Arinda begitu terkejut melihat seorang perempuan berambut lurus sebahu itu berjalan semakin mendekatinya.
Sudah lama sekali semenjak ia melihat perempuan tersebut. Tatapan merendahkan terlihat jelas di matanya terhadap Arinda namun Arinda tak mau menghiraukannya.
Ia memilih untuk kembali mengemudikan sepeda motornya itu namun tiba-tiba perempuan tersebut dengan sengaja berdiri di depannya.
"Tolong minggir!" ucap Arinda dengan tenang.
"Kenapa terburu-buru sekali Arinda, kenapa kamu tidak mau berbicara denganku dan menanyakan kabarku?" tanya perempuan tersebut dengan senyum smirknya.
Jelas saja dengan sekali lihat orang lain pun akan tahu jika perempuan tersebut bukanlah perempuan baik-baik.
"Apa mau kamu?" tanya Arinda dengan tatapan dingin.
"Aku ? Aku gak mau apa-apa. Aku cuma mau tanya kabar kamu aja." ucap perempuan itu sambil memilin ujung rambut Arinda dengan jarinya.
Sontak saja Arinda langsung menepis kasar tangan perempuan bergaun merah terang tersebut. Penampilannya sangat terbuka dengan make up yang cukup tebal.
Perempuan tersebut adalah salah satu bagian dari masa lalunya yang ingin dia kubur dalam-dalam. Rasanya ia sangat muak bahkan ketika hanya mendengar namanya saja.
Sialnya , malam itu menjadi malam paling sial baginya karena harus bertemu dengannya. Rasanya seperti membuka luka lama yang telah mulai mengering.
"Aku sudah mengalah banyak sama kamu Arinda, gak seharusnya kamu bersikap seperti ini?" ucap perempuan tersebut mulai menunjukkan ekspresi bencinya pada Arinda.
"Bagaimana kabar anak itu sekarang? Sudah sebesar apa dia? Apa kamu menjaganya dengan baik?" tanya perempuan tersebut sengaja memancing reaksi Arinda.
"Dasar perempuan gila !" ujar Arinda menahan kesal.
Ia tidak tahan lagi berlama-lama dengan perempuan tersebut akhirnya memilih untuk kembali melajukan kendaraannya karena posisi perempuan tersebut berdiri di sampingnya.
Arinda benci dengan perempuan tersebut, rasanya ia tidak pernah ingin melihatnya lagi. Setiap kali mereka bertemu, perempuan tersebut tak pernah henti membuatnya terluka.
Arinda pun berhenti ketika ia sudah berkendara sekitar 20 menit. Sudah cukup jauh dari mall dimana ia bertemu dengan perempuan tersebut.
Arinda pun langsung membuka helmnya dan menangis sejadi-jadinya di atas motor. Ia tidak perduli lagi dimana ia berada dan bagaimana orang-orang akan memandangnya aneh.
Arinda terus menangis untuk mengurangi sesak di hatinya yang sudah ia tahan sejak tadi. Arinda terus merutuki nasibnya dalam hati karena harus mengalami semua ini.
Kenapa setelah 8 tahun ia mencoba untuk melupakan momen yang paling membuatnya sakit dan terluka tetapi Tuhan malah mengiriminya satu persatu orang-orang yang membuatnya seperti itu.
Kenapa setelah satria datang, satu persatu masa lalunya terasa semakin mendekat. Haruskah ia berlari lebih jauh lagi dari masa lalunya?
Rasanya ia tidak akan sanggup untuk menghadapinya secara terus menerus. Ia tidak bisa kembali di hadapkan dengan masa lalu yang sudah susah payah ia kubur dalam-dalam.
waktu sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam ketika Bayu baru saja pulang dari club. Teman-temannya semasa kuliah mengadakan reuni kecil untuk menyambut Satria di Jakarta.
Bayu bukan laki-laki yang tidak menyukai club, dulu ia pernah sangat ketagihan bahkan hampir setiap hari menghabiskan waktunya di tempat tersebut.
Namun sudah 1 tahun belakangan ini, ia mulai mencoba untuk menata hidupnya. Ia tidak pernah lagi datang ke tempat seperti itu.
Ia sudah berjanji pada papanya bahwa ia akan membuktikan jika ia mampu menjadi penerus yang pantas. Ia bahkan sudah berhenti untuk minum dan merokok sekalipun.
Bayu memutuskan untuk pulang lebih dulu karena ia sudah tidak nyaman dengan suara bising di club yang memekakkan telinga.
Namun tiba-tiba ketika sedang di perjalanan pulang, ia seperti melihat seorang gadis tengah duduk di atas trotoar sambil menangis tersedu-sedu.
Bayu merasa sangat mengenal gadis tersebut, dan benar saja ketika ia mendekat ternyata gadis tersebut adalah Arinda.
Gadis yang sudah berhasil mencuri hatinya selama ini. Bayu pun langsung memarkirkan mobilnya di depan Arinda.
Bayu segera turun dari mobilnya dan menghampiri Arinda yang masih menangis sambil menundukkan kepalanya. Ia bahkan tidak menyadari kehadiran bosnya disana.
Ia tidak tertarik lagi untuk tahu apapun yang terjadi di sekitarnya atau siapa yang sedang berlaku lalang di sekitarnya.
Sesaat ia benar-benar kehilangan akalnya karena lagi-lagi harus di hadapkan pada kenyataan paling menyakitkan di hidupnya.
"Arin." sapa Bayu menepuk bahu Arinda lembut.
Arinda pun mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Bayu. Arinda merasa sedikit terkejut melihat Bayu yang sedang ada di sekitarnya.
Namun hatinya terlanjur sakit untuk perduli tentang siapa yang ada di sekitarnya saat ini. Ia hanya butuh seseorang untuk bisa menenangkannya.
Air matanya tidak kunjung surut sejak tadi, Bayu pun menjadi tidak tega melihat keadaan Arinda yang seperti itu. Bayu pun menarik Arinda kedalam pelukannya.
Saat itu Arinda sudah tak bisa berpikir, ia pun tidak menolak ketika Bayu mencoba menenangkannya dengan cara memeluknya.
Bayu tidak bertanya apapun lagi, ia hanya memberikan pelukan hangat untuk Arinda dan menepuk lembut punggungnya memberikan ketenangan.
Tidak pernah ia melihat sisi Arinda yang seperti ini. Arinda yang ia kenal adalah gadis yang sangat tangguh dan tegas. Arinda adalah gadis paling mandiri dan berani yang ia kenal.
Arinda adalah satu-satunya gadis yang tak mampu membuatnya bahkan memiliki keberanian untuk mendekatinya.
Melihat kesedihan Arinda membuat hatinya serasa di remas-remas dengan kuat. Rasanya ia tidak rela melihat air matanya bisa mengucur deras dengan bebas.
Setelah beberapa saat Arinda sudah bisa tenang, ia pun langsung tersadar jika ia tengah berada di pelukan seorang laki-laki yang tak lain adalah bosnya sendiri.
Arinda pun langsung melepaskan pelukannya dan membuat Bayu sedikit terkejut. Bayu pun memberikan senyuman selembut mungkin pada Arinda yang pasti merasa malu padanya.
"Kamu sudah tenang sekarang?" tanya Bayu tersenyum.
"Ss.. sudah pak. Ma, maaf pak saya tidak sengaja." ucap Arinda terbata.
Arinda benar-benar dibuat sangat malu dengan tingkahnya tadi. Bagaimana jika bosnya tersebut menganggapnya sudah tidak waras.
Segera Arinda berdiri dan menghapus kasar air matanya. Ia segera merapikan penampilannya yang terlihat begitu kacau dan menyedihkan saat itu.
Bayu hanya bisa terdiam sambil menahan senyumannya sambil mengamati apa yang tengah Arinda lakukan.
Ia berusaha untuk menunjukkan wajah datar tanpa ekspresinya karena tidak ingin membuat gadis itu semakin merasa malu.
"Maaf pak, saya.." ucap Arinda yang langsung di sela oleh Bayu.
"Jangan panggil bapak, ini bukan di kantor. Dan saya bukan bapak kamu." ujar Bayu mencoba mencairkan suasana.
"Eh?" Arinda dibuat melongo dengan ucapan bosnya itu.
"Terus saya panggilnya apa dong?" tanyanya lagi polos.
"Panggil mas Bayu saja. Bagaimana?" tawar Bayu dengan senyuman lebarnya.
"Em, tapi saya.." Arinda pun ragu .
"Kalau tidak, kamu bisa langsung panggil nama saya. Panggil Bayu." ucapnya santai membuat kedua bola mata Arinda nyaris lepas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments