ARINDA POV
Setelah bertahun-tahun aku berusaha melupakannya, ternyata Tuhan malah memberikanku hadiah yang sangat istimewa.
Ya, di hari itu setelah bertahun-tahun Tuhan mempertemukan kami kembali. Dia yang datang dari masa lalu, dia yang pernah membuatku merasakan jatuh bangun dalam cinta.
Dia yang namanya telah coba ku lupakan setengah mati. Dia yang pernah membawa bahagia dan duka saling berganti.
Ah, dia yang wajahnya kini ku benci sampai mati. Dia lah sebuah ingatan yang sangat ingin aku hilangkan.
Tidak ada yang berubah darinya, selain kedewasaan yang nampak bertambah seiring berjalannya waktu.
Jantungku nyaris berhenti berdetak ketika tiba-tiba seorang laki-laki dengan setelan jas itu menabrak ku di depan lift.
Semua file yang ku pegang jatuh berhamburan di lantai, laki-laki tersebut nampak menundukkan tubuhnya dan berjongkok untuk mengambilkan semua file yang telah jatuh berserakan.
Sekilas ku lihat wajah seorang laki-laki yang telah bertahun-tahun coba aku lupakan walaupun sulit setengah mati.
Deg,
"Kenapa Engkau harus mempertemukanku dengannya lagi tuhan." batinku sambil menahan sakit dan sesak yang datang secara bersamaan.
Susah payah aku menghindarinya, meninggalkan kota kelahiran ku, keluarga ku, sahabat-sahabat ku, seluruh hidupku saat itu hanya untuk melupakannya.
Kenapa harus dengan mudahnya Tuhan mempertemukan ku lagi dengannya disini saat ini, pikirku.
"Maaf" ucapnya lirih sambil menyerahkan semua file yang telah ia rapikan.
Beberapa saat pandangan kami saling bertemu, wajah yang tak ingin ku lihat lagi seumur hidupku saat itu berdiri tepat di hadapanku.
Ingin ku segera berlari meninggalkannya lagi, namun kedua kakiku seperti tertancap disana.
Tidak ada satu katapun yang sanggup terucap dari bibir ku yang rasanya mendadak kelu.
Aku pun mencoba mengalihkan pandangan ku darinya dan setelah itu berlari meninggalkannya tanpa kata .
Mencoba mengumpulkan segenap kewarasan ku yang sejenak menghilang .
Setelah beberapa hari ini aku terus menghindar untuk bertemu dengannya walaupun secara profesional kami adalah atasan dan bawahan.
Namun sebisa mungkin aku menghindari pembicaraan jika hanya berdua. Aku tidak ingin kami memulai pembicaraan tentang hal pribadi.
Cukup terus bersikap seperti ini. Aku pun akan berusaha tetap profesional dan menghormatinya sebagai atasan ku di kantor ini.
Tidak lebih dan tidak kurang. Berpura-pura tidak saling mengenal adalah hal yang terbaik untuk dilakukan saat ini.
Aku tidak ingin ada yang mengetahui masa lalu yang telah lama ku kubur dalam-dalam.
Tidak ada tempat untuk masa lalu di masa depan. Mungkin sudah saatnya aku menghadapi dia, dan tidak harus terus menerus melarikan diri.
Melarikan diri dari hal yang mempertemukan kami seperti selama beberapa tahun terakhir ini.
Aku sudah terlalu banyak mengorbankan banyak hal untuk mencegah pertemuan kami sekarang.
Namun karena sudah terjadi, aku akan kembali pada kehidupan ku sebelumnya seperti dulu.
Meninggalkan kota kelahiran ku dan teman-teman ku ternyata tidak merubah apapun.
Tuhan selalu punya jalan untuk menguji seseorang. Dan aku akan menganggap ini sebagai salah satu ujian dari Nya.
****
Pagi di hari sabtu aku sudah merapikan semua barang-barangku. Hari itu aku memutuskan untuk pulang ke Bogor kampung halamanku.
Aku memutuskan untuk naik kereta antar kota, dan tidak membawa kendaraan. Karena Minggu malam, aku sudah harus tiba lagi di Jakarta.
Aku tidak ingin terlambat pergi bekerja jika berangkat dari rumah kedua orangtuaku. Biasanya setiap pulang aku selalu menaiki kereta seperti itu.
Aku memesan ojek online untuk pergi ke stasiun yang jaraknya hanya sekitar 15 menit menggunakan sepeda motor.
Aku tidak mengabari kedua orang tuaku terlebih dahulu untuk memberikan mereka kejutan.
Sudah lebih dari 6 bulan sejak terakhir aku memutuskan untuk pulang ke Bogor. Biasanya mereka berdua selalu datang ke Jakarta khusus untuk menemui ku.
Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga biasa dan ayahku hanya seorang pedagang kecil-kecilan di pasar.
Aku anak ke 2 dari 3 bersaudara, aku mempunyai 1 kakak laki-laki dan 1 orang adik laki-laki juga.
Hanya aku satu-satunya anak perempuan di keluarga kami, namun aku lah yang paling mandiri dan tidak penurut di antara kami bertiga.
Kakak laki-laki ku adalah seorang karyawan di sebuah bank swasta di Bogor, sedangkan adikku masih kuliah.
Kakakku bernama Adrian, dia sudah menikah dan tinggal tidak jauh dari rumah orangtua kami.
Ibu ku yang memintanya untuk membeli rumah yang jaraknya tidak terlalu jauh bahkan bisa di tempuh hanya dengan berjalan kaki kurang dari 10 menit.
Beruntungnya istrinya sangat baik dan tidak mempermasalahkan hal tersebut. Ia tahu bahwa suaminya tersebut adalah kesayangan dari kedua orangtuaku.
Ibu ku sangat tidak bisa jauh darinya, ia sangat memanjakan kak Adrian sejak dulu. Bahkan terkadang adik bungsuku yang bernama Dean selalu di buat iri olehnya.
Ah, aku sangat merindukan mereka semua. Aku akan mencoba untuk memulai semuanya kembali seperti dulu. Karena seberapa kerasnya pun aku menghindar ternyata Tuhan malah membuatku melihatnya setiap hari sekarang.
Sudah waktunya aku benar-benar melupakannya, agar aku tidak goyah lagi karena bagaimanapun kami akan memulai sehuah pekerjaan bersama untuk waktu yang tidak sebentar.
Tidak mungkin aku harus keluar dari perusahaan hanya karena kehadiran mantan pacarku, hah lucu sekali jika sampai aku melakukannya.
Tidak terasa setelah melakukan perjalanan selama 3 jam akhirnya aku sampai di depan rumah kedua orangtuaku.
Tidak ada yang berubah sejak dulu, rumah ini selalu terasa hangat dan nyaman. Ku pandangi sekitar halaman rumahku yang terdapat banyak tanaman buah-buahan dan sayur-sayuran.
Jika orang lain menanami halaman depannya dengan sesuatu hal yang indah seperti bunga, maka lain dengan ibuku yang memilih membuat halaman depannya sebagai kebun mini nya.
Lebih sehat semua sayuran yang di tanam langsung oleh diri sendiri daripada yang di jual di pasaran mengandung banyak pestisida menurutnya.
Sungguh hal yang merepotkan pikirku, tapi begitulah ibuku ia sangat menyukai kegiatan berkebun seperti itu.
"Assalamualaikum." ujarku sambil mengetuk pintu
"Waalaikum salam." jawab ibuku dari dalam rumah
Ceklek, pintu terbuka.
"Ayaaaah... kesini cepetan yah.. lihat siapa yang datang." teriak ibu dengan suara menggelegarnya
"Kenapa sih bu, panas-panas begini kok teriak-teriak." jawab ayahku menggerutu sambil menghampiri ibu yang berdiri di depan pintu
"Ya Allah, Rin... ini kamu beneran pulang.?" tanya ayah dengan kehebohannya membawaku ke dalam pelukannya
"Udah dong yah, ibu aja belum peluki putri ibu. Kok ayah langsung nyerobot aja." protes ibu sambil menarik ayah untuk melepaskan ku.
Ibuku menghampiri dan memelukku, rasanya sangat hangat dan nyaman seperti biasanya.
Mereka pasti sangat terkejut dengan kedatangan ku yang tiba-tiba tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
"Ibu kangen sekali nak sama kamu." ucap ibu
"Sudah loh Bu, kangen-kangenan nya di lanjut nanti saja di dalam. Sudah lama sekali putri kita ini tidak pulang." ujar ayah lembut
Ibu pun terkekeh pelan sambil meneteskan air matanya yang tak bisa lagi ia tahan. Aku sangat tahu jika kedatangan ku yang seperti ini saja sudah membuat mereka sangat senang.
Biasanya mereka yang mengunjungiku, hampir setiap bulan 1 kali ketika weekend seperti ini.
Seberapa kerasnya pun mereka membujuk, aku tidak pernah menuruti keinginan mereka untuk pulang. Aku selalu mengatakan pekerjaan ku sebagai alasannya.
Kami bertiga langsung menuju ruang keluarga, sedangkan ayah membawakan tas ranselku dan menaruhnya di kamarku.
"Rin, kenapa gak telepon ibu sama ayah nak kalau kamu mau pulang?" tanya ibu
"Gak apa-apa Bu, Arin pengen bikin kejutan buat ayah sama ibu. Sudah lama sekali Arin tidak pulang kesini, jikapun pulang pasti tidak pernah lebih dari 1 hari." jelasku tersenyum tipis berusaha menyembunyikan perasaan ku.
"Sudah, tidak apa-apa. Lagi pula sekarang kamu sudah disini. Kamu nginap kan sayang?" tanya ibu lembut menggenggam tanganku
"Iya, bu mulai sekarang aku akan usahain pulang setiap bulan. Ibu dan ayah tidak perlu lagi datang ke Jakarta untuk mengunjungi ku." jelas ku membuat keduanya tercengang.
"Ayah, apa ibu sedang bermimpi." ujar ibu tiba-tiba.
"Kenapa kaget begitu loh bu." ucap ayah sambil berlari kecil menghampiri kami.
"Ini loh yah, putri kita yang cantik ini bilang tadi kita tidak perlu mengunjungi dia lagi ke Jakarta setiap bulan." ujar ibu menjelaskan.
"Loh, kenapa sayang?" tanya ayah sedikit terkejut ada kekecewaan terpancar di wajahnya.
"Karena Arin akan pulang lebih sering yah. Jika sedang sibuk Rinda akan pulang 1 bulan sekali kesini, dan jika senggang Rinda akan usahakan lebih sering lagi." jawabku sambil tersenyum.
Ayah dan ibu terlihat sangat bahagia mendengar penuturan ku. Padahal yang ku janjikan ini bukanlah sesuatu yang istimewa, tapi aku bisa melihat binar kebahagiaan yang besar di kedua mata mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments