Hari senin selalu menjadi hari yang sibuk bagi para karyawan. Begitupun dengan Arinda yang hari itu bahkan tidak sempat untuk pergi keluar hanya untuk membeli makanan di jam makan siang.
Arinda adalah tipe wanita pekerja keras, dia orang yang sangat loyal terhadap pekerjaan. Hari itu ia harus menyelesaikan sebuah proposal untuk pengajuan sebuah proyek yang cukup penting.
Baginya tanggung jawabnya dalam pekerjaan dan totalitas adalah hal yang sangat utama. Ketika Arinda tersadar waktu telah berlalu cukup lama.
Sudah pukul 16.30 wib saat perutnya mulai bereaksi meminta untuk di isi. Ketika pagi ia begitu terburu-buru hingga tak sempat sarapan pagi dan hanya minum segelas susu.
Dan ketika jam makan siang, pekerjaannya yang harus segera di selesaikan terasa lebih penting dari pada sekedar mengisi perut.
Satria diam-diam terus mengawasi Arinda yang sedang bekerja dari ruangannya. Ia bahkan sudah beberapa kali keluar dari ruangannya melewati meja kerja Arinda untuk memastikan keadaannya.
Satria sedikit khawatir karena Arinda tak kunjung keluar juga untuk makan siang. Bahkan hari sudah mulai sore dan sebentar lagi jam kerja akan segera berakhir.
Arinda terlihat sangat serius, bahkan ketika ia bekerja ia tak pernah menghiraukan kegiatan orang-orang di sekelilingnya. Semua rekan kerjanya sudah paham betul dengan sifat Arinda yang seperti itu.
"Sedikit lagi selesai, sebaiknya aku selesaikan dulu baru aku bisa makan dengan tenang." gumamnya melihat jam tangan yang melingkar di tangannya sekilas.
Setelah 20 menit kembali berkutat dengan pekerjaannya, akhirnya semua pekerjaannya selesai dan ia segera menyerahkan semua pekerjaannya kepada Satria untuk di tanda tangani.
Tok tok tok,
"Masuk." ucap Satria sambil pura-pura fokus dengan pekerjaannya.
Ceklek, pintu terbuka.
"Permisi pak, ini ada berkas yang harus bapak tanda tangani dan ini adalah proposal pengajuan proyek baru yang akan di ajukan besok ." jelas Arinda mencoba bersikap profesional.
"Baiklah, saya akan mengecek proposal ini setelah menyelesaikan pekerjaan saya sedikit lagi. Kamu bisa beristirahat untuk makan dulu, ini sudah sore." ucap Satria menatap Arinda yang hanya mengangguk kecil tanda setuju.
"Kalau begitu, saya permisi." ucap Arinda sebelum akhirnya melenggang keluar dari ruangan Satria.
Setelah kepergian Arinda akhirnya Satria pun mengambil paper bag yang ia taruh di bawah meja kerjanya.
Ia melihati paper bag berisi makanan yang sudah ia beli di sebuah restoran cepat saji ketika jam makan siang.
Satria mengurungkan niatnya untuk makan siang dan memilih untuk membungkus makan yang ia pesan. Ia juga membelikan 1 porsi untuk Arinda namun ia tidak memiliki keberanian untuk memberikannya.
Sikap Arinda selama ini benar-benar sangat dingin padanya. Satria merasa tidak cukup baik bahkan untuk mengucapkan kata maaf padanya.
Walaupun sudah bertahun-tahun namun Satria tidak pernah melupakan hal sekecil apapun tentang Arinda. Kesalahannya di masa lal memang telah merenggut semuanya dari hidupnya.
Tapi tidak dengan hatinya, ia masih menyimpan Arinda sebagai cinta di hatinya. Satria tidak berharap Arinda bisa menerimanya kembali, hanya saja ia begitu tidak rela untuk di benci selamanya.
Arinda segera merapikan barang-barang di mejanya, ia berencana untuk makan di restoran yang terletak tidak jauh dari kantornya.
"Arin, kamu sudah mau pulang?" tanya Herti menghampiri.
"Enggak her, saya mau nyari makan dulu di
restoran dekat sini. Udah laper banget soalnya." jelas Arinda sambil tersenyum.
"Oh gitu, memang proposal nya belum selesai ya? Mau aku bantu gak?" tanya Herti lagi.
