Kepulangan Arinda ke rumah orangtuanya membuat kedua orangtuanya sangat senang. Bagaimana tidak? Karena ini adalah momen yang cukup langka.
Mereka langsung menghubungi kakak dan adik Arinda saat itu juga. Dan meminta mereka untuk pulang ke rumah secepatnya.
Sudah lama sekali sejak Arinda pulang karena keinginannya sendiri. Dan tidak ada acara Spesial yang mengharuskan ia untuk pulang.
Bahkan ketika kakaknya menikah 3 tahun silam, ia bersikeras untuk kembali ke Jakarta di malam setelah resepsi. Ia tidak pernah berlama-lama di rumah dengan berbagai alasan pekerjaan.
Ia selalu menyibukkan dirinya dengan sesuatu hal yang bermanfaat. Dari pada berkumpul bersama keluarganya bahkan ketika hari Raya. Arin tidak suka ketika saudaranya bertanya tentang kisah cintanya.
Ia pun terlalu sibuk untuk menghindari seseorang yang bisa saja ia temui tanpa sengaja karena mungkin ia masih tinggal di kota yang sama.
Arinda tidak pernah tahu sebelumnya jika setelah mereka putus Satria memilih untuk pindah dan menetap di Yogyakarta bersama neneknya.
Arinda bahkan tidak pernah memberikan kontaknya kepada teman-teman sekolahnya. Arin bahkan tidak pernah menghadiri acara Reoni di sekolah mereka dulu yang kebetulan di adakan setiap tahun.
Karena akan ada seseorang yang tidak pernah ingin dia ingat menjadi bagian dari masa-masa sekolahnya yang berharga.
Tidak sampai 1 jam, kakaknya Adrian dan istrinya pun datang mendengar kepulangan Arinda setelah ibu meneleponnya.
Begitu juga dengan Dean adiknya, meskipun dari luar mereka terlihat tidak akur dan sering bertengkar itu hanya salah satu cara mereka menunjukkan perasaan mereka masing-masing.
"Assalamualaikum." ucap Adrian dan istrinya bersamaan sambil mengetuk pintu.
"Wa'alaikumsalam." jawab ibu yang langsung membuka pintu untuk anak dan menantunya itu.
"Arin, dimana bu?" tanya Adrian.
"Ada di kamar, sedang istirahat. Sebentar lagi juga pasti dia turun, tadi bilangnya mau lihat-lihat kamarnya dulu." jelas ibu sambil menuntun keduanya ke ruang keluarga.
Adrian dan istrinya langsung duduk di sofa di mana ayah sedang duduk sambil menonton tv. Dan tiba-tiba Dean datang sambil berlari-lari menanyakan keberadaan kakak perempuannya itu.
"Kak Arin nya mana bu?" tanya Dean setelah mengatur nafasnya yang tersengal.
"Kamu tuh baru dateng bukannya ucap salam malah nanyain kakak kamu." omel ibu merasa gemas pada putra bungsunya yang terkadang sangat ceroboh.
Namun bukannya menjawab atau menyapa semua orang yang tengah berkumpul di sana Dean langsung berlari ke arah kamar Arinda.
Ceklek,
Setelah Dean membuka pintu kamar Arin ia pun mengedarkan pandangannya untuk menemukan keberadaan kakaknya itu.
Tampak Arinda sedang termenung sambil berdiri menghadap ke arah rak buku yang berada di salah satu pojokan kamarnya. Dean lantas berlari ke arah Arinda dan dengan sengaja mengejutkannya.
"kak." panggil Dean sambil menepuk bahu Arinda dengan kencang.
Sontak Arinda menoleh mendapati tepukan di bahunya itu. Sementara Dean langsung memasang wajah datar begitu tatapannya dan kakaknya itu bertemu.
"Dean! Ngagetin kakak tahu gak?! Dari kapan kamu disini?" protes Arin.
"Makanya kakak jangan banyak bengong. Masa aku dateng aja gak tahu." balas Dean sedikit mengomel.
"Maaf." ucap Arinda tersenyum hangat merentangkan tangannya lebar memeluk adik bungsunya tersebut.
Dean dan Arinda dulu sangat dekat, namun setelah Arinda memilih untuk kuliah di Jakarta sampai akhirnya lulus dan bekerja di sana hubungan mereka jadi sedikit merenggang.
Arinda dan Dean pun kembali ke ruangan keluarga untuk menemui kakak dan kakak iparnya yang tengah menunggu.
"Ariiiin." pekik Meisya sang kakak ipar sambil berjalan cepat menghampirinya.
"Sayang, jangan lari." teriak Adrian memperingatkan istrinya yang tengah hamil itu.
"Iyah ih, udah mau jadi mama muda juga suka ceroboh deh." cibir Arinda dengan wajah datarnya.
"Peluk!" rengek Meisya melihat adik ipar sekaligus sahabatnya itu tetap memasang wajah juteknya.
"Gak usah sok jutek deh sama gue! Kangen bilang aja!" protes Meisya yang kini tengah memeluk Arinda gemas.
Arinda pun mengulum senyum bahagia, ternyata sahabat sekaligus kakak iparnya itu tidak pernah berubah. Ia tetap saja kekanak-kanakan meskipun sebentar lagi sudah akan menjadi seorang ibu.
Adrian memang menikahi sahabat dari adiknya itu atas perjodohan kedua orang tua mereka. Karena Adrian tipe laki-laki yang susah untuk jatuh cinta, Arinda dan kedua orangtuanya mati-matian menjodohkannya dengan sahabatnya tersebut.
Meisya orang yang periang dan sangat ceria. Dia adalah perempuan yang sederhana dan apa adanya, karena itulah Arin berpikir jika Meisya akan menjadi istri yang cocok untuk Adrian.
Sejak lama Meisya memang mengagumi Adrian yang dinilainya sosok idamannya. Butuh kerja keras antara Arin dan orangtuanya untuk membuat seorang Adrian bertekuk lutut pada Meisya.
Dan akhirnya kini mereka sudah menikah. 3 tahun lalu mereka melangsungkan pernikahan mereka secara tertutup dan hanya di hadiri oleh Kedua keluarga dan kerabat serta sahabat dekat masing-masing.
Dan di tahun ke 3 ini akhirnya Tuhan menjawab doa-doa mereka. Meisya di nyatakan positif hamil oleh dokter dan bayi mereka akan lahir dalam beberapa bulan.
Karena Arinda dan Meisya sudah bersahabat sejak SMP, mereka sangat dekat layaknya saudara. Bahkan kepribadian mereka yang ceria dan ceplas-ceplos tidak berbeda sama sekali sejak dulu.
"Jadi kangen kakak ipar doang nih gak kangen sama kakak?" celetuk Adrian karena merasa terabaikan oleh sepasang sahabat ini.
Arinda pun menoleh dan tersenyum pada kakak sulungnya tersebut, ia menghampiri dan memeluknya selama beberapa saat untuk melepas rindu.
Setelah itu Meisya menarik dan membawa Arinda untuk pergi ke kamar karena ingin menghabiskan waktunya berdua. Ia bahkan mengacuhkan suaminya itu setiap bertemu dengan Arinda.
Meisya sangat penasaran ketika ibu mertuanya menelpon untuk mengabari kepulangan Arinda yang tiba-tiba. Karena ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
Adrian sangat paham betul dengan perangai istrinya, pasti ia akan mencecar adiknya habis-habisan dengan banyak pertanyaan yang menyebalkan.
Sementara ibu hanya bisa melihat semuanya dengan bahagia, akhirnya suasana rumah yang sudah ia rindukan cukup lama bisa kembali lagi walaupun hanya untuk sementara.
Selama ini ia sedikit terobati dengan kehadiran Meisya sebagai menantunya. Sedikit banyaknya bisa di bilang ia sangat mirip dengan putrinya tersebut.
"Bilang sama gue, kenapa lu balik?" tanya Meisya.
"Ya ampun ni bumil, kalau kepo serem. Udah kayak orang minta makan karena kelaparan gak dapet makan selama 7 hari." ujar Arinda melontarkan candaan
Bukan perkara mudah untuk menipu ibu hamil yang super kepo ini, karena mereka sudah bersahabat hampir 15 tahu sejak mereka masih kecil
Mereka sangat saling mengenal kepribadian masing-masing. Arinda pun termenung beberapa saat mencoba memikirkan kata-kata yang pas yang akan ia ucapkan pada kakak iparnya tersebut.
"Cepetan cerita ih, kok malah bengong sih ?" ucap Meisya tak sabar
"Ya ampun, lu tuh mau kepo tapi kok maksa banget sih." jelas Arindan sambil tertawa renyah.
"Sebenernya tuh gue, gue... gue tuh."ucap Arinda menggantung
"Apa?" tanya Meisya dengan tatapan mata yang di pertajam
"Gue kebelet pengen ke toilet." seru Arinda sambil berlari ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
Meisya pun berteriak kesal karena Arinda malah mencoba menghindari pertanyaannya dan mencoba untuk mandi slalu*
"Udah lama banget rin semenjak lo balik kesini. " batin Meisya menata ke arah pintu kamar mandi yang sudah rapat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments