Ruangan kantor Exsan dibuat
senyaman mungkin sesuai dengan keinginannya, kantor ini dulunya gudang sampai disulap
menjadi ruang kantor. Dinding kantor berwarna putih dengan meja persegi empat
berwarna kayu sementara belakangnya lemari arsip juga pada sebelah kanannya
sebatas pintu masuk sementara sebelah kiri jendela kaca yang membentang
sepanjang sisi kirinya untuk mendapatkan pemandangan matahari pagi dan sore. Di
belakang meja kursi bersandaran tinggi dengan busa yang begitu empuk juga lembut dan didepan
meja terdapat kursi lebih pendek. Sementara kira-kira dua meter jaraknya dari
meja terdapat sofa hijau lumut dengan karper coklat muda ke abu-abuan. Sungguh
menyejukkan dan nyaman.
Exsan lebih menyukai bekerja menggunakan laptop
lebih simple dan mudah dibawa kemana saja tanpa repot. Nur duduk dihadapannya
sama-sama membuka laptop untuk melanjutkan pekerjaan yang masih tertunda. Exsan
akan menyelesaikan pekerjaan karena khawatir untuk mendapatkan hati Mutiara akan
banyak memakan waktu setelah dia
menelantarkan selama tujuhbelas tahun.
Sedang serius mengurus Export
mangga yang baru dipanen dengan hasil panen seperti yang Exsam perkirakan pintu
kantor dibuka tanpa diketuk lebih dulu. Istrinya yang belum dua puluh jam ditemui berdiri
marah dengan bertolak pinggang matanya merah seperti habis menangis. Exsan
menghampiri tanpa menyadari tatapan terkejut Nur yang kebetulan berada dalam
ruangan yang sama.
“ Ada apa sayang ” ketika berdiri
dihadapan Mutiara, Exsan bertanya sambil
memegang bahu istrinya yang setegang papan seolah setiap saat bisa patah andai Exsan
memegang terlalu keras. Mutiara tak menjawab hanya
menatapnya saja. “ ada apa Tiar ” Exsan kembali bertanya lembut.
“ Hmm….ba….barang-barangku hancur ”
jawab Mutiara tergagap karena menahan emosi yang berkobar dimatanya yang merah.
“ Hancur….bagaimana hancurnya ”
tanya Exsan bingung.
Bukannya menjawab istrinya menarik tangan Exsan berjalan keluar ruangan tanpa menjawab
kebingungan suaminya. “ Sayang….. ” kata Exsan lagi yang tak didengar istrinya.
Mutiara mengarahkan jalannya menuju
kamar mereka Exsan menunggu penjelasan dengan mengikuti jalan sang istri yang berlari
seperti ada setan yang mengejarnya dengan
tetap menarik tangannya. Begitu sampai kamar istrinya langsung menunjuk boneka
anjing yang hancur terpisah antara kepala dengan badannya serta semua kakinya
terpisah seperti habis dimutilasi, perutnya sobek dengan
sayatan panjang dari bawah leher sampai ekornya. Isi perut boneka itu
berhamburan keluar dari perutnya. Exsan
menatap istrinya bingung namun saat melihat bibir Mutiarayang bergetar serta
matanya berkaca-kaca Exsan tahu ada seseorang yang mencoba menghancurkan
bonekanya.
Istrinya terguncang melihat boneka
kesayangannya hancur termutilasi, seluruh isi
kamar berantakan penuh dengan sisa-sisa dari boneka kesayangan Mutiara, bukan hanya hancur namun berhambulan diseluruh kamar. Exsan langsung memeluk
Tiar untuk mencoba menenangkan dan benar saja istrinya langsung menangis
sesenggukan dengan keras, air matanya membasahi
kemeja Exsan tetapi tak
diperdulikan. Hati Exsan terasa sakit seperti ada
yang memotong hatinya dengan sebilah pisau berkarat, sakit mendengar istrinya
menangis karena melihat bonekanya hancur.
Seperti yang diceritakan bibi SundariTiar tak pernah
menangis di hadapan siapapun bahkan kakaknya sendiri dan sekarang menangis
dipelukan suaminya tanpa bisa menyembunyikan rasa sakit dan terluka hatinya. Exsan
berdiri memeluk tubuh istrinya erat dengan mengusap punggungnya untuk
menengangkan serta membelai rambutnya.
Lama Mutiara baru bisa menenangkan diri, begitu bisa mengendalikan diri kembali Mutiara melepaskan diri
dari pelukan Exsan.
Berjalan keliling kamar untuk mengambil potongan-potongan bonekanya. Mutiara mengambil benang dan
peniti dengan air mata mengalir, tangisnya kembali
pecah saat menjahit boneka usangnya. Seisi kamar sangat berantakan dengan
berbagai batang berserakan dan sebagian besar barang-barang yang telah Tiar
rapikan. Tubuhnya terguncang sambil sesekali terdengar suara sesenggukan keluar
dari bibirnya, pemandangan itu sungguh menyayat hati Exsan. Ia mendekati istrinya
yang duduk di lantai sambil mendekap bekas boneka itu.
“ Ada apa? apa yang telah terjadi…..”
kata Exsan lembut sambil ikut duduk di samping Mutiara dan menyerahkan tisue. Mutiara membersit hidungnya
keras-keras setelah mengambil tisue
yang dia berikan.
“ Maaf ” jawabnya lirih.
“ Tidak apa-apa, apa yang terjadi
dengan bonekamu ” Exsan menyadari kalau dia
salah bertanya karena langsung mendapat tatapan marah dari Mutiara.
“ Jelas ada yang terjadi, boneka
kesayanganku dimutilasi dan peralatan lukisku juga hancur terbelah\, masih bisa tanya lagi\, ada apa___ ” kata Mutiara sambil membentangkan
tangan menunjukkan seisi kamar yang sangat berantakan dengan hidung serta mata merah setelah menangis.
“ Mungkin ada yang tidak menyuka kedatanganku atau
tak menginginkanku tinggal dikamar ini, dari pada
barang-barang terus di hancurkan lebih baik aku pindah ke kamar sebelah ”
tambahnya. Mutiaramulai membereskan pakaian yang berserakan dan peralatan lukis yang patah serta
boneka yang belum selesai di jahit.
Exsan menahan tangan Mutiara yang
sedang membereskan barang-barang yang berserakan “ jangan Tiar, jangan lakukan
itu ” katanya pelan takut sedikit saja nada kasar terdengar Tiar akan pergi
meninggalkan kamar “ tetaplah di sini, akanku ganti semuanya tetapi jangan
tinggalkan tempat ini ”
“ Ini tak bisa di gantikan dengan
apa pun ” kata Tiar sambil berteriak “ walaupun sudah usang tetapi ini sangat
berarti ” tangannya menimang boneka usangnya dengan sayang.
“ Kenapa begitu berarti ” Exsan
terluka mendengar istrinya merasa lebih menghargai boneka usangnya dari pada
apa yang akan Exsan berikan kepadanya.
“ Karena ini pemberian orang yang
sangat mencintaiku ” Mutiara menatap Exsan ketika mendengar sentakan napasnya
saat mendengar Mutiara mengatakan kalau boneka itu pemberian orang yang menyayanginya “ kak Tama
memberikan ini padaku saat aku masih
kecil dan begitu juga alat lukisnya pemberian darinya, jadi aku tak akan
menggantinya dengan apa pun yang baru untuk membuang barang usang pemberian
darinyadengan barang baru
yang sangat bagus darimu ” tetap
membereskan barang-barangnya yang tak banyak.
“ Sayang tetaplah disini ” Exsan
menahan istrinya supaya tidak pindah kekamar lain.
“ Tidak ” Mutiara marah dan
berteriak keras menolakperkataan suaminya sambil terus membereskan barang-barang bawaannya.
“ Mau pindah kemana ”
“ Dikamar sebelah sampai aku bisa
tenang dan tak ada yang akan menggangguku lagi ” katanya datar.
“ Terus aku bagaimana ”
“ Sudah terbiasa sendirian kan____ini hanya meneruskan
kebiasaan saja ” Mutiara mengakhiri perkataannya sambil beranjak pergi
meninggalkan Exsan yang bengong dengan kejadian yang mendadak berubah .
Exsan duduk dikursi yang ada
didalam kamarnya lesu, apa yang baru saja terjadi beberapa jam lalu melihat
istrinya sedang merapikan kamar dengan barang-barang bawaan sekarang istrinya
telah mengambil barang-barang untuk dipindahkan ke kamar sebelah. Exsan harus
menyelesaikan masalah ini sekarang juga. Exsan kembali kekantor dengan
kemarahan yang tak ditutup-tutupi lagi. Nur masih disana tetapi kakeknya juga
berada disana setelah bangun dari istirahatnya.
“ Ada apa Exsan, mukamu ditekuk ”
kakek bertanya.
“ Nanti Eyang, Nur tolong
panggilkan siapa yang biasa berih-bersih dirumah terutama wilayah lingkup kamar pribadiku”
kata Exsan menatap Nur. Kakeknya diam menunggu cucunya menjelaskan.
“ Baik Mas, apa ini karena Non Tiar
”
Exsan hanya mengangguk sambil
menatap layar monitor laptopnya, hilang sudah semua yang tadi sedang
dikerjakan. Pikirannya tak tertuju pada
pekerjaan yang sedang dikerjakan tetapi pada wanita sederhana yang begitu
cantik yang tengah menangisi bonekanyayang hancur. Sebelum menyelesaikan ini Exsan tak mungkin bisa
kembali ke bisnisnya kembali, masalah ini harus selesai sekarang juga.
Nur datang dengan membawa wanita
tua berusia diatas empat puluh lima tahun dengan celemek menutupi pakaiannya
serta kain serbet pada tangan kanannya. Wanita itu seperti ketakutan
mendapatkan panggilan dari tuan muda
tempatnya mengabdi bekerjatak seperti biasanya
apalagi tatapan Exsan yang masih menunjukkan kemarahan membuat wanita tua itu
semakin mengkerut mundur menjauhi Exsan.
“ Iya Pak, Bapak manggil saya ” katanya
tergagap.
“ Iya mbok ” katanya lembut berbeda
dengan tatapannya yang kejam.
“ Ada apa ya Pak ”
“ Mbok siapa namanya ” “ Siem Pak” jawaban si mbok sangat pelan,“ Mbok Siem dimana saat istriku membereskan bawaannya ”
“ Diruang tamu membersihkan meja
sama lap-lap debu Pak ”takut-takut tak
tahu apa salahnya.
“ Saat itu siapa yang datang ”cerca Exsan.
“ Bapak sama Non Rizka ”
“ Bukan, setelah Tiar pergi dengan
Nora ”
“ Oh….” Mbok Siem diam seperti
sedang mengingat siapa yang telah datang dan masuk kamarnya tanpa sepengetahuan
Exsan. “ Non Rizka Pak, dia memang biasanya sering keluar masuk kamar Bapak ”
“ Benar mbok, mbok yakin bukan
orang lain? ” tanya meminta keyakinan dari mbok Siem dan mbok Siem sangat yakin
karena begitu mendengar sesuatu seperti patah dan sobek dia sempat menanyakan
kepada Rizka apa yang sobek namun Rizka menjawab bukan ada apa-apa.
Mbok Siem pergi setelah Exsan
mendapatkan jawaban siapa yang telah menghancurkan boneka serta alat lukis
istrinya. Dugaan Exsan benar semua itu pastinya ulah Rizka yang tadi sempat tak
suka dengan jawaban Mutiara.
“ Apa yang dilakukan anak itu
dