Episode 8

Sementara jauh dari rumah bibi Sundari, Mutiara duduk sambil

bersandar pada pohon mangga disampingnya sekantong penuh daun-daun serta bunga-bunga kering

yang berhasil dia kumpulkannya

hari ini. Semangat Mutiara saat berangkat dari rumah untuk

mengumpulkan bahan-bahan kreasi yang sedang dia kerjakan hilang sudah, sekarang

dengan lesu Mutiara merasa enggan untuk pulang ke rumah apalagi dia tahu di

rumah sedang menunggu Exsan yang akhirnya menyadari keberadaan Mutiara.

Mutiara tahu sejak bertemu kembali dengan Exsan sesaat lalu, segalanya akan berubah,

kehidupan yang baru-baru ini dia dapati sangat menarik di sebabkan oleh

berdirinya bisnis aksesoris, souvenir atau cinderamata akan hancur dengan kedatangan lelaki itu. Laki-laki

yang dulu Mutiara khayalkan serta impikan saat masih

remajatak sama dengan orang yang tadi Mutiara temui. Exsan

tipe lelaki yang ingin mengatur segala sesuatunya termasuk istrinya. Dia tipe

lelaki pemegang kendali pastinya tak menyukai istri yang mandiri serta memiliki

pendapatan sendiri.

Kebencian Mutiara kepada Exsan sudah sangat dalam apalagi penempatan waktu

kedatangannya sangat tak sesuai. Seharus bertahun-tahun lalu Exsan menjemput

Mutiara bukan sekarang disaat Mutiara telah menyongsong masa depan lebih baik

tanpa ada Exsan termasuk didalamnya. Bisnis yang baru saja Mutiara geluti

sedang pada masa puncaknya. Pesanan demi pesanan datang silih berganti, ibu-ibu

sekitar rumah Mutiara banyak membantu bisnisnya, mereka semua terlihat senang

karena mendapatkan penghasilan untuk menambah uang belanja.

Sementara Agni dan

Chintya memasarkan aksesoris buatan Mutiara dengan sangat baik, setiap hari ada

saja pesanan yang  masuk dari mereka

berdua sampai-sampai Mutiara bingung untuk mencari bahan serta mencari ide baru

untuk koleksi barunya dari berbagai macam aksesoris yang telah dia buat. Tetapi

bagaimana kelanjutan bisnisnya jika Exsan datang menjemput lalu mengetahui

kegiatan Mutiara selama ini apakah dia akan melarang Mutiara untuk meneruskan

bisnisnya. Mutiara tak akan tinggal diam, dia akan melawan sekuat tenaga jika

hal itu sampai terjadi.

Saat ini Bisnis

serta bibi Sundari adalah hidupnya, tak semudah itu Exsan hancurkan dengan

tiba-tiba datang. Mutiara tak akan membiarkan hidup bibi terlunta-lunta seorang

diri di sini tanpa ada siapapun yang merawatnya pada usia tuanya. Apabila Exsan

datang untuk menjemput Mutiara maka bibi Sundari akan ikut bersamanya. Exsan tak

bisa lagi mengatur-atur Mutiara, saat masih kecil dia hanya menuruti apa

keinginan Exsan namun sekarang tak akan terjadi lagi. Mutiara tak akan

meninggalkan bisnisnya atau meninggalkan para ibu-ibu yang selama ini

mendapatkan pendapatan lebih dari membantu Mutiara, lalu tiba-tiba menghilang

begitu saja.

Duduk di bawah pohon sambil memandang bahan-bahan

kerajinan yang akan dibuatnya nanti bersama tetangga sekitar dengan tatapan

nanar. Daun dan bunga kering dari

pohon-pohon yang ada disekelilingnya yang biasanya hanya dipandang sebelah mata atau sampah tak berguna namun bagi Mutiara itu semua sangat

berharga. Impian dan masa depannya ada pada bahan-bahan yang rata-rata orang anggap sampah

ituu. Rasa

sesak di dada yang sejak tadi dia rasakan setelah bertemu Exsan mulai menghilang

ketika Mutiara telah mengambil keputusan untuk melawannya. Bahkan sampai titik

darah penghabisan jika perlu, pikirnya sambil beranjak bangun.

Bertahun-tahun hidup tanpa memiliki tujuan

membuatnya merasa tak memiliki masa depan. Mengikuti anjuran Pratama untuk kuliah semata hanya karena untuk menyenangkan sang kakak, pada saat itu hidup Mutiara sangat hampa tanpa ada

keinginan melakukan apapun. Kesedihan yang Mutiara lihat setiap kali Pratama datang

untuk menjenguk serasa meremas ulu hatinya. Sebagian besar teman sekolahnya di SMA melanjutkan sekolah ada juga yang

memilih bekerja. Sementara Mutiara hanya terpuruk dalam kesendirian serta

keputusasaan. Lalu tiba-tiba sekarang saat Mutiara merasa telah sanggun menata

hidupnya tanpa ada Exsan didalamnya lalu dia datang seenaknya hanya untung

menghancurkan semuanya. ‘ Hadapi dulu Mutiara

Pradipta’ batin Mutiara.

Mutiara sekarang

bukanlah anak kecil seperti yang terakhir kali Exsan lihat, merasa begitu

ketakutan, sendirian serta berpikir bahwa tak ada orang yang mencintainya . Serasa

hidupnta sebatangkara ketika harus tinggal dengan bibi Sundari orang yang belum

pernah dia temui. Sekarang Mutiara seorang wanita yang tangguh mampu membuat

keputusan sendiri untuk hidupnya. Mampu memiliki bisnis sendiri tanpa bantuan

dari siapapun. Sanggup menghasilkan uang tanpa menunggu kiriman dari Pratama

maupun keluarga Saptowardono. Masa berurai air mata dalam kesedihan telah

berakhir. Sekarang saatnya Mutiara bisa membusungkan dada serta mendongakkan

kepala bahwa dia akan sanggup menghadapi halangan apapun di depan.

Dengan langkah

gontai Mutiara kembali ke rumah yang pernah

memberikan kehangatan saat tak ada yang

menerima dirinya dulu, semua masih terpatri dalam ingatannya sampai saat ini. Sekarang Mutiara berkeras bahwa tak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa menginjak-injaknya lagi. Sepanjang

duduk di bawah pohon dia telah memikirkan langkah apa yang akan Mutiara lakukan

kepada Exsan. Pastinya sekarang Exsan sedang bersama bibinya, Mutiara tak tahu apa saja yang telah bibinya katakan

tentang dirinya kepada Exsan.

Mengambil napas dalam-dalam sebelum berjalan masuk ke rumah tanpa mengetuk pintu karena pintu rumah terbuka.

“ Bi..... Tiar pulang ” kataMutiara masuk kerumah, sayang sang bibi tak terlihat hanya Exsan dan

Nur tengah melihat hasil cinderamata

buatannya sebelum berbalik untuk menatap

Mutiara dengat terkejut.

Exsan berdiri diam

sambil terus menatap Mutiara seolah tak yakin apa yang dia lihat dihadapannya

adalah Mutiara gadis kecil yang pernah dinikahinya. Sementara asistennya Nur

hanya menatap Exsan menunggu reaksi apa yang Exsan tunjukkan terhadap pertemuan

ini.

Bibi Sundari datang

dari dalam kamarnya memecah kesunyian ruang tamu “

Nak.... kamu.....kamu sudah dijemput ”

terbata-bata bibinya berkata dengan suara

lirih sementara matanyaberkaca-kaca.

Mutiara berjalan

masuk menuju sang bibi sambil memegang lengan lemah bibi. Bibi Sundari terlihat

lebih lemah dari pada saat Mutiara meninggalkannya. Apa yang terjali selama

itu, tatapan Mutiara mengikuti tatapan bibi... oh ya sekarang dia tahu apa yang

menyebabkan kesedihan bibi Sundari sehingga terlihat selemah itu. Kedatangan

Exsan yang akan membawa Mutiara serta meninggalkannya seorang sendirian tentu

membuat sang bibi bersedih. “ Ia bi.... Tiar sudah

tahu, tadi kami bertemu saat Tiar mencari ini ” menunjukkan apa yang dia bawa sebuah kantung plastik yang dibawanya.

Expresi Exsan sulit dijelaskan

dengan pemahaman baru bahwa wanita yang tadi dia temui itu istrinya. Rasa tak percaya

terlihat dari wajahnya yang tiba-tiba memucat

saat kesadaran muncul tentang cerita yang Nur katakan tentang

Dipta atau Mutiara Pradipta istrinya. Tahu kesalahannya sangat banyak kepada Mutiara, Exsan tak tahu harus memulai pembicaraan dari

mana. Padahal

sebelum datang kesini Exsan telah berlatih merangkai kata, sebagai pemimpin

perusahaan Exsan terbiasa bicara namun di hadapan wanita yang dinikahinya dia

tak mampu membuka mulutnya.

Ternyata ******** yang tadi diceritakan oleh Nur adalah

dirinya, simpati Exsan kepada Dipta sebenarnya dia sedang bersimpati pada nasib istrinya

sendiri. ******** yang dia katakan beruntung memiliki istri seperti Dipta

adalah Exsan sendiri. Astaga.......apa yang harus dilakukan Exsan sekarang dia

sama sekali tak tahu. Melihat expresi wajah marah Mutiara saat ini, akan sulit bagi

Exsan untuk membawa Mutiara pulang ke rumah keluarganya tanpa mendapat

persetujuan dari wanita itu. Pantas saja Nur marah saat Exsan menjelek-jelekkan

wanita itu karena dia sedang menghina istrinya sendiri.

“ Jadi kamu ini...” Exsan tidak

sanggup menyelesaikan perkataannya saat melihat tatapan tajam Mutiara tertuju kepadanya. Tatapan Mutiara sama sekali tak menunjukkan rasa takut berhadapan

dengan Exsan. Sambutan yang tak seperti dia bayangannya malah berbeda jauh dari bayangannya, dalam banyangannya istrinya

akan mengamuk sambil mencakar itu ciri khas yang biasanya wanita tunjukkan saat marah.

Jangankan menangis yang ada dia memberi tatapan menantang kepada Exsan supaya melanjutkan pertanyaan, serta

menunggu alasan kedatangannya ke rumah  bibi Sundari.

“ Ya....saya kenapa silahkan lanjutkan” saat berkata Mutiara menaikkan alis matanya. Sementara

Exsan hanya mampu membuka dan menutup mulutnya tak ada satu katapun yang keluar

lewat bibirnya.

“ Kok gak jadi

ngomong, kita berkenalan sekali lagi dengan nama lengkap” tangan kanan Mutiara

terulur, Exsanpun menyambutnya begitu mereka berjabat tangan Mutiara berkata “

Mutiara Pradipta Tjondrokusumaningrum ”

Exsan hanya diam

sehingga Mutiara kembali berkata “ ayo.... siapa namamu jangan malu-malu”

terdengar suara tersedak itu pasti Nur yang mencoba menahan tawa melihat

tingkah Mutiara “ ayo lah... gak mungkin kamu lupa nama sendiri”

Exsan kesal merasa

sedang di permainkan oleh Mutiara apalagi asistennya Nur berani mentertawakan pula

“ Exsan Bagus Saptowardono” jawab Exsan ketus.

“ Ah...” Mutiara

seolah seperti sedang berpikir dengan meletakkan telunjuk tangan kirinya

didepan hidungnya “ seperti kenal namanya, oh ya aku ingat sekarang namamu dalam

surat pernikahan... ku...., tapi kurang Raden Mas ya to....”

“ Ya.. ya...

sekarang sudah ingat punya istri tohhhh” Mutiara tersenyum dengan senyum tak

tulus dari bibirnya. Sementara Nur membalikkan badan seperti tengah serius

melihat-lihat aksesoris buatan Mutiara.

Sekarang Exsan

sadar Mutiara bukanlah wanita yang lemah seperti dalam bayangannya

tetapi wanita yang sangat kuat serta mandiri. Dia telah berubah menjadi

seorang wanita yang sangat cantik bukan lagi anak kecil aneh yang

pernah digendongnya dulu. Exsan hanya

menatap Mutiara, dia tahu kalau dirinya pantas mendapatka perlakuan yang

seperti itu dari sang istri, apalagi dia telah melupakan Mutiara sekian lama.

Namun dia tetap kesal Mutiara berani mengejeknya.

Exsan belum sempat menjawab tetapi bibinya

lebih dulu meminta perhatian Mutiara “ Nak kamu akan dibawa pergi sama anak ini,

anak ini sama seperti

kakeknya dia hanya akan membuatmu menderita Nak” kata sang bibi sambil menunjuk Exsan

“ Bi... bukan seperti itu....” jawab Exsan lemah, antara kesal dan bingung bagaimana

menjelaskan maksud dari kedatangannya ke Mutiara maupun ke sang bibi.

“ Diam...” teriak bibi Sundari dengan mata berkaca-kaca “ kamu diam Exsan, selama

ini dia sudah banyak menderita, kalian semua dan nanti dia akan semakin menderita oleh

kalian semua. Bukankah kamu akan menjadikan dia sebagai mesin pencetak anak seperti

keinginanmu itu, jangan....” bibi Sundari

kembali berteriak saat Exsan akan membantah semua perkataan bibinya.

“ Jangan..... kamu jangan bantah perkataanku, kamu datang ke sini karena permintaam kakekmu yang sudah mau mati, dia ingin

melihat kamu

memiliki anak sebagai penerusnya sebelum waktunya

habis sementara dia belum punya penerus. Benerkan apa kataku ”  bibinya berbicara sambil berteriak marah.

Melihat bibinya yang sudah terlalu

emosi Mutiara mencoba menenangkan dan menghentikan Exsan saat akan menjawab

perkataan bibinya dengan tatapan tajamnya. “ Sudah... sudah sekarang bibi duduk ”  Mutiara

menuntuk bibi ke tempat kursi favoritnya “ Mbok Nah ambilin minuman hangat buat bibi ”

“ Baik Non” suara

jawaban datang dari dapur, kemudian Mbok Nah datang dengan membawa air putih

hangat. Dengan tangan bergetar karena masih marah bibi Sundari mengambil

gelasnya sambil pelan-pelan meminum air hangatnya, begitu sudah tenang bibi

Sundari mengatakan mau beristirahat ke kamarnya.

Terpopuler

Comments

Aas Nurhayati

Aas Nurhayati

harus tegas mutiara...nyesel km exsan

2020-06-14

0

Anek Cabak Anek

Anek Cabak Anek

uuuuuuuhhhh rassin kamu exsan ap enak. ntar jadi bucin baru tw

2020-06-14

1

ImRahmi

ImRahmi

bagus mutiara...kamu jgn mau diatur2 exsan😡😡

2020-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!