Setelah mendesak Arin dengan banyak pertanyaan akhirnya Arin pun dengan jujur dengan terpaksa menceritakan tentang Satria yang kembali dan kini menjadi atasannya.
"A..apa?" tanya Meisya sangat terkejut.
"Makanya gue mulai mikir, seberapa pun kerasnya gue menghindari pertemuan gue sama dia ternyata Tuhan malah berkehendak lain." jelas Arinda menatap kosong ke sebuah sudut.
"Dia tetep datang juga, gue..gue 8 tahun yang gue lewatin sia-sia. Makanya gue sekarang udah gak perduli mau ketemu atau enggak sama dia toh gue udah gak ada rasa sama dia." lanjut Arinda berbohong pada Meisya.
"Lu yakin Rin? lu yakin kalau lu udah bener-bener gak ada rasa sama dia?" tanya Meisya meragukan ucapan sahabat sekaligus adik iparnya tersebut.
"Gue yakin kok. Udahlah, sekarang gue mau menikmati hidup 8 tahun gue yang udah ke buang sia-sia." kilah Arinda agar Meisya tak banyak bertanya.
"Gue bakal sering-sering pulang mulai sekarang. Dan gue bakal serius kali ini buka hati gue sama cowok yang bener-bener cinta sama gue." ucap Arinda meyakinkan Meisya lagi.
Meisya pun lantas tersenyum dan memeluk Arinda memberikan dukungan untuknya. Namun di satu sisi Meisya pun mengkhawatirkan keberadaan Satria di hidup Arinda lagi.
"Kenapa setelah 8 tahun lu malah balik lagi sat." batin Meisya
"Mei, please cuma lu aja yang tahu soal ini. Apalagi ayah sama ibu. Gue gak mau mereka kepikiran." pinta Arin yang langsung di setujui oleh Meisya.
Malam harinya mereka makan malam dengan bahagia. Suasana di rumah orang tua Arinda benar-benar ramai di penuhi tawa canda dari anak dan menantunya.
Setelah makan malam mereka menyempatkan waktunya untuk berkumpul di ruang keluarga bersama untuk menghabiskan waktu dengan saling bercerita dan bernostalgia .
Ibu dan ayah Arinda sangat bahagia melihat sikap Arinda yang mulai berubah dan mereka berharap jika Arin bisa kembali ceria seperti dulu.
Ayah Arinda merasa melihat putrinya kembali yang berusia 17 tahun. Karena Arinda adalah putri satu-satunya di keluarga, Ayahnya sangat dekat dan memanjatkannya .
Berbeda dengan ibunya, sebagai orangtua mereka memposisikan dirinya dengan imbang. Jika sang ibu memanjakan salah satu anaknya maka ayah akan bersikap tegas dan disiplin.
Hal itu berlaku pada ketiga putra dan putrinya. Ayah dan ibu tetap menyayangi mereka sama rata. Tidak ada yang di bedakan kecuali kedekatan mereka masing-masing dengan orangtuanya.
Setelah berbincang-bincang cukup lama tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 10 malam. Akhirnya mereka memutuskan untuk istirahat dan masing-masing masuk ke dalam kamarnya.
Setelah Meisya dan Adrian masuk ke kamar, Meisya terlihat murung. Adrian pun menyadarinya dan langsung bertanya.
"Sayang kamu kenapa? kok keliatannya gelisah banget? Apa ada yang kamu khawatirkan?" tanya Adrian lembut sambil mengusap perut Meisya yang sudah mulai terlihat membuncit.
"Hem, gak kok yang. Aku gak apa-apa dan bayi kita juga baik-baik aja. Aku cuma kecapean aja. " ujar Meisya beralasan.
Haruskah ia menceritakan tentang kedatangan Satria kembali ke hidup Arin, pikirnya.
Dengan susah payah mereka membantu Arin untuk bisa bangkit lagi setelah apa yang Satria lakukan pada Arin.
Meisya pun berpikir lagi jika ia sudah berjanji pada sahabatnya itu. Bagaimana jika Ibu dan ayah nanti mengetahui tentang hal itu. Meisya pun tidak ingin melihat kedua mertuanya bersedih dan malah jadi kepikiran terus menerus.
Meisya menutup mulutnya rapat-rapat karena tidak ingin menimbulkan masalah untuk keluarganya saat ini. Ia akan mencoba mempercayai apa. yang gadis tersebut katakan. Walaupun sebenarnya ia sangat tidak yakin.
"Ya sudah, lebih kamu istirahat dulu sekarang. Ingat kandungan kamu, jangan banyak pikiran dan jangan sampai kecapekan." ucap Adrian memegang lembut kedua pipi istrinya yang menggemaskan karena semakin berisi.
"Baik boskuhh." jawab Meisya tertawa kecil.
Adrian menuntun istrinya ke tempat tidur dan membaringkannya di sana. Ia pun menyelimuti tubuh istrinya dengan sebuah selimut yang cukup tebal.
Setelah menikah Adrian sangat lembut dan perhatian pada Meisya. Walaupun dulu Adrian terlihat bersikap dingin, namun setelah menikah Adrian selalu memanjakan Meisya.
Ia sangat bersyukur karena istrinya tersebut mau mengambil langkah pertama untuk mendekatinya. Karena jika tidak, mungkin sampai hari ini ia akan tetap jadi pria dewasa yang melajang.
Meisya sangat dewasa, ia selalu bisa memposisikan dirinya dengan baik dan bijaksana. ia juga menjadi istri yang patuh, berani, dan juga mandiri. Namun ia juga tahu kapan ia bisa bersikap manja di depan suaminya.
Meisya juga sangat menyayangi keluarga Adrian dan tidak pernah membeda-bedakan perhatian untuk keluarganya ataupun keluarga Adrian.
Meisya juga merupakan putri sulung, ia memiliki 1 adik laki-laki yang seusia dengan Dean. Bahkan mereka berdua bersahabat dekat dan kuliah di kampus yang sama.
"Aku benar-benar beruntung memiliki kamu sayang, terimakasih telah hadir dalam hidupku. Dan terimakasih karena kamu, sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah. Aku sayang kamu." Ucap Adrian tulus sambil menatap lekat wajah Meisya dengan penuh kasih.
Matanya telah terpejam beberapa menit yang lalu dengan hembusan nafas teratur. Meisya telah memasuki alam mimpinya namun suaminya tersebut masih setia duduk di sampingnya dan menatap wajah Meisya yang tengah terlelap.
Adrian pun memberikan kecupan dengan pelan di bibir sang istri kemudian di keningnya sebelum akhirnya ia juga ikut berbaring di samping Meisya untuk berisitirahat.
Sementara Arin dan Dean tengah berjalan-jalan di luar untuk menikmati wisata kuliner pinggir jalan di malam hari yang terkenal di Bogor.
Arin sangat senang bisa keluar bersama adiknya itu yang kini sudah semakin dewasa saja. Sudah lama sekali Arin tidak menikmati jajanan pinggir malam di kota hujan tersebut.
Jika sudah pulang ke rumah orangtuanya, ia tidak pernah pergi kemanapun bahkan untuk bersenang-senang seperti itu. Tapi kini adik laki-lakinya yang telah tumbuh besar itu bahkan sudah bisa menjadi teman kencannya selama berburu beberapa jajanan pinggir jalan.
Arin dan Dean membeli banyak makanan, mulai dari Cakwe sampai martabak manis dan martabak telur kesukaan ayah dan ibunya. Karena mereka pergi sejak jam 7 malam, mereka belum makan malam.
Akhirnya mereka berdua memesan 2 porsi nasi + soto daging santan di tempat yang mereka tahu adalah tempat yang paling enak di sekitar sana. Rasanya tidak pernah berubah baik ketika mereka makan di tempat ataupun di bungkus untuk di makan di rumah.
Seperti kebanyakan makanan yang jika di beli di tempat akan terasa enak sedangkan di bawa pulang rasanya berubah menjadi hambar bahkan tidak enak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments