Kembalinya Sang Mutiara Terasing
Nasibnya telah ditentukan hanya
dari sebuah mimpi. Sebuah mimpi yang biasa disamakan sebagai bunga tidur tapi
tidak untuk kakeknya. Bagi Kakek itu suatu petunjuk atau wangsit, sebagai penganut kepercayaan di Jawa apabila mimpi itu adalah suatu pertanda entah baik atau buruk. Dalam mimpi sang kakeknya beliau harus menikahkan pewarisnya atau keturunannya dari keluarga Saptowardono dengan
seorang keturunan dari Tjondrokusumaningrum yang sama-sama memiliki keturunan
darah biru ( Ningrat ). Mimpi Kakeknya yang secara terus berulang-ulang dalam beberapa malam serta berturut-turut membuat kakek mengambil keputusan untuk menikahkan cucu pertama dari anak laki-laki tertuanya
dengan salah satu cucu dari keluarga Tjondrokusumaningrum.
Keluarga Tjondrokusumaningrum memiliki
beberapa cucu perempuan yang bisa dijodohkan dengan cucu laki-laki dari keluarga
Saptowardono walau saat itu umur mereka masihlah sangat kecil, rata-rata masih di bawah sepuluh tahun.
Bagi pandangan umum sangatlah lazim untuk menikahkan anak
yang masih di bawah umur, tetapi suatu kepercayaan di daerah Jawa masih ada yang menganut kepercayaan
yang tidak dapat di mengerti orang pada umumnya. Pada abad ke dua puluh satu akan sulit memahami hal tersebut apalagi oleh anak lima belas tahun yang baru mulai menginjak usia remaja, di mana masa itu masanya ingin
mencoba segala hal-hal yang baru. Tetapi keputusan
keluarganya untuk menikahkannya pada usia itu sangat mengguncang jiwanya, rasa
memberontak dengan pikiran untuk melarikan diri dari tanggung jawab sebesar itu
sempat hinggap dihatinya.
Tetapi dia tak bisa berbuat apa-apa, dalam keluarganya segala
keputusan kakeknya yang ambil. Karena sebagai kepala keluarga, serta keinginannya untuk meninggalkan itu semua. Tetapi akhirnya ia urungkan, sebab tak sanggup menanggung akibatnya dari kemarahan sang kakek. Akan tetapi bayangan untuk
menikah semakin membuatnya ketakutan setengah mati.
Pagi ini, dengan kakek mengdampingi
serta kedua orang tuanya juga seluruh keluarga besar dan para tetua dalam kepercayaan itu yang memang mengetahui betul aturannya dan mengerti
tentang perjanjian penjodohan kedua keluarga yang harus dilakukan.
Kedua
keluarga duduk dengan saling berhadap-hadapan, tapi terlihat sekali perbedaan yang
sangat kontras dari keduanya. Walau
tuan rumah terlihat mengenakan pakaian yang bagus, tetapi melihat keadaan
rumahnya sangatlah memprihatinkan. Meja serta kursi sangat kusam karena jarang
dibersihkan, barang-barang yang ada sekalipun terlihat mahal tetapi kualitasnya bukan dari barang terbaik. Terlihat sekali keadaan ekonomi mereka tidak lah sebaik yang berusaha
diperlihatkannya, sementara keluarga Saptowardono lebih mewah dalam segala hal.
Keadaan keuangan keluarga Tjondrokusumaningrum sangat
memprihatinkan dan sudah menjadi rahasia umum. Sebagai tuan rumah atau kepala
keluarga telah salah dalam menginvestasikan uangnya serta kurang
perhitungan menjadikan keluarga itu terlalu banyak kehilangan pendapatannya. Sebelum mereka menyadari, ternyata mereka telah merugi apalagi dengan hobi Thondrokusumaningrung yang suka berjudi serta kegemarannya bermain perempuan atau menikah, ikut andil
dalam membantu memperparah kondisi keuangan mereka.
Sementara beruntung bagi keluarga
Saptowardono dalam berinvestasi sangat cermat, sehingga mendapat keuntungan besar.
Mereka juga sangat teliti dalam mengelola keuangan hingga saat ini mereka kaya raya serta menjadi salah satu
keluarga terpandang di daerah itu. Sementara
keluarga Tjondrokusumaningrun kurang beruntung tertelan jaman sebab masih cenderung berjiwa kuno.
Mendengarkan para tetua mulai menjelaskan
aturan tentang perjanjian pernikahan yang tidak biasa tersebut membuatnya pasrah serta sadar kalau semua yang
tengah terjadi itu nyata bukan hanya mimpi semata. Andai saja semua mimpi ingin rasanya
dia segera bisa bangun dari mimpi
buruk ini. Semua yang akan menjadi
tanggung jawab yang harus diembannya mulai terasa berat. Saat ini sebagai cucu
laki-laki pertama dari anak laki-laki pertama kakek yang harus menanggung beban
itu. Andai saja ia hanya anak kedua pasti tanggung jawabnya tidak sebesar ini, kenikmatan dari anak
pertama yang akan memiliki segalanya dengan mengikuti tanggung jawab yang tiada
akhir. Kakek serta orang tuanya selama ini mendidiknya untuk memiliki tanggung
jawab atas seluruh keluarganya baik bisnis maupun kesejahteraan mereka sama
seperti mereka yang telah mengemban tanggung jawab itu sebelumnya secara turun
temurun.
Diusianya yang kelima belas Raden Mas Exsan
Bagus Saptowardono berdiri melihat ketiga anak perempuan itu dengan menyipitkan mata
dengan rasa tak percaya. Ternyata benar seperti yang telah keluarganya katakan bahwa mereka
yang akan terpilih sebagai istrinya masih anak-anak kecil yang belum mengerti atau tahu apa yang akan terjadi. Yang paling besar di antara mereka belum terlalu besar usianya masih di bawah sepuluh tahun, tak mungkin baginya
untuk menikahi anak sekecil itu, sangat tidak masuk
akal pada jaman modern seperti sekarang ini.
Sementara anak yang paling kecil
terlihat paling tidak pantas di lihat apalagi disertakan dalam daftar yang harus
dia pilih untuk dijadikan istrinya atau tampilkan dihadapan calon suaminya.
Harusnya anak itu masih tidur dalam ayunan, yang
membuat dia hampil kelepasan tertawa, anak itu seperti
baru di paksa bangun dari tidur
nyenyaknya untuk menghadiri acara ini serta langsung di bawa
kehadapannya tanpa terlebih dahulu dimandikan.
‘ Ya
Tuhan, benarkah mereka yang akan menjadi istriku’ kata Exsan dalam hati
mungkin untuk kedua anak yang paling besar yang akan dia pilih, karena mereka terlihat
sangat lucu dan bersih serta akan sangat cantik nantinya saat mereka telah mencapai
usia dewasa dengan perawatan yang terbaik. Tetapi kalau yang paling kecil itu
sangat tidak mungkin, bukan hanya dia masih sangat kecil. Anak itu juga sangat tidak pantas, sang anak hanya mengenakan
pakaian tidur, juga terlihat sangat kumal seperti telah dikenakan berulang kali dan
jarang sekali di cuci. Anak itu berdiri sambil
bergerak-gerak kekiri kanan dan beberapa kali mencoba berlari ke kursi sebelah ayahnya
yang kosong. Exsan coba buang jauh-jauh pikiran itu, tak terbayangkan andai harus menikahi anak itu, pikirnya sambil bergidig ngeri.
Ketika dia tengah mendengarkan diskusi yang sedang berlangsung terasa
ada yang sedang menarik-narik kakinya.
Dan ketika melihat ke arah bawah terlihat
ternyata anak yang paling kecil yang melakukannya. “ gendong….” ketika melihat
sekeliling tidak ada yang sedang memperhatikan hanya kedua anak kecil yang lain
yang sedang tertawa cekikikan geli dan mencibir ke arah saudari mereka yang merengek, anehnya dia
melihat tatapan sinis mereka melihat tingkah saudarinya membuatnya tak menyukai para gadis kecil yang lain.
Exsan berusaha mengabaikannya antara malu dan terganggu tetapi
anak itu tetap menarik-narik kaki dan celananya meminta perhatian darinya, jadi dengan terpaksa
dia angkatnya anak itu kedalam dekapannya. Ternyata badan anak itu sangat hangat atau mungkin agak panas, tetapi yang tercium Exsan
adalah harum bedak bayi dari anak itu hinggap
ke hidungnya ketika anak itu bergelayut pada lehernya. Hingga Exsan tanpa sadar ikut memeluk anak tersebut.
Memeluk anak itu terasa sangat
nyaman seperti saat menggendong adiknya Sekar yang masih kecil betapa anehnya
Exsan merasa seperti itu. Dia teralihkan
hingga tak menyadari apabila para tetua telah selesai
dengan syarat-syarat dari pernikahan kepercayaan
untuk kedua belah pihak dan pernikahan akan segera
dilangsungkan tak lama lagi, tetapi anak yang berada dalam gendongannya tidak mau
melepaskan pelukannya sehingga para tetua menyatakan bahwa mereka telah saling
memilih.
