Malam ini setelah merengek sepanjang perjalanan pulang akhirnya Sahara akan tidur bersama dengan kedua orang tuanya anak itu akan berada di tengah-tengah mereka, menghalau semua kegilaan yang biasa Daffa lakukan ketika malam. Sebentar lagi dia akan bulan madu jadi biarkan malam ini akan menjadi malam bagi Sahara atau malam bagi keluarga kecil ini.
Malam sudah semakin larut, tapi anak itu belum juga menutup matanya dan tertidur dia malah asik memeluk Fahisa membiarkan Daffa yang melihatnya tersenyum kecil. Tidak, tentu saja dia tidak marah Fahisa adalah orang tua Sahara melihat mereka berdua bahagia sudah membuat Daffa ikut bahagia.
"Mommy Ara sayang banget sama Mommy jangan tinggalin Ara ya." Pinta Sahara sambil melepaskan pelukannya dan menatap Fahisa dengan wajah polosnya
Fahisa tersenyum penuh arti dipeluknya tubuh Sahara dengan cukup erat, kenapa dia harus meninggalkan anak itu? Bahkan kalau difikir sekarang Fahisa sudah terikat dengan mereka, bukan hanya dengan Sahara melainkan juga dengan Daffa.
Tersenyum Daffa ikut memeluk Sahara dan menarik selimut sampai sebatas dada. Di usapnya kepala Sahara lembut membuat anak itu memejamkan matanya, merasa nyaman.
"Ara kalau Daddy sama Mommy mau pergi ke luar kota untuk beberapa hari Ara bakal marah tidak?" Tanya Daffa
Dia harus bertanya sekarang kan?
Tidak lucu kalau dia bertanya besok dan besok anaknya malah merengek atau yang lebih parah menangis sampai dia harus membatalkan acara bulan madunya. Jadi lebih baik bertanya sekarang dia akan meminta anak itu untuk mengerti.
"Tidak, asalkan Daddy ajak Ara jalan-jalan nanti." Jawab Sahara menuruti apa yang dikatakan oleh Oma-nya
Bukan hanya Daffa yang terkejut istrinya juga merasa sama terkejutnya mendengar perkataan Sahara. Bagaimana tidak terkejut? Waktu itu ketika di tinggal setengah hari saja dia merengek sampai menangis, kenapa sekarang tidak?
"Wahh anak Daddy pintar sekali, tentu saja Daddy akan ajak Ara jalan-jalan dan Daddy akan menuruti semua keinginan Ara." Kata Daffa dengan penuh semangat
"Iya Oma sudah bilang kalau Daddy mau pergi sama Mommy, janji ya?" Kata Sahara sambil menatap Daffa dengan wajah polosnya
Daffa tersenyum lalu mencium pipi anaknya sekilas.
"Janji, memang apa yang Oma katakan sampai anak Daddy ini menurut hmm?" Tanya Daffa penasaran
Senyum Sahara merekah dan dia mengatakan apa yang pernah Tania katakan, perkataan yang membuat Fahisa langsung memerah dan salah tingkah.
"Katanya Daddy sama Mommy mau pergi berkencan supaya Ara bisa cepat dapat adik." Jelas Sahara yang membuat Daffa tertawa kecil
"Memang Ara mau adik berapa?" Tanya Daffa membuat Fahisa semakin merona dan Daffa semakin merasa senang
"Tiga, boleh?" Tanya Sahara
Anak itu benar-benar tidak sadar jika perkataannya hampir membuat Fahisa pingsan, dia mau kabur saja sekarang. Sedangkan Daffa pria itu malah tersenyum lebar dia menatap Fahisa yang kini tengah menatapnya tajam.
"Boleh, lima juga boleh." Kata Daffa
Sudah cukup Fahisa harus kabur dia malu sekali, ya meskipun lampu sudah di matikan tetap saja rasanya jantungnya ingin copot dia berdetak sangat cepat.
Tapi, belum sempat dia kabur perkataan Sahara malah menjebaknya disini.
"Daddy Ara sakit perut Ara akan ke kamar mandi dulu." Kata Sahara sambil turun dari tempat tidur
Anaknya ini memang sangat pengertian rupanya.
Setengah berlari Sahara pergi ke kamar mandi dan meninggalkan kedua orang itu membuat Fahisa semakin menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Melihatnya membuat Daffa terkekeh pelan lalu ikut masuk kedalam selimut bergabung dengan Fahisa.
Di dekatkan dirinya dengan Fahisa, butuh sekitar lima menit sampai anaknya kembali dan dia bisa mendapat ciuman singkat kan?
Tubuh Fahisa menegang saat Daffa mengangkat dagunya mereka yang berada di bawah selimut membuat Fahisa semakin merasa pasokan udaranya hampir habis. Apalagi saat Daffa tanpa permisi langsung menciumnya dengan terburu-buru, memang terburu-buru sebenarnya karena Sahara akan segera kembali.
Daffa menarik tengkuk Fahisa untuk semakin mendekat dan memperdalam ciuman mereka membuat Fahisa merasa terengah, dia butuh bernafas. Suaminya itu sama sekali tidak memberikan jeda sampai akhirnya suara pintu kamar mandi membuat Daffa menjauhkan kepalanya.
Dia mengecup singkat bibir Fahisa sebelum benar-benar menjauhkan diri dan membuka selimut yang tadi menutupi mereka.
Anak yang tidak tau apa yang baru saja terjadi itu langsung naik ke tempat tidur dan tidak sadar dengan wajah memerah Fahisa serta rambut berantakannya.
Tapi, saat dia mendongak untuk mengucapkan selamat malam anak itu sadar akan sesuatu.
"Rambut Mommy pasti diberantakin Daddy ya? Daddy ini nakal!"
¤¤¤¤
Matahari bahkan belum menampakkan diri sepenuhnya ketika Daffa terbangun dari tidurnya dan betapa bahagianya pria itu saat melihat anaknya yang masih tertidur pulas di pelukan Fahisa, mereka berdua terlihat sangat pulas. Senyumnya merekah dan dengan hati-hati Daffa beranjak dari tempat tidurnya dia menuju kamar mandi. Kejutan sarapan di pagi hari kedengerannya menyenangkan.
Daffa akan memasak sarapan pagi ini, dia bisa memasak kok jangan khawatir pria itu sering memasak untuk Sahara. Yah, meskipun rasanya standar tapi kan setidaknya dia bisa.
Sibuk dengan peralatan dapur Daffa menyuruh pergi salah satu pekerja yang hendak membantunya dan mulai memasak nasi goreng, menu andalannya. Memasak nasi goreng adalah keahliannya mungkin jika dia bukan seorang pemimpin perusahaan dia akan buka warung nasi goreng saja.
Pasti ramai selain makanan yang enak penjualnya juga tampan.
Ahh fikirannya jadi melantur kemana-mana.
"Mas Daffa kok gak bangunin aku sih"
Suara Fahisa yang merajuk terdengar begitu merdu di telinga Daffa apalagi ketika istrinya itu mendekat dengan bibir mengerucut, menggemaskan. Tenang dia sudah hampir selesai memasak bahkan bisa dibilang sudah selesai hanya tinggal membuat susu untuk Sahara saja.
"Kamu nyenyak banget Fahisa aku takut nanti malah ikut bangunin Ara, sudah kamu duduk saja aku sudah hampir selesai." Kata Daffa
Fahisa menggelengkan kepalanya cepat, "Gak mau, sini biar aku yang nata di meja"
Akhirnya Daffa membiarkan istrinya itu menata meja makan dari tempatnya Daffa tersenyum tipis melihat setiap pergerakan Fahisa. Sepertinya dia sudah mandi terlihat dari rambutnya yang masih basah dan sudah tau basah, tapi masih di ikat juga.
'Apa dia mau buat aku gila? Lihat lehernya itu dan lihat rambut basahnya sepertinya dia berniat menggoda aku'
Daffa mengatakan semuanya di dalam hati, tapi dengan cepat dia menggelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan fikiran itu lalu dia melepas celemek yang dia pakai dan menghampiri Fahisa.
Tangan Daffa melingkar di pinggang Fahisa membuat jantung wanita itu hampir copot untung saja piringanya sudah dia letakkan kalau tidak pasti sudah pecah sekarang. Melihat sekeliling Daffa mulai mencium leher Fahisa saat tau bahwa keadaan masih aman belum ada siapa-siapa.
"Mas nanti ada orang!" Kata Fahisa kesal
Dia berusaha melepaskan tangan Daffa dipinggangnya, tapi pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Berikan aku morning kiss dan aku akan berhenti." Bisik Daffa ditelinga Fahisa membuat dia menjauhkan wajahnya karena geli
"Baiklah, tapi lepas dulu." Kata Fahisa
Melepas pelukannya Fahisa memutar tubuhnya menghadap Daffa lalu mulai mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir itu sekilas. Melakukan hal itu saja wajahnya sudah memanas sekarang, ahh memalukan sekali.
"Kamu lucu Fahisa, aku akan panggil Sahara sekarang"
Beruntung dia beruntung Daffa tidak kembali mengganggunya.
¤¤¤¤
Mereka berdua berangkat ke bali setelah Sahara pulang sekolah yang langsung keduanya antarkan ke rumah Tania, tidak seperti biasanya anak itu sama sekali tidak protes ataupun rewel. Sebaliknya Sahara hanya sedikit manja dan tidak mau melepas pelukannya selama perjalanan ke rumah Tania.
Saat sampai Sahara tersenyum lebar lalu segera turun dan berlari menghampiri Tania memeluk wanita paruh baya itu dengan erat. Di belakang mereka Fahisa dan Daffa berjalan beriringan dengan tangan yang saling menggenggam.
"Kalian akan langsung berangkat?" Tanya Tania saat keduanya sudah berdiri di depan mereka
"Iya Mi takut ketinggalan pesawat." Kata Daffa sambil mencium punggung tangan Tania
Fahisa juga melakukan hal yang sama dia mencium punggung tangan mertuanya lalu memeluknya singkat.
"Menantu Mami hati-hati dijalan ya sayang," Kata Tania
Fahisa tersenyum dan mengangguk singkat, tapi saat mertuanya itu membisikkan sesuatu senyumnya langsung pudar dan digantikan dengan wajah yang merona.
"Mami titip cucu yang lucu yaa"
Tertawa kecil Tania sedikit mundur dan membiarkan Sahara yang ingin memeluk Fahisa. Kali ini bibirnya mengerucut saat memeluk Fahisa anak itu sekarang terlihat sedih.
"Ara jangan nakal ya." Kata Fahisa sambil mencium pipi anak itu gemas
Setelah itu Sahara memeluk Daffa dia mencium pipi pria itu berkali-kali lalu membisikkan sesuatu.
"Daddy jangan nakal sama Mommy ya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Siti Nurjanah
ceritanya datar terlalu mendetail sampe pagi siang mlm beruntun ceritanya.....aga di percepat gitu
2022-10-09
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Ara gak th aja kl Daddy kamu nakal sama mommy Ara😅😅😅😅😅😅
2021-05-25
0
Winar hasan
daddy daffa itu nakal yg mnyenangkan ara
2021-02-25
1