"Iya, Rin. Kalau memang belum selesai nanti kita berdua gak langsung pulang. Kita selesaikan bersama-sama saja." Andi pun ikut menghampiri meja Arinda .
"Apaan sih kalian, kita semua kan udah
punya job list masing-masing dalam proyek ini. Sebagai ketua tim, sudah sewajarnya dong kerjaan dia lebih banyak dari kita." cela Ike lalu melenggang pergi tanpa mau mendengar jawaban siapapun.
"Ih, dasar Mak lampir ! Pengen ku jambak rasanya itu rambut si Mak lampir." racau Herti yang sudah merasa gemas sekali dengan Ike.
"Tahu, tuh. Rasanya udah pengen aku depak itu si mak lampir dari tim kita."Ujar Andi tak kalah gemas.
"Sudah, sudah gak usah di ambil pusing. Kalian ini, kayak gak ngerti aja sifatnya Ike gimana ?" timpal Arinda sambil terkekeh menenangkan Herti dan Andi.
"Kalian pulang saja, saya masih nunggu berkas selesai di periksa pak Satria aja kok setelah itu langsung pulang." jelas Arinda.
"Oh ya sudah, kalau gitu gimana kalau setelah ini kalau kita jalan ke mall. Kayaknya udah lama aku gak jalan bareng kamu Rin." ajak Herti.
"Kakanda boleh ikut dong adinda?" tanya Andi mencoba menggoda Herti.
"Enggak ada, kita mau pergi berdua aja. Gak usah ikut-ikutan deh." ketus Herti yang langsung saja membuat Andi merengut kesal.
"Kalian ini selalu bertengkar, ya sudah kebetulan saya juga ada yang mau di beli. Tapi saya udah laper banget nih kita cari makan dulu yuk." ajak Arinda pada Herti dan Andi.
"Tuh kan, emang mbak Arin terbaik deh." ujar Andi dengan senyuman lebar.
Mereka bertiga pun bergegas pergi menuju lift. Sementara Satria tersenyum lebar di balik pintu ruangannya. Sebelumnya ia mau memanggil Arinda untuk menyerahkan berkas yang sudah ia periksa.
Karena Arinda memutuskan akan pergi, maka Satria memilih untuk mengirimkan pesan teks ke nomor Arinda. Ia akan memberitahukan jika Arinda boleh langsung pulang dan tidak perlu kembali ke kantor setelah makan.
Begitu mereka bertiga sampai di restoran, Arinda mengajak Herti dan Andi untuk duduk di meja yang ada di pojokan.
Arinda dan Herti memesan 2 porsi mie goreng Thailand super pedas dan 2 gelas king Manggo Thai , sedangkan Andi hanya memesan Nuthelo Chocolate dan 1 porsi French Fries.
Setelah menghabiskan waktu sekitar 40 menit makan di cafe tersebut akhirnya mereka bertiga memutuskan langsung pergi ke mall.
Karena Satria sudah mengirimkan pesan singkat pada Arinda jika ia tidak perlu lagi kembali ke kantor karena semua berkasnya sudah baik dan lengkap.
Ketika sampai di mall, tempat pertama yang mereka tuju adalah bioskop. Mereka pun memilih film bergenre komedi romantis sebagai pilihan.
Setelah selesai menonton, Andi pamit pulang lebih dahulu karena ia tidak ingin kelelahan mengikuti 2 orang wanita mengelilingi mall tersebut.
Ia sudah pernah melakukannya, dan kedua wanita tersebut seperti tidak punya rasa lelah untuk berjalan. Arinda dan Herti pun hanya bisa tertawa mendengar alasan Andi tersebut.
"Iya shopping time." Seru Arinda dan Herti serempak sambil tertawa renyah.
Mereka berdua memutuskan untuk membeli beberapa pakaian kerja dan sepatu, dan tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10 malam ketika mereka selesai.
Mereka pergi dengan mengendarai sepeda motor masing-masing. Arinda dan Herti pun berpisah di parkiran. Ketika hendak menjalankan motornya tiba-tiba seorang wanita menghampirinya.
"Arinda." panggil seorang wanita mengenakan mini dress berwarna merah terang.
Arinda pun berhenti dan mematikan mesin motornya. Ketika wanita tersebut sudah semakin dekat, Arinda menjadi sangat terkejut.
Wanita tersebut tersenyum menyeringai menatap Arinda dengan tatapan merendahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments