskipun ketika mengantar orang tuanya kedepan pintu wajahnya cemberut. Tania mengatakan bahwa orang tuanya akan sibuk ketika sampai di rumah nanti mereka harus membereskan rumah dan belanja kebutuhan sehari-hari.
Padahal kenyataannya rumah Daffa sudah sangat rapih dan bersih karena para pekerja disana sudah membersihkannya. Mereka berdua hanya tinggal berbelanja kebutuhan sehari-hari yang akan di butuhkan.
"Kenapa anak mommy cemberut hmm? Nanti malam kan kita ketemu sayang, senyum dulu coba." Kata Fahisa
Dengan sangat terpaksa Sahara tersenyum lalu anak itu memeluk erat Fahisa dan mencium pipinya berkali-kali.
"Kenapa hanya peluk dan cium mommy? Gak mau sama daddy?" Tanya Daffa
Sahara menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Gak mau! Daddy jahat mau rebut mommy nya Ara"
"Sahara gak boleh gitu dong sama daddy." Kata Fahisa mengingatkan
Sahara menghela nafasnya pelan lalu melepaskan pelukan Fahisa dan beralih ke dalam pelukan Daffa.
"Jangan cemberut gitu dong besok kita jalan-jalan ya sama mommy." Bujuk Daffa membuat Sahara langsung mendongak dan menatapnya dengan mata berbinar
"Beneran?" Tanyanya antusias
"Bener dong jadi anak daddy ayo senyum." Kata Daffa
Sahara tersenyun senang lalu memeluk erat pria itu dan mencium pipinya berkali-kali, kebiasaan Sahara sekali. Setelah menurunkan Sahara dari gendongannya Daffa dan Sahara segera memasuki mobil mereka melambaikan tangan kepada Sahara.
¤¤¤
Selama perjalanan Fahisa hanya diam sungguh dia bingung harus bicara apa rasanya aneh sekali ketika berada satu mobil bersama Daffa yang sekarang sudah menjadi suaminya. Perasaan canggung dan gugup itu masih menguasai Fahisa setiap kali berada di dekat Daffa bahkan ketika pria itu memgatakan akan pergi ke rumahnya tanpa Sahara jantung Fahisa kembali berdetak tidak karuan.
Setidaknya jika ada Sahara di sampingnya dia bisa menyibukkan diri dengan mengajak ngobrol anak itu, tapi ketika hanya berdua bersama Daffa untuk bernafas juga rasanya sulit. Mereka berdua baru mengenal selama satu tahun jadi Fahisa benar-benar sangat canggung dia juga takut salah bicara atau salah bersikap karena dia belum terlalu mengenal Daffa.
Tersentak Fahisa menahan nafasnya ketika secara tiba-tiba Daffa menggenggam tangannya lalu mengelusnya dengan ibu jari, usapan yang sangat lembut itu dapat Fahisa rasakan.
"Kenapa diam saja?" Tanya Daffa yang hanya di jawab dengan gelengan kepala oleh istri cantiknya
"Santai saja Fahisa jangan merasa canggung kita adalah suami istri sekarang." Kata Daffa yang kembali di jawab dengan anggukan oleh Fahisa
"Kita akan ke supermarket dulu." Kata Daffa sambil melepaskan genggaman tangannya dan kembali fokus ke jalanan
"Iya"
Berkali-kali Fahisa menggerutu karena jalanan yang cukup padat dan membuatnya terjebak di dalam mobil bersama Daffa. Dia ingin cepat sampai rasanya sangat gugup apalagi ketika dia tau bahwa Daffa beberapa kali menatap ke arahnya.
"Aku tidak akan menggigit kamu Fahisa, kenapa kamu terlihat takut seperti itu?" Canda Daffa ketika melihat bagaimana tingkah istrinya itu
"Aku...maaf...aku hanya mmm sedikit canggung." Aku Fahisa sambil menggigit bibir bawahnya
Daffa tertawa kecil, "Aku mengerti pasti cukup sulit untuk beradaptasi, tapi berusahalah untuk bersikap biasa Fahisa"
"Iya akan aku usahakan, maaf kalau membuat kamu tidak nyaman." Kata Fahisa
Saat tiba di lampu merah Daffa menoleh ke arah Fahisa yang sekarang sedang sibuk menatap ke luar kaca. Senyumnya merekah dan tanpa ia bisa cegah Daffa meraih wajah Fahisa membuatnya menoleh dapat Daffa lihat jika wajah istrinya itu sedikit memerah.