Rasa kesal datang dalam hati Exsan atas
ketidak berdayaan ini, seharusnya dia bisa memilih salah satu dari kedua gadis yang lebih besar yang tengah berdiri
tidak jauh darinya, ingin rasanya dia menjatuhkan anak yang berada dalam gendongannya tetapi rasa
tak tega juga ada dihatinya. Jadi dengan berat hati Exsan menerima keputusan
itu. Ia akan dinikahkan dengan anak yang berada dalam gendongannya serta anak
yang paling jelek di antara pilihan yang ada.
Prosesi pernikahan terlihat aneh
menurut pandangan Exsan karena dari yang dia tandatangani sepertinya semuanya
resmi tetapi mempelai wanitanya masih anak dibawah umur kejelasan dia dapatkan
tidak lama dari itu “ kalian Raden Mas Exsan Bagus Saptowardono telah sah menikah dengan
Raden Ayu Mutiara Pradipta Tjondrokusumaningrum menurut kepercayaan, dan Negara dengan
syarat mempelai pria tidak diijinkan menyentuh mempelai wanita hingga cukup
umur pada saat berusia delapan belas tahun atau lebih ”
Jadi begitulah pernikahan itu
terjadi dengan sangat cepat, pada usianya yang masih belum mengerti betul apa
arti dan tanggung jawab seorang
suami kepada istri. Dan kini Exsan telah menjadi seorang suami dan telah
memiliki seorang istri bernama Mutiara dan dijelaskan pengantin wanita bisa
tinggal dengan orang tuanya atau akan langsung di bawa oleh pengantin pria untuk
di didik hingga dewasa, hanya saja tidak di perbolehkan untuk di gauli hingga usianya
cukup dewasa. Selama masa itu mendidik maupun menyekolahkan istrinya dengan
benar menjadi tanggung jawab Exsan. Pernikahan ini akan diakui Negara saat usia
Mutiara mencapai delapan belas tahun. Teman-temannya yang berbeda kepercayaan maupun silsilah
pastinya akan menertawakannya pada abad sekarang ini masih ada pernikahan
seperti itu.
Ternyata jodoh Exsan telah terpilih, mulai hari ini ia tidak bisa memilih
istri yang benar-benar dia inginkannya seperti teman-temannya yang lain yang
memilih kekasih maupun istri sendiri. Mungkin ini salah satu tanggung jawab
yang sering diajarkan keluarganya kepadanya selama ini.
Sambil memeluk gadis kecil dalam
gendongannya atau yang sekarang telah
menjadi istrinya Exsan, dia mendengarkan keluarga memberi
arahan-arahan apa yang harus dia lakukan sebagai seorang suami terhadap sang istri yang sama sekali tak menyadari sekitarnya, serta menerima ucapan selamat dari
keluarga.
Tetapi sang mempelai wanita atau anak yang berada dalam gendongannya
tak tahu menahu apa yang tengah terjadi di sekelilingnya, anak itu malah
melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda karena acara ini. Dari sampingnya datang
laki-laki seusia dengan Exsan memperkenalkan diri sebagai kakak tertua dari
gadis kecil ini dan mengambil dari gendongannya. Menjelaskan bahwa biasanya
Mutiara tidak seperti ini, karena sekarang Mutiara sedang sakit makanya dia
berkelakuan seperti itu. Sang kakak juga berpesan kepada Exsan untuk selalu menjaga dan melindungi
adik kecilnya, setelah berkata sang kakak pergi dengan membawa istrinya. Exsan hanya bengong melihat istri atau anak kecil itu di bawa pergi menghilang dari pandangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
astri rory ashari
dulu keluarga Eyang gw yg di Solo pernah juga mengalami perjodohan model gini...tapi bedanya kalo kata crita Eyang gw g patokan umur tapi cewenya kalo udah Mentruasi / Puberitas langsung dinikahin ..untung gw keturunan ntah berapa urutan jd g ngalami kegitu...ogah banget dijodoh2in..😂
2021-04-01
0
Afnita
perjodohan yg terkesan aneh...bgmn mungkin seseorg bs menentukan jodohnya utk beberapa th kedepan 🤔
2021-03-16
0
vie na Ai
Tradisi kuno ini pernah d jalani oleh sbgian keluarga dr alm kakek pihak Ibu Untung aja q terhindar dr yg namanya perjodohan kakek q meninggal d saat q usia 6 tahun dn kebetulan q jg tinggal berjauhan saat itu
2020-06-17
1