Bayu yang sudah tidak tahan dengan rasa penasaran akhirnya berlari untuk menggapai knop pintu kamar Satria untuk melihat ada siapa sebenarnya di apartemen Satria ini.
Ia penasaran gadis mana dan seperti apa lagi selain kekasihnya di masa lalu yang akhirnya bisa meluluhkan hati sahabatnya setelah 8 tahun.
Ia sudah mengenal Satria selama itu namun belum pernah mendengarnya menceritakan gadis lain selain mantan kekasihnya.
Tidak ada perempuan yang membuatnya bisa benar-benar tertarik selama ini. Dan Bayu merasa sahabatnya itu begitu setia dengan cintanya walaupun itu bahkan sudah menjadi masa lalu.
Dan setelah ia berhasil memegang knop pintu kamar Satria dan berusaha membukanya, namun gagal. Karena pintu sudah terkunci dari dalam.
Namun Bayu tidak menyerah begitu saja dan ia mulai mengetuk pintu dan mulai memanggil-manggil seseorang yang sedang berada di dalam kamar Satria.
"Permisi, siapa di dalam. Permisi.." ujarnya sambil mengetuk pintu yang hanya di tanggapi santai oleh Satria.
Ia hanya menggelengkan kepalanya heran sambil tersenyum mengejek ke arah Bayu. Dugaannya benar, jika Bayu pasti akan mencoba mencari tahu siapa yang sedang berada di apartemennya.
"Sat, perempuan mana yang lu umpetin di dalem kamar sih? gue penasaran banget nih jadinya." tanya Bayu segera setelah menyerah untuk membuka pintu kamar Satria.
"Jangan usil sama urusan gue, yang jelas yang terjadi sekarang gak sesuai sama apa yang ada di pikiran lo." jelas Satria sambil melanjutkan sarapan paginya yang tertunda.
"Ah, gak asik Lo maen rahasia-rahasiaan sama gue." cibir Bayu sembari mendudukkan dirinya di kursi yang tadi Arin tempati.
Sementara di dalam sana Arin begitu takut mengetahui kedatangan Bayu. Bagaimanapun Bayu tidak boleh melihatnya berada disana karena pasti akan menyebabkan kesalahpahaman.
Sudah cukup kehadiran Satria saja sudah menjadi hal yang sial di hidupnya. Ia tidak ingin sampai semua orang mengetahui hubungannya dan Satria di masa lalu dan menjadi skandal besar di kantor nanti.
Setelah setengah jam Bayu masih tidak berhasil membujuk Satria untuk memperkenalkan perempuan yang Satria sembunyikan di kamarnya itu akhirnya dia pergi dengan kesal.
Tok tok tok,
"Rin, kamu udah bisa keluar." panggil Satria sambil mengetuk pintu kamarnya.
"Sudah pulang?" tanya Arin setelah ia membuka pintu kamar Satria.
Satria hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan apa yang Arin tanyakan sambil tersenyum simpul. Ia pun menyodorkan sebuah paper bag berisi pakaian untuk Arin yang sudah ia pesan.
"Apa ini?" tanya Arin
"Pakaian untuk kamu yang tadi aku pesan." jawab Satria sembari melangkahkan kakinya ke ruang tengah untuk menyalakan sebuah tv LED berukuran 70 inchi miliknya.
"Terimakasih." ujar Arin singkat dan segera kembali berlari memasuki kamar Satria untuk mengganti pakaiannya.
Setelah berganti pakaian Satria mengantarkannya untuk pulang ke kosan Arin. Tentu saja itu pun setelah melalui perdebatan panjang yang akhirnya di menangkan oleh Satria.
Sebuah dress berwarna soft blue terlihat begitu pas dan indah di tubuh Arin. Satria masih mengingat betul bagaimana selera dan cara berpakaian Arin.
Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit akhirnya mereka sampai di kosan Arin. Ia tidak mengijinkan Satria untuk turun dari mobil dan langsung pulang setelah mengantarkan Arin sampai di halaman depan.
"Jangan turun, terimakasih sudah mengantarkan pulang. Urusan kita cukup sampai disini, semoga kita tidak perlu bertemu lagi selain urusan pekerjaan." ujar Arin sebelum turun dari mobil Satria.
Satria hanya bisa diam mendengarkan apa yang Arin ucapkan. Kata-kata Arin begitu menohok hatinya, tapi ia tetap berusaha untuk tersenyum pada Arin.
"Takdir yang akan menentukan sampai dimana kita akan berakhir." gumam Satria sembari melihat Arin yang berjalan semakin menjauh memasuki halaman depan kosannya.
***
Sore harinya Arin pergi ke sebuah mall terbesar di Jakarta untuk melepas penat dan pikirannya yang sedang di buat kacau oleh Satria.
