Sementara jauh dari rumah bibi Sundari, Mutiara duduk sambil
bersandar pada pohon mangga disampingnya sekantong penuh daun-daun serta bunga-bunga kering
yang berhasil dia kumpulkannya
hari ini. Semangat Mutiara saat berangkat dari rumah untuk
mengumpulkan bahan-bahan kreasi yang sedang dia kerjakan hilang sudah, sekarang
dengan lesu Mutiara merasa enggan untuk pulang ke rumah apalagi dia tahu di
rumah sedang menunggu Exsan yang akhirnya menyadari keberadaan Mutiara.
Mutiara tahu sejak bertemu kembali dengan Exsan sesaat lalu, segalanya akan berubah,
kehidupan yang baru-baru ini dia dapati sangat menarik di sebabkan oleh
berdirinya bisnis aksesoris, souvenir atau cinderamata akan hancur dengan kedatangan lelaki itu. Laki-laki
yang dulu Mutiara khayalkan serta impikan saat masih
remajatak sama dengan orang yang tadi Mutiara temui. Exsan
tipe lelaki yang ingin mengatur segala sesuatunya termasuk istrinya. Dia tipe
lelaki pemegang kendali pastinya tak menyukai istri yang mandiri serta memiliki
pendapatan sendiri.
Kebencian Mutiara kepada Exsan sudah sangat dalam apalagi penempatan waktu
kedatangannya sangat tak sesuai. Seharus bertahun-tahun lalu Exsan menjemput
Mutiara bukan sekarang disaat Mutiara telah menyongsong masa depan lebih baik
tanpa ada Exsan termasuk didalamnya. Bisnis yang baru saja Mutiara geluti
sedang pada masa puncaknya. Pesanan demi pesanan datang silih berganti, ibu-ibu
sekitar rumah Mutiara banyak membantu bisnisnya, mereka semua terlihat senang
karena mendapatkan penghasilan untuk menambah uang belanja.
Sementara Agni dan
Chintya memasarkan aksesoris buatan Mutiara dengan sangat baik, setiap hari ada
saja pesanan yang masuk dari mereka
berdua sampai-sampai Mutiara bingung untuk mencari bahan serta mencari ide baru
untuk koleksi barunya dari berbagai macam aksesoris yang telah dia buat. Tetapi
bagaimana kelanjutan bisnisnya jika Exsan datang menjemput lalu mengetahui
kegiatan Mutiara selama ini apakah dia akan melarang Mutiara untuk meneruskan
bisnisnya. Mutiara tak akan tinggal diam, dia akan melawan sekuat tenaga jika
hal itu sampai terjadi.
Saat ini Bisnis
serta bibi Sundari adalah hidupnya, tak semudah itu Exsan hancurkan dengan
tiba-tiba datang. Mutiara tak akan membiarkan hidup bibi terlunta-lunta seorang
diri di sini tanpa ada siapapun yang merawatnya pada usia tuanya. Apabila Exsan
datang untuk menjemput Mutiara maka bibi Sundari akan ikut bersamanya. Exsan tak
bisa lagi mengatur-atur Mutiara, saat masih kecil dia hanya menuruti apa
keinginan Exsan namun sekarang tak akan terjadi lagi. Mutiara tak akan
meninggalkan bisnisnya atau meninggalkan para ibu-ibu yang selama ini
mendapatkan pendapatan lebih dari membantu Mutiara, lalu tiba-tiba menghilang
begitu saja.
Duduk di bawah pohon sambil memandang bahan-bahan
kerajinan yang akan dibuatnya nanti bersama tetangga sekitar dengan tatapan
nanar. Daun dan bunga kering dari
pohon-pohon yang ada disekelilingnya yang biasanya hanya dipandang sebelah mata atau sampah tak berguna namun bagi Mutiara itu semua sangat
berharga. Impian dan masa depannya ada pada bahan-bahan yang rata-rata orang anggap sampah
ituu. Rasa
sesak di dada yang sejak tadi dia rasakan setelah bertemu Exsan mulai menghilang
ketika Mutiara telah mengambil keputusan untuk melawannya. Bahkan sampai titik
darah penghabisan jika perlu, pikirnya sambil beranjak bangun.
Bertahun-tahun hidup tanpa memiliki tujuan
membuatnya merasa tak memiliki masa depan. Mengikuti anjuran Pratama untuk kuliah semata hanya karena untuk menyenangkan sang kakak, pada saat itu hidup Mutiara sangat hampa tanpa ada
keinginan melakukan apapun. Kesedihan yang Mutiara lihat setiap kali Pratama datang
untuk menjenguk serasa meremas ulu hatinya. Sebagian besar teman sekolahnya di SMA melanjutkan sekolah ada juga yang
memilih bekerja. Sementara Mutiara hanya terpuruk dalam kesendirian serta
keputusasaan. Lalu tiba-tiba sekarang saat Mutiara merasa telah sanggun menata
hidupnya tanpa ada Exsan didalamnya lalu dia datang seenaknya hanya untung
menghancurkan semuanya. ‘ Hadapi dulu Mutiara
Pradipta’ batin Mutiara.
Mutiara sekarang
bukanlah anak kecil seperti yang terakhir kali Exsan lihat, merasa begitu
ketakutan, sendirian serta berpikir bahwa tak ada orang yang mencintainya . Serasa
hidupnta sebatangkara ketika harus tinggal dengan bibi Sundari orang yang belum
pernah dia temui. Sekarang Mutiara seorang wanita yang tangguh mampu membuat
keputusan sendiri untuk hidupnya. Mampu memiliki bisnis sendiri tanpa bantuan
dari siapapun. Sanggup menghasilkan uang tanpa menunggu kiriman dari Pratama
maupun keluarga Saptowardono. Masa berurai air mata dalam kesedihan telah
berakhir. Sekarang saatnya Mutiara bisa membusungkan dada serta mendongakkan
kepala bahwa dia akan sanggup menghadapi halangan apapun di depan.
Dengan langkah
gontai Mutiara kembali ke rumah yang pernah
memberikan kehangatan saat tak ada yang
menerima dirinya dulu, semua masih terpatri dalam ingatannya sampai saat ini. Sekarang Mutiara berkeras bahwa tak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa menginjak-injaknya lagi. Sepanjang
duduk di bawah pohon dia telah memikirkan langkah apa yang akan Mutiara lakukan
kepada Exsan. Pastinya sekarang Exsan sedang bersama bibinya, Mutiara tak tahu apa saja yang telah bibinya katakan
tentang dirinya kepada Exsan.
Mengambil napas dalam-dalam sebelum berjalan masuk ke rumah tanpa mengetuk pintu karena pintu rumah terbuka.
“ Bi..... Tiar pulang ” kataMutiara masuk kerumah, sayang sang bibi tak terlihat hanya Exsan dan
Nur tengah melihat hasil cinderamata
buatannya sebelum berbalik untuk menatap
Mutiara dengat terkejut.
Exsan berdiri diam
sambil terus menatap Mutiara seolah tak yakin apa yang dia lihat dihadapannya
adalah Mutiara gadis kecil yang pernah dinikahinya. Sementara asistennya Nur
hanya menatap Exsan menunggu reaksi apa yang Exsan tunjukkan terhadap pertemuan
ini.
Bibi Sundari datang
dari dalam kamarnya memecah kesunyian ruang tamu “
Nak.... kamu.....kamu sudah dijemput ”
terbata-bata bibinya berkata dengan suara
lirih sementara matanyaberkaca-kaca.
Mutiara berjalan
masuk menuju sang bibi sambil memegang lengan lemah bibi. Bibi Sundari terlihat
lebih lemah dari pada saat Mutiara meninggalkannya. Apa yang terjali selama
itu, tatapan Mutiara mengikuti tatapan bibi... oh ya sekarang dia tahu apa yang
menyebabkan kesedihan bibi Sundari sehingga terlihat selemah itu. Kedatangan
Exsan yang akan membawa Mutiara serta meninggalkannya seorang sendirian tentu
membuat sang bibi bersedih. “ Ia bi.... Tiar sudah
tahu, tadi kami bertemu saat Tiar mencari ini ” menunjukkan apa yang dia bawa sebuah kantung plastik yang dibawanya.
Expresi Exsan sulit dijelaskan
dengan pemahaman baru bahwa wanita yang tadi dia temui itu istrinya. Rasa tak percaya
terlihat dari wajahnya yang tiba-tiba memucat
saat kesadaran muncul tentang cerita yang Nur katakan tentang
Dipta atau Mutiara Pradipta istrinya. Tahu kesalahannya sangat banyak kepada Mutiara, Exsan tak tahu harus memulai pembicaraan dari
mana. Padahal
sebelum datang kesini Exsan telah berlatih merangkai kata, sebagai pemimpin
perusahaan Exsan terbiasa bicara namun di hadapan wanita yang dinikahinya dia
tak mampu membuka mulutnya.
Ternyata ******** yang tadi diceritakan oleh Nur adalah
dirinya, simpati Exsan kepada Dipta sebenarnya dia sedang bersimpati pada nasib istrinya
sendiri. ******** yang dia katakan beruntung memiliki istri seperti Dipta
adalah Exsan sendiri. Astaga.......apa yang harus dilakukan Exsan sekarang dia
sama sekali tak tahu. Melihat expresi wajah marah Mutiara saat ini, akan sulit bagi
Exsan untuk membawa Mutiara pulang ke rumah keluarganya tanpa mendapat
persetujuan dari wanita itu. Pantas saja Nur marah saat Exsan menjelek-jelekkan
wanita itu karena dia sedang menghina istrinya sendiri.
“ Jadi kamu ini...” Exsan tidak
sanggup menyelesaikan perkataannya saat melihat tatapan tajam Mutiara tertuju kepadanya. Tatapan Mutiara sama sekali tak menunjukkan rasa takut berhadapan
dengan Exsan. Sambutan yang tak seperti dia bayangannya malah berbeda jauh dari bayangannya, dalam banyangannya istrinya
akan mengamuk sambil mencakar itu ciri khas yang biasanya wanita tunjukkan saat marah.
Jangankan menangis yang ada dia memberi tatapan menantang kepada Exsan supaya melanjutkan pertanyaan, serta
menunggu alasan kedatangannya ke rumah bibi Sundari.
“ Ya....saya kenapa silahkan lanjutkan” saat berkata Mutiara menaikkan alis matanya. Sementara
Exsan hanya mampu membuka dan menutup mulutnya tak ada satu katapun yang keluar
lewat bibirnya.
“ Kok gak jadi
ngomong, kita berkenalan sekali lagi dengan nama lengkap” tangan kanan Mutiara
terulur, Exsanpun menyambutnya begitu mereka berjabat tangan Mutiara berkata “
Mutiara Pradipta Tjondrokusumaningrum ”
Exsan hanya diam
sehingga Mutiara kembali berkata “ ayo.... siapa namamu jangan malu-malu”
terdengar suara tersedak itu pasti Nur yang mencoba menahan tawa melihat
tingkah Mutiara “ ayo lah... gak mungkin kamu lupa nama sendiri”
Exsan kesal merasa
sedang di permainkan oleh Mutiara apalagi asistennya Nur berani mentertawakan pula
“ Exsan Bagus Saptowardono” jawab Exsan ketus.
“ Ah...” Mutiara
seolah seperti sedang berpikir dengan meletakkan telunjuk tangan kirinya
didepan hidungnya “ seperti kenal namanya, oh ya aku ingat sekarang namamu dalam
surat pernikahan... ku...., tapi kurang Raden Mas ya to....”
“ Ya.. ya...
sekarang sudah ingat punya istri tohhhh” Mutiara tersenyum dengan senyum tak
tulus dari bibirnya. Sementara Nur membalikkan badan seperti tengah serius
melihat-lihat aksesoris buatan Mutiara.
Sekarang Exsan
sadar Mutiara bukanlah wanita yang lemah seperti dalam bayangannya
tetapi wanita yang sangat kuat serta mandiri. Dia telah berubah menjadi
seorang wanita yang sangat cantik bukan lagi anak kecil aneh yang
pernah digendongnya dulu. Exsan hanya
menatap Mutiara, dia tahu kalau dirinya pantas mendapatka perlakuan yang
seperti itu dari sang istri, apalagi dia telah melupakan Mutiara sekian lama.
Namun dia tetap kesal Mutiara berani mengejeknya.
Exsan belum sempat menjawab tetapi bibinya
lebih dulu meminta perhatian Mutiara “ Nak kamu akan dibawa pergi sama anak ini,
anak ini sama seperti
kakeknya dia hanya akan membuatmu menderita Nak” kata sang bibi sambil menunjuk Exsan
“ Bi... bukan seperti itu....” jawab Exsan lemah, antara kesal dan bingung bagaimana
menjelaskan maksud dari kedatangannya ke Mutiara maupun ke sang bibi.
“ Diam...” teriak bibi Sundari dengan mata berkaca-kaca “ kamu diam Exsan, selama
ini dia sudah banyak menderita, kalian semua dan nanti dia akan semakin menderita oleh
kalian semua. Bukankah kamu akan menjadikan dia sebagai mesin pencetak anak seperti
keinginanmu itu, jangan....” bibi Sundari
kembali berteriak saat Exsan akan membantah semua perkataan bibinya.
“ Jangan..... kamu jangan bantah perkataanku, kamu datang ke sini karena permintaam kakekmu yang sudah mau mati, dia ingin
melihat kamu
memiliki anak sebagai penerusnya sebelum waktunya
habis sementara dia belum punya penerus. Benerkan apa kataku ” bibinya berbicara sambil berteriak marah.
Melihat bibinya yang sudah terlalu
emosi Mutiara mencoba menenangkan dan menghentikan Exsan saat akan menjawab
perkataan bibinya dengan tatapan tajamnya. “ Sudah... sudah sekarang bibi duduk ” Mutiara
menuntuk bibi ke tempat kursi favoritnya “ Mbok Nah ambilin minuman hangat buat bibi ”
“ Baik Non” suara
jawaban datang dari dapur, kemudian Mbok Nah datang dengan membawa air putih
hangat. Dengan tangan bergetar karena masih marah bibi Sundari mengambil
gelasnya sambil pelan-pelan meminum air hangatnya, begitu sudah tenang bibi
Sundari mengatakan mau beristirahat ke kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Aas Nurhayati
harus tegas mutiara...nyesel km exsan
2020-06-14
0
Anek Cabak Anek
uuuuuuuhhhh rassin kamu exsan ap enak. ntar jadi bucin baru tw
2020-06-14
1
ImRahmi
bagus mutiara...kamu jgn mau diatur2 exsan😡😡
2020-06-11
0