Daffa benar-benar tidak bisa mencegah perbuatannya yang secara tiba-tiba mulai mendekatkan wajahnya lalu mencium kening Fahisa lembut dan hal itu benar-benar membuat kaget hingga Fahisa secara refleks memundurkan wajahnya.
"Kamu lucu sekali Fahisa saya jadi gemas." Kata Daffa ketika melihat wajah Fahisa yang semakin memerah karena perbuatannya
Saat lampu merah berubah menjadi hijau Daffa kembali melajukan mobilnya dengan senyuman lebar yang menghiasi bibirnya, dia bahagia sekali sudah lama rasanya dia tidak merasakan kebahagiaan seperti ini. Sesekali Daffa melirik Fahisa yang terlihat benar-benar menggemaskan dengan wajah memerah dan bahasa tubuh yang mengatakan jika dia sangat-sangat gugup dan malu.
"Kamu bisa memasak Fahisa?" Tanya Daffa
"Bisa, aku kan kos waktu kuliah jadi mau tidak mau harus bisa memasak sendiri." Jawab Fahisa yang masih enggan untuk menatap Daffa
Dia sangat malu jantungnya berdetak semakin tidak karuan.
"Idaman sekali." Kata Daffa yang semakin membuat Fahisa merasa tidak karuan dengan wajah yang semakin memerah
Daffa benar-benar tidak bisa menyangkal jika istrinya sangat menggemaskan dengan tingkah malu-malunya itu dan dia juga tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi memerah itu dengan gemas. Fahisa meringis dan berusaha melepaskan tangan Daffa di pipinya, perlakuan itu semakin membuat perasaannya tidak karuan.
"Lepasinn sakitt." Rengek Fahisa
"Maaf kamu lucu sekali sih." Kata Daffa sambil tertawa kecil
Perjalanan yang Daffa tempuh benar-benar menyenangkan bersama dengan Fahisa di sisinya dia bahagia meski terkadang bayang-bayang Renata masih sering kali menghantuinya. Senyum Daffa mengembang dia bahagia menemukan Fahisa yang mau menerimanya dan mau menerima serta menyayangi anaknya.
"Sudah sampai." Kata Daffa yang saat ini sedang melepas sabuk pengamannya
Mereka berdua turun dari mobil dan berjalan beriringan memasuki supermarket tidak lupa Daffa tanpa permisi menggenggam erat tangan istrinya menggandenganya ke dalam supermarket. Sekali lagi Daffa tidak bisa untuk tidak menggoda Fahisa sehingga pria itu mendekatkan wajahnya ketelinga gadis itu dan berbisik.
"Bukankah aku sangat romantis Fahisa?"
¤¤¤¤
Selesai berbelanja mereka memasuki salah satu kawasan perumahan elite dimana rumah Daffa berada, bukan kali pertama Fahisa pergi ke sana karena ketika masih mengajar dulu beberapa kali dia pernah mengantarkan Sahara pulang atas perintah dari pria yang sekarang sudah menjadi suaminya. Sebisa mungkin Fahisa menjaga jarak dari Daffa bahkan ketika turun dari mobil langkah kakinya sedikit tergesa agar ia bisa jalan lebih dulu, tapi sayangnya Daffa yang menyadari hal itu langsung mensejajarkan langkahnya dengan langkah kaki Fahisa.
"Fahisa kenapa terburu-buru sekali? Kita masih punya banyak waktu luang." Kata Daffa sambil meraih tangan Fahisa untuk digenggamnya
Belanjaan mereka Daffa biarkan untuk di ambil oleh salah satu pekerja. Di rumah ini tidak terlalu banyak pekerja hanya ada dua orang, satu yang bertugas untuk memasak dan membereskan rumah lalu satu lagi sebagai supir yang sering mengantar Sahara ketika dia bekerja.
"Hmm tidak papa." Gumam Fahisa pelan
Terkekeh pelan Daffa memindahkan tangannya ke pinggang ramping Fahisa membuat gadis itu kembali tersentak dibuatnya, tapi Fahisa berusaha bersikap biasa.
"Kamu harus terbiasa dengan sikap saya Fahisa dan kamu harus tau kalau saya ini manja sama seperti Sahara." Kata Daffa yang hanya di tanggapi dengan gumaman oleh Fahisa
Keduanya memasuki area kamar yang akan mereka tempati dan ketika melangkahkan kakinya ke dalam kamar jantung Fahisa kembali berdetak tidak karuan, dia gugup.
"Kamu mau istirahat atau mau menata pakaian terlebih dahulu?" Tanya Daffa
"Menata pakaian dulu." Jawab Fahisa
Koper milik Fahisa sudah sampai terlebih dahulu dan ketika akan menata pakaiannya ia mengernyitkan dahinya bingung saat melihat ada dua lemari pakaian disana. Seolah mengerti dengan raut wajah bingung istrinya Daffa mencoba menjelaskan.
"Kamu bisa letakkan pakaian di lemari itu Fahisa, maaf lemari yang ini sudah cukup penuh ada beberapa berkas penting yang aku taruh disana nanti akan aku pindahkan dulu semua berkas-berkasnya" Jelas Daffa dengan hati-hati
Fahisa terdiam sejenak sambil menatap suaminya dengan tatapan yang begitu polos membuat Daffa merasa sangat gugup karenya, tapi saat melihat Fahisa yang tersenyum dia merasa lega.
"Gak masalah aku bisa letakkan pakaian aku dimana saja." Kata Fahisa
Di dalam lemari yang akan Fahisa gunakan ada beberapa pakaian Daffa di sana dan ya pria itu benar jika lemari itu sudah cukup penuh bahkan suaminya harus menggunakan lemari lain. Selama Fahisa menata pakaiannya di lemari Daffa sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sang istri ada rasa bersalah yang hinggap di hatinya.
Daffa sadar jika bayang-bayang Renata masih menghantuinya, tapi Daffa merasa sangat nyaman berada di dekat Fahisa selain itu dia juga merasa bahagia, sangat.
"Mau makan? Aku akan masak kalau kamu sudah lapar." Tawar Fahisa ketika sudah selesai menata semua pakaiannya
Daffa menggeleng pelan lalu menepuk sisi ranjang di sebelahnya menyuruh istrinya itu untuk berbaring di sebelahnya.
"Nanti saja aku masih mau istirahat." Kata Daffa
Fahisa mengangguk mengerti lalu dengan penuh kegugupan dia bergabung bersama Daffa berbaring di atas ranjang. Daffa tersenyum ketika melihat wajah malu-malu Fahisa, istrinya itu terlihat sangat menggemaskan.
Sedikit tersentak Fahisa mencoba bersikap biasa ketika lagi-lagi Daffa membawanya kepelukan pria itu tanpa permisi. Senyum Daffa mengembang semakin lebar ketika Fahisa membalas pelukannya dan dengan penuh kebahagiaan Daffa menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Fahisa.
Dia seakan candu akan wangi tubuh Fahisa hingga berkali-kali Daffa menciumi leher jenjang istrinya itu membuat Fahisa menegang ketika merasakan sensasi aneh yang menguasai tubuhnya.
"Rileks Fahisa aku tidak akan berbuat jauh hari ini." Bisik Daffa
Menarik dagu Fahisa ia dapat melihat wajah memerah milik istrinya dan tatapan polos yang dia berikan membuat Daffa benar-benar gemas melihatnya. Daffa tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekatkan wajahnya apalagi ketika melihat Fahisa yang memejamkan matanya ketika hidung mereka bersentuhan.
Ikut memejamkan matanya Daffa mulai mencium Fahisa dengan lembut kali ini bukan hanya sekedar menempel, tapi pria itu juga mulai menggerakkan bibirnya disana memberikan suatu hal yang baru Fahisa rasakan.
Ciuman lembut Daffa begitu menghanyutkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Casnialovly Purple
manjanya Vina Kya Daddy daffa
2021-08-19
0
Casnialovly Purple
berarti gemas nya Vina nurun dri mommy nya ya
2021-08-19
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
pasti itu baju dan kenangan Renata🤔🤔🤔🤔🤔kok Daffa gitu sih kl fahisa th pasti sangat sakit hatinya😔😔😔😔😔
2021-05-25
0