Ia pikir jika ia pergi keluar untuk jalan-jalan mungkin akan membuatnya melupakan kejadian semalam. Arin benar-benar mengutuk Satria dan tak berhenti mengumpat dalam hatinya.
Arin berkeliling ke beberapa toko pakaian untuk membeli beberapa pakaian santai, mungkin ini waktu yang tepat untuk membelanjakan uang hasil kerjanya selama ini dan bersenang-senang.
Setelah puas berbelanja, ia pergi ke supermarket untuk berbelanja kebutuhan pribadinya dan beberapa makanan untuk stok di kosan.
Ketika ia sedang memilih beberapa produk perawatan kulit, tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya mendatanginya dan menyapanya.
"Arin.. apa benar ini kamu nak?" tanyanya sembari menepuk lembut bahu Arin.
"Tan.. Tante.." ucap Arin tergagap melihat ternyata mama Satria lah yang menyapanya.
Arin pun hanya bisa membeku sesaat sebelum akhirnya ia kembali sadar ketika mama Satria kembali memanggilnya. Ia lihat seorang anak laki-laki berusia 10 tahun tengah berada di samping mama Satria.
Deg,
Setelah pertemuan di supermarket, mama Satria mengajaknya ke sebuah cafe yang ada di lantai atas mall tersebut. Awalnya Arin berusaha menolak, namun mama Satria terus memohon dan meminta mereka untuk berbicara walaupun hanya sebentar.
"Bagaimana kabar kamu nak?" tanya mama Satria mencoba memulai percakapan.
"Baik tante." jawabnya singkat sembari menunduk tak berani menatap langsung ibu dari mantan kekasihnya itu.
"Sudah lama sekali nak, sejak kita bertemu. Kamu kini terlihat sudah begitu dewasa dan terlihat sangat cantik." ucap mama Satria lagi yang hanya di tanggapi dengan senyuman kecil di bibir Arin.
Terlalu canggung rasanya untuk berbicara dengan mama Satria terlebih ia membawa Arslan bersamanya. Arin benar-benar merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut namun ia juga merasa tidak enak hati dengan mama Satria.
"Sudah 8 tahun nak, tapi rasanya baru kemarin Satria memperkenalkan kamu pada tante."
"Satria tidak pernah sedikitpun melupakan kamu selama 8 tahun ini," ujar mama Satria yang terpaksa terhenti.
"Tante, Arin mohon sama Tante untuk tidak membahas masa lalu. Sekarang Arin sudah melupakan Satria, terlalu sakit rasanya untuk mengingat masa lalu. Aku sudah berusaha keras untuk menata hidup aku yang sekarang, Arin harap Tante bisa mengerti dan memahami maksud Arin. Maaf Tante Arin gak bisa lama-lama, Arin permisi. Assalamualaikum." ucap Arin panjang lebar kemudian berpamitan.
Walaupun Arin tidak merasa nyaman dengan pertemuan mereka namun ia juga masih berusaha untuk tetap bersikap sopan terhadap mama Satria. Sebelum pergi, Arin sempat mencium punggung tangan mama Satria untuk berpamitan.
"Ma, kakak tadi siapa? Kok langsung pergi aja." tanya Arslan sambil menikmati ice cream di tangannya.
Mama Satria hanya bisa terdiam di sana, ia tidak merasa tersinggung sedikitpun dengan sikap Arin. Bagaimanapun juga Arin lah orang yang paling terluka karena kesalahan yang Satria lakukan di masa lalu.
Sementara Arin mempercepat langkahnya untuk menuju parkiran. Dengan susah payah ia berusaha untuk melupakan masa lalunya dengan Satria. Tapi entah kenapa rasanya Tuhan seperti sedang memberikan hukuman untuknya.
Ia terus bertemu orang-orang dari masa lalu yang sangat tidak ingin ia temui. Begitu mengingat wajah Arslan yang begitu polos dan terlihat tampak familiar Arin tidak lagi bisa menahan laju air matanya.
Satria melihat semua kejadian tersebut karena ketika Arin dan mamanya keluar dari supermarket ia baru saja tiba di sana. Ia memang sudah janji untuk menjemput mama dan Arslan di sana.
Satria memilih untuk mengikuti mereka dan mengawasi pertemuan mereka diam-diam. Satria ingin menghampiri Arin yang sedang berjongkok di depan sepeda motornya sambil menangis, tapi entah kenapa ia kehilangan keberaniannya.
Ia sangat ingin menghapuskan air mata yang mengalir deras di pipi Arin. Suara tangisan Arin terdengar begitu memilukan, tapi ia hanya bisa menatapnya dari kejauhan dan tak berani mendekat untuk menenangkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Ezraaja Bp
mungkinkah Arslan anak nya satria?
2023-04-04
0