Kembalinya Sang Mutiara Terasing

Kembalinya Sang Mutiara Terasing

Episode 1

Nasibnya telah ditentukan hanya

dari sebuah mimpi. Sebuah mimpi yang biasa disamakan sebagai bunga tidur tapi

tidak untuk kakeknya. Bagi Kakek itu suatu petunjuk atau wangsit, sebagai penganut kepercayaan di Jawa apabila mimpi itu adalah suatu pertanda entah baik atau buruk. Dalam mimpi sang kakeknya beliau harus menikahkan pewarisnya atau keturunannya dari keluarga Saptowardono dengan

seorang keturunan dari Tjondrokusumaningrum yang sama-sama memiliki keturunan

darah biru ( Ningrat ). Mimpi Kakeknya yang secara terus berulang-ulang dalam beberapa malam serta berturut-turut membuat kakek mengambil keputusan untuk menikahkan cucu pertama dari anak laki-laki tertuanya

dengan salah satu cucu dari keluarga Tjondrokusumaningrum.

Keluarga Tjondrokusumaningrum memiliki

beberapa cucu perempuan yang bisa dijodohkan dengan cucu laki-laki dari keluarga

Saptowardono walau saat itu umur mereka masihlah sangat kecil, rata-rata masih di bawah sepuluh tahun.

Bagi pandangan umum sangatlah lazim untuk menikahkan anak

yang masih di bawah umur, tetapi suatu kepercayaan di daerah Jawa masih ada yang menganut kepercayaan

yang tidak dapat di mengerti orang pada umumnya. Pada abad ke dua puluh satu akan sulit memahami hal tersebut apalagi oleh anak lima belas tahun yang baru mulai menginjak usia remaja, di mana masa itu masanya ingin

mencoba segala hal-hal yang baru. Tetapi keputusan

keluarganya untuk menikahkannya pada usia itu sangat mengguncang jiwanya, rasa

memberontak dengan pikiran untuk melarikan diri dari tanggung jawab sebesar itu

sempat hinggap dihatinya.

Tetapi dia tak bisa berbuat apa-apa, dalam keluarganya segala

keputusan kakeknya yang ambil. Karena sebagai kepala keluarga, serta keinginannya untuk meninggalkan itu semua. Tetapi akhirnya ia urungkan, sebab tak sanggup menanggung akibatnya dari kemarahan sang kakek. Akan tetapi bayangan untuk

menikah semakin membuatnya ketakutan setengah mati.

Pagi ini, dengan kakek mengdampingi

serta kedua orang tuanya juga seluruh keluarga besar dan para tetua dalam kepercayaan itu yang memang mengetahui betul aturannya dan mengerti

tentang perjanjian penjodohan kedua keluarga yang harus dilakukan.

Kedua

keluarga duduk dengan saling berhadap-hadapan, tapi terlihat sekali perbedaan yang

sangat kontras dari keduanya. Walau

tuan rumah terlihat mengenakan pakaian yang bagus, tetapi melihat keadaan

rumahnya sangatlah memprihatinkan. Meja serta kursi sangat kusam karena jarang

dibersihkan, barang-barang yang ada sekalipun terlihat mahal tetapi kualitasnya bukan dari barang terbaik. Terlihat sekali keadaan ekonomi mereka tidak lah sebaik yang berusaha

diperlihatkannya, sementara keluarga Saptowardono lebih mewah dalam segala hal.

Keadaan keuangan keluarga Tjondrokusumaningrum sangat

memprihatinkan dan sudah menjadi rahasia umum. Sebagai tuan rumah atau kepala

keluarga telah salah dalam menginvestasikan uangnya serta kurang

perhitungan menjadikan keluarga itu terlalu banyak kehilangan pendapatannya. Sebelum mereka menyadari, ternyata mereka telah merugi apalagi dengan hobi Thondrokusumaningrung yang suka berjudi serta kegemarannya bermain perempuan atau menikah, ikut andil

dalam membantu memperparah kondisi keuangan mereka.

Sementara beruntung bagi keluarga

Saptowardono dalam berinvestasi sangat cermat, sehingga mendapat keuntungan besar.

Mereka juga sangat teliti dalam mengelola keuangan hingga saat ini mereka kaya raya serta menjadi salah satu

keluarga terpandang di daerah itu. Sementara

keluarga Tjondrokusumaningrun kurang beruntung tertelan jaman sebab masih cenderung berjiwa kuno.

Mendengarkan para tetua mulai menjelaskan

aturan tentang perjanjian pernikahan yang tidak biasa tersebut membuatnya pasrah serta sadar kalau semua yang

tengah terjadi itu nyata bukan hanya mimpi semata. Andai saja semua mimpi ingin rasanya

dia segera bisa bangun dari mimpi

buruk ini. Semua yang akan menjadi

tanggung jawab yang harus diembannya mulai terasa berat. Saat ini sebagai cucu

laki-laki pertama dari anak laki-laki pertama kakek yang harus menanggung beban

itu. Andai saja ia hanya anak kedua pasti tanggung jawabnya tidak sebesar ini, kenikmatan dari anak

pertama yang akan memiliki segalanya dengan mengikuti tanggung jawab yang tiada

akhir. Kakek serta orang tuanya selama ini mendidiknya untuk memiliki tanggung

jawab atas seluruh keluarganya baik bisnis maupun kesejahteraan mereka sama

seperti mereka yang telah mengemban tanggung jawab itu sebelumnya secara turun

temurun.

Diusianya yang kelima belas Raden Mas Exsan

Bagus Saptowardono berdiri melihat ketiga anak perempuan itu dengan menyipitkan mata

dengan rasa tak percaya. Ternyata benar seperti yang telah keluarganya katakan bahwa mereka

yang akan terpilih sebagai istrinya masih anak-anak kecil yang belum mengerti atau tahu apa yang akan terjadi. Yang paling besar di antara mereka belum terlalu besar usianya masih di bawah sepuluh tahun, tak mungkin baginya

untuk menikahi anak sekecil itu, sangat tidak masuk

akal pada jaman modern seperti sekarang ini.

Sementara anak yang paling kecil

terlihat paling tidak pantas di lihat apalagi disertakan dalam daftar yang harus

dia pilih untuk dijadikan istrinya atau tampilkan dihadapan calon suaminya.

Harusnya anak itu masih tidur dalam ayunan, yang

membuat dia hampil kelepasan tertawa, anak itu seperti

baru di paksa bangun dari tidur

nyenyaknya untuk menghadiri acara ini serta langsung di bawa

kehadapannya tanpa terlebih dahulu dimandikan.

‘ Ya

Tuhan, benarkah mereka yang akan menjadi istriku’  kata Exsan dalam hati

mungkin untuk kedua anak yang paling besar yang akan dia pilih, karena mereka terlihat

sangat lucu dan bersih serta akan sangat cantik nantinya saat mereka telah mencapai

usia dewasa dengan perawatan yang terbaik. Tetapi kalau yang paling kecil itu

sangat tidak mungkin, bukan hanya dia masih sangat kecil. Anak itu juga sangat tidak pantas, sang anak hanya mengenakan

pakaian tidur, juga terlihat sangat kumal seperti telah dikenakan berulang kali dan

jarang sekali di cuci. Anak itu berdiri sambil

bergerak-gerak kekiri kanan dan beberapa kali mencoba berlari ke kursi sebelah ayahnya

yang kosong. Exsan coba buang jauh-jauh pikiran itu, tak terbayangkan andai harus menikahi anak itu, pikirnya sambil bergidig ngeri.

Ketika dia tengah mendengarkan diskusi yang sedang berlangsung terasa

ada yang sedang menarik-narik kakinya.

Dan ketika melihat ke arah bawah terlihat

ternyata anak yang paling kecil yang melakukannya. “ gendong….” ketika melihat

sekeliling tidak ada yang sedang memperhatikan hanya kedua anak kecil yang lain

yang sedang tertawa cekikikan geli dan mencibir ke arah saudari mereka yang merengek, anehnya dia

melihat tatapan sinis mereka melihat tingkah saudarinya membuatnya tak menyukai para gadis kecil yang lain.

Exsan berusaha mengabaikannya antara malu dan terganggu tetapi

anak itu tetap menarik-narik kaki dan celananya meminta perhatian darinya, jadi dengan terpaksa

dia angkatnya anak itu kedalam dekapannya. Ternyata badan anak itu sangat hangat atau mungkin agak panas, tetapi yang tercium Exsan

adalah harum bedak bayi dari anak itu hinggap

ke hidungnya ketika anak itu bergelayut pada lehernya. Hingga Exsan tanpa sadar ikut memeluk anak tersebut.

Memeluk anak itu terasa sangat

nyaman seperti saat menggendong adiknya Sekar yang masih kecil betapa anehnya

Exsan merasa seperti itu. Dia teralihkan

hingga tak menyadari apabila para tetua telah selesai

dengan syarat-syarat dari pernikahan kepercayaan

untuk kedua belah pihak dan pernikahan akan segera

dilangsungkan tak lama lagi, tetapi anak yang berada dalam gendongannya tidak mau

melepaskan pelukannya sehingga para tetua menyatakan bahwa mereka telah saling

memilih.

Rasa kesal datang dalam hati Exsan atas

ketidak berdayaan ini, seharusnya dia bisa memilih salah satu dari kedua gadis yang lebih besar yang tengah berdiri

tidak jauh darinya, ingin rasanya dia menjatuhkan anak yang berada dalam gendongannya tetapi rasa

tak tega juga ada dihatinya. Jadi dengan berat hati Exsan menerima keputusan

itu. Ia akan dinikahkan dengan anak yang berada dalam gendongannya serta anak

yang paling jelek di antara pilihan yang ada.

Prosesi pernikahan terlihat aneh

menurut pandangan Exsan karena dari yang dia tandatangani sepertinya semuanya

resmi tetapi mempelai wanitanya masih anak dibawah umur kejelasan dia dapatkan

tidak lama dari itu “ kalian Raden Mas Exsan Bagus Saptowardono telah sah menikah dengan

Raden Ayu Mutiara Pradipta Tjondrokusumaningrum menurut kepercayaan, dan Negara dengan

syarat mempelai pria tidak diijinkan menyentuh mempelai wanita hingga cukup

umur pada saat berusia delapan belas tahun atau lebih ”

Jadi begitulah pernikahan itu

terjadi dengan sangat cepat, pada usianya yang masih belum mengerti betul apa

arti dan tanggung jawab seorang

suami kepada istri. Dan kini Exsan telah menjadi seorang suami dan telah

memiliki seorang istri bernama Mutiara dan dijelaskan pengantin wanita bisa

tinggal dengan orang tuanya atau akan langsung di bawa oleh pengantin pria untuk

di didik hingga dewasa, hanya saja tidak di perbolehkan untuk di gauli hingga usianya

cukup dewasa. Selama masa itu mendidik maupun menyekolahkan istrinya dengan

benar menjadi tanggung jawab Exsan. Pernikahan ini akan diakui Negara saat usia

Mutiara mencapai delapan belas tahun. Teman-temannya yang berbeda kepercayaan maupun silsilah

pastinya akan menertawakannya pada abad sekarang ini masih ada pernikahan

seperti itu.

Ternyata jodoh Exsan telah terpilih, mulai hari ini ia tidak bisa memilih

istri yang benar-benar dia inginkannya seperti teman-temannya yang lain yang

memilih kekasih maupun istri sendiri. Mungkin ini salah satu tanggung jawab

yang sering diajarkan keluarganya kepadanya selama ini.

Sambil memeluk gadis kecil dalam

gendongannya atau yang sekarang telah

menjadi istrinya Exsan, dia mendengarkan keluarga memberi

arahan-arahan apa yang harus dia lakukan sebagai seorang suami terhadap sang istri yang sama sekali tak menyadari sekitarnya, serta menerima ucapan selamat dari

keluarga.

Tetapi sang mempelai wanita atau anak yang berada dalam gendongannya

tak tahu menahu apa yang tengah terjadi di sekelilingnya, anak itu malah

melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda karena acara ini. Dari sampingnya datang

laki-laki seusia dengan Exsan memperkenalkan diri sebagai kakak tertua dari

gadis kecil ini dan mengambil dari gendongannya. Menjelaskan bahwa biasanya

Mutiara tidak seperti ini, karena sekarang Mutiara sedang sakit makanya dia

berkelakuan seperti itu. Sang kakak juga  berpesan kepada Exsan untuk selalu menjaga dan melindungi

adik kecilnya, setelah berkata sang kakak pergi dengan membawa istrinya. Exsan hanya bengong melihat istri atau anak kecil itu di bawa pergi menghilang dari pandangannya.

Terpopuler

Comments

astri rory ashari

astri rory ashari

dulu keluarga Eyang gw yg di Solo pernah juga mengalami perjodohan model gini...tapi bedanya kalo kata crita Eyang gw g patokan umur tapi cewenya kalo udah Mentruasi / Puberitas langsung dinikahin ..untung gw keturunan ntah berapa urutan jd g ngalami kegitu...ogah banget dijodoh2in..😂

2021-04-01

0

Afnita

Afnita

perjodohan yg terkesan aneh...bgmn mungkin seseorg bs menentukan jodohnya utk beberapa th kedepan 🤔

2021-03-16

0

vie na Ai

vie na Ai

Tradisi kuno ini pernah d jalani oleh sbgian keluarga dr alm kakek pihak Ibu Untung aja q terhindar dr yg namanya perjodohan kakek q meninggal d saat q usia 6 tahun dn kebetulan q jg tinggal berjauhan saat itu

2020-06-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!