Tamu tak di undang

Arin tidak berhenti memukuli satria dan terus mengejarnya sambil mengucapkan banyak sumpah serapah. Ia begitu kesal setelah Satria berbohong jika sesuatu telah terjadi pada mereka semalem.

Satria berbohong jika ia khilaf dan tidak bisa mengontrol dirinya sendiri karena pengaruh minuman beralkohol. Arin terus mengeluarkan semua kekesalannya pada Satria hingga akhirnya ia menangis terduduk di lantai.

"Maaf, maafin aku.. maafin aku, aku beneran gak sengaja ngelakuin itu sama kamu." ucap Satria memeluk Arin yang menangis dengan tersedu-sedu.

"Kamu jahat! Jahat sat! Kenapa kamu harus ngelakuin itu sama aku juga? Dasar brengsek !" jerit Arinda sembari memukuli dada Satria sekuat tenaga di sela isak tangisnya.

"Maafin aku Rin, ini satu-satunya cara aku untuk bisa mendapatkan kamu kembali." batin Satria

Setelah beberapa saat akhirnya Arinda pun bisa tenang. Sekarang mereka berdua duduk berhadapan di meja makan. Mereka akan membicarakan permasalahan ini dengan kepala dingin.

"Sebaiknya kita lupakan tentang kejadian tadi malam, kita anggap kalau gak pernah ada sesuatu yang terjadi di antara kita." ucap Arin setelah tampak berpikir cukup lama.

"Gak bisa Rin, bagaimana pun juga aku gak bisa gitu aja ngelupain semua itu. Aku harus tanggung jawab sama kamu, bagaimana kalau nanti kamu sampai..."

"Stop !" bentak Arin tidak ingin mendengar kemungkinan yang akan menghancurkan hidupnya.

"Jangan pernah ngomong macam-macam soal itu apalagi sampai ada orang yang tahu masalah ini, aku sendiri yang akan mutilasi kamu jadi 10 bagian !" ancam Arinda dengan wajah garangnya.

Satria sebenarnya tidak tega melihat Arinda yang begitu frustasi. Ia terus mengacak-acak rambutnya dan berteriak kesal dan sesekali memberikan umpatan untuk Satria.

Semenjak bertemu ini pertama kalinya ia melihat Arinda nya yang dulu. Satria hanya tersenyum melihat Arin yang tengah mengomel. Bibirnya bergerak naik turun seakan tidak lelah sama sekali berbicara.

"Ngapain sih senyum-senyum bukannya mikir kamu tuh!" sentak Arin lagi menyadarkan Satria.

"I..iyaa maaf." jawab Satria pasrah.

Itu adalah salah satu resiko yang ia harus terima karena telah berbohong pada Arin. Satria sangat yakin jika suatu saat nanti ia akan bisa kembali pada Arinda.

Satria sudah bertekad jika ia akan mulai memperjuangkan kembali cintanya pada Arinda. Ia akan menerima segala hal yang akan terjadi padanya sekalipun jika nanti Arin akan melukainya untuk membalasnya.

"Ya udah kamu makan dulu ya, muka kamu masih pucat tuh badan kamu juga panas." ujar Satria sembari menyodorkan semangkuk bubur.

Arin pun langsung mengambil mangkuk tersebut dengan kasar dan mulai memakannya. Karena tidak bisa di pungkiri perutnya sudah mulai kelaparan sejak tadi ia terbangun.

"Satria brengsek! Gimana ini, kalau gue hamil gimana? Aaarggghh sial !" batin Arin mengumpat.

Sementara Arinda sedang makan, Satria pergi ke dapur untuk membuatkan segelas jus buah. Satria masih ingat dengan jelas, jika Arin sangat menyukai jus buah.

"Kesukaan kamu."ujar Satria sambil meletakkan segelas jus buah tanpa gula .

Sontak saja membuat gerakan tangan Arin terhenti dan menatap pada gelas yang penuh terisi oleh jus buah segar.

"Strawberry, kiwi, dan apel tanpa gula dan sudah aku tambahkan madu." jelas Satria yang masih ingat kebiasaan Arin dulu.

Mendengar hal tersebut membuat hati Arin mencelos sakit, mengingat masa lalu mereka yang pernah sangat bahagia. Sampai akhirnya ia mengetahui semua kebohongan dan penghianatan yang Satria lakukan.

"Aku udah gak minum itu, sekarang." ucap Arinda menatap kosong ke satu arah.

"Ah, ya sudah 8 tahun dan pasti kebiasaan kamu sudah banyak berubah." ujar Satria dengan sedikit tertawa hambar.

"Aku udah selesai, tolong kembalikan baju yang aku pakai semalam aku akan pulang." ujar Arin kembali menjadi dingin.

"Bajunya lagi aku cuci, belum kering. Kamu tunggu sebentar lagi ya, biar aku pesankan baju buat kamu." ujar Satria sembari memainkan ponsel di tangannya.

"Sudah tidak perlu, aku akan pulang sekarang." ujar Arin tak ingin lebih lama lagi bersama Satria dan mengingat masa lalu mereka.

"Aku udah pesan, 30 menit lagi sampai. Kamu gak mungkin kan pulang dalam keadaan begini." ujar Satria sembari meletakkan ponselnya di atas meja.

"Baiklah." jawab Arin pasrah tak bisa berkata lagi.

"Minumlah obat ini, kamu masih demam." ujar Satria memberikan sebuah obat berbentuk tablet dan segelas air putih.

Mau tidak mau Arin menerimanya walaupun dengan sedikit canggung. Ia segera meminum obatnya tanpa mengatakan apapun lagi pada Satria.

"Kamu sudah bisa minum obat tanpa pisang. Kamu sudah banyak berubah." ujar Satria membuat Arin kembali merasa kesal.

"Jangan terus mengingat seperti apa aku di masa lalu, karena dia sudah tidak ada lagi. Sama seperti hati aku buat kamu, udah gak ada yang tersisa selain benci." ujar Arin begitu menohok.

"Maaf." Hanya satu kata yang bisa Satria ucapkan.

"Karena itu berhentilah memikirkan masa lalu, karena aku sudah tidak di sana untuk kamu." ucapnya lagi semakin menggores hati Satria.

Akhirnya ia kembali menjadi Arinda yang dingin dan cuek. Satria tidak berani lagi untuk mengatakan apapun. Ia akan mencoba lebih bersabar menghadapi Arin.

Ting tong, suara bel berbunyi.

Satria bergegas melihat siapa yang datang. Dan diluar dugaannya ternyata Bayu lah yang sekarang tengah menunggunya untuk membukakan pintu.

Beruntungnya, Satria mengecek terlebih dahulu siapa yang datang. Arin pasti tidak mau jika Bayu memergokinya berada di apartemen Satria.

Satria segera berlari menarik tangan Arin untuk membawanya ke kamar kembali dan bersembunyi. Namun Arin menjadi sangat marah karena ia pikir Satria akan kembali berbuat kurang ajar padanya.

"Kamu ngapain sih!? Lepasin tangan aku. lepasin kalau kamu berani macem-macem, aku teriak nih yaa."ujar Arin dengan begitu kesal mencoba menghempaskan tangannya dari cengkraman Satria.

"Shuutt.." ucap Satria memberikan isyarat Arin untuk diam.

"Kamu tuh bisa diem dulu gak sih? Diluar ada Bayu, kamu mau memang kalau dia tahu dan lihat kamu disini dan kamu tidur disini sama aku." ujar Satria membuat kedua bola mata Arin membulat sempurna.

"Ya, maaf. Tapi gimana sekarang ada Bayu? kamu mau nemuin? Apa mau sembunyi?" tanya Satria tak kalah kesal karena mendengar Bayu yang terus menerus membunyikan bel.

"Ya sembunyi lah! Masa mau nemuin dia?" jawab Arin dengan bibir mengerucut sebal.

"Ya makanya nurut sama aku, ayo aku anterin ke kamar. Kamu diem di kamar kunci aja pintunya dari dalem, soalnya kadang Bayu suka ke kamar." ujar Satria memberikan komando yang mau tidak mau di turuti oleh Arinda.

Sementara Arin sudah mengunci dirinya di kamar, Satria pun bergegas untuk membukakan pintu untuk sahabatnya itu.

"Lo tidur apa pingsan sih di dalem? Lama banget sih bukain pintu doang juga!" ujar Bayu berceloteh kesal.

"Masuk rumah orang bukannya ucap salam malah marah-marah. Lo itu cowok apa emak-emak kompleks sih?" timpal Satria mencibir sahabatnya.

Karena mereka sangat dekat sejak dulu, Bayu sudah tidak sungkan untuk masuk ke apartemen Satria bahkan sebelum Satria mempersilahkannya untuk masuk.

"Gue curiga nih, jangan-jangan Lo balik dari club semalem bawa pulang cewek ya? Makanya Lo baru bangun dan lama banget bukain pintu buat gue." ujar Bayu mendelik curiga.

Apalagi ia melihat ada 2 gelas jus buah di meja makan. Dan itu adalah hal yang tak pernah ia lihat sejak Satria pindah ke Jakarta.

"Kayaknya kecurigaan gue bener nih." ujar Bayu menaik-turunkan alisnya sambil tersenyum devil membuat Satria kehabisan kata-kata.

"Apaan sih lo ngaco deh. Mana pernah gue bawa cewek kesini." kilah Satria.

"Duh mampus deh bangkek emang nih anak ngapain sih pake kesini?" batin Satria .

Bayu terlalu mengenal Satria dan akan menjadi hal yang sangat sulit untuk bisa membohonginya. Bayu sudah sibuk melirik ke arah pintu kamar Satria yang begitu ia ingin masuki untuk memastikan siapa perempuan yang Satria bawa pulang.

Karena itu artinya Satria bisa sedikit tertarik dengan gadis lain selain mantan kekasihnya yang sudah meninggalkannya 8 tahun lalu, pikir Bayu.

Episodes
1 Arinda
2 Satria
3 Bersikap profesional
4 Teringat masa lalu
5 Pulang
6 Bumil terkepo
7 Kencan bersama Dean
8 Happy time
9 Perempuan dari masa lalu
10 Curhat
11 Menghindar
12 Tidak bisa melupakannya
13 Kegaduhan
14 Penyesalan Satria
15 Kesalahpahaman
16 Tamu tak di undang
17 Pertemuan tak di sengaja
18 Dokter Raka
19 Pacar baru
20 Rasa yang mungkin masih sama
21 Teman Lama
22 Pulang ke Bogor part 1
23 Pulang ke Bogor part 2
24 Masa lalu part 1
25 Masa lalu part 2
26 Luka yang terulang kembali
27 Pagi-pagi buta
28 Kenyataan lainnya
29 Sahabat
30 Kebenaran yang terpendam
31 Pengumuman
32 Kembali bersemangat
33 Pertemuan
34 Mari saling memaafkan
35 Kecurigaan Bayu
36 Kekecewaan Bayu
37 Menghindar
38 Hancur
39 Arslan, anak ku
40 Ke Rumah Sakit
41 Istri khayalan
42 Masih saling mencintai
43 Isi hati yang terpendam
44 Insta Dairy
45 Bahan Gibah
46 Surat pengunduran diri
47 Makan siang bersama
48 Gadis cantik di pesta
49 Dilema
50 Perjalanan part 1
51 Perjalanan part 2
52 Perjalanan part 3
53 Makan malam
54 kebenaran tentang arslan
55 Wahana Outbound part 1
56 Arinda, Satu-satunya cinta
57 Selamat tinggal
58 Sebuah Awal
59 kehidupan baru Satria
60 Surat untuk Raka
61 Kedatangan Dean
62 Kekhawatiran Dean
63 Sherina
64 Kedatangan Raka
65 Terpesona
66 Kebimbangan
67 Pengumuman
68 Penolakan
69 sebuah kebetulan atau takdir?
70 Teman baru
71 Sepiring ketoprak
72 Jalan-jalan
73 Sherina's birthday
74 Kejutan
75 Makan malam
76 Karaoke
77 Sebuah pesan perpisahan
78 Gelisah
79 Kedai bakso part 1
80 Kedai bakso part 2
81 Harapan baru Satria
82 Interview
83 Sherina Jatuh sakit
84 Terimakasih Raka
85 Makan siang Tim
86 Mak comblang
87 Hanya salah paham
88 Calon istri
89 Gosip
90 Pulang
91 Rencana Satria
92 Patah hati bersama
93 Terpergok Dean
94 Sambutan Adrian
95 Penolakan orangtua Arinda
96 Pengakuan mengejutkan Raka
97 Sebuah permintaan
98 Kedatangan Arin
99 Perasaan bersalah Satria
100 Harapan orangtua Satria
101 Harapan
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
Episodes

Updated 124 Episodes

1
Arinda
2
Satria
3
Bersikap profesional
4
Teringat masa lalu
5
Pulang
6
Bumil terkepo
7
Kencan bersama Dean
8
Happy time
9
Perempuan dari masa lalu
10
Curhat
11
Menghindar
12
Tidak bisa melupakannya
13
Kegaduhan
14
Penyesalan Satria
15
Kesalahpahaman
16
Tamu tak di undang
17
Pertemuan tak di sengaja
18
Dokter Raka
19
Pacar baru
20
Rasa yang mungkin masih sama
21
Teman Lama
22
Pulang ke Bogor part 1
23
Pulang ke Bogor part 2
24
Masa lalu part 1
25
Masa lalu part 2
26
Luka yang terulang kembali
27
Pagi-pagi buta
28
Kenyataan lainnya
29
Sahabat
30
Kebenaran yang terpendam
31
Pengumuman
32
Kembali bersemangat
33
Pertemuan
34
Mari saling memaafkan
35
Kecurigaan Bayu
36
Kekecewaan Bayu
37
Menghindar
38
Hancur
39
Arslan, anak ku
40
Ke Rumah Sakit
41
Istri khayalan
42
Masih saling mencintai
43
Isi hati yang terpendam
44
Insta Dairy
45
Bahan Gibah
46
Surat pengunduran diri
47
Makan siang bersama
48
Gadis cantik di pesta
49
Dilema
50
Perjalanan part 1
51
Perjalanan part 2
52
Perjalanan part 3
53
Makan malam
54
kebenaran tentang arslan
55
Wahana Outbound part 1
56
Arinda, Satu-satunya cinta
57
Selamat tinggal
58
Sebuah Awal
59
kehidupan baru Satria
60
Surat untuk Raka
61
Kedatangan Dean
62
Kekhawatiran Dean
63
Sherina
64
Kedatangan Raka
65
Terpesona
66
Kebimbangan
67
Pengumuman
68
Penolakan
69
sebuah kebetulan atau takdir?
70
Teman baru
71
Sepiring ketoprak
72
Jalan-jalan
73
Sherina's birthday
74
Kejutan
75
Makan malam
76
Karaoke
77
Sebuah pesan perpisahan
78
Gelisah
79
Kedai bakso part 1
80
Kedai bakso part 2
81
Harapan baru Satria
82
Interview
83
Sherina Jatuh sakit
84
Terimakasih Raka
85
Makan siang Tim
86
Mak comblang
87
Hanya salah paham
88
Calon istri
89
Gosip
90
Pulang
91
Rencana Satria
92
Patah hati bersama
93
Terpergok Dean
94
Sambutan Adrian
95
Penolakan orangtua Arinda
96
Pengakuan mengejutkan Raka
97
Sebuah permintaan
98
Kedatangan Arin
99
Perasaan bersalah Satria
100
Harapan orangtua Satria
101
Harapan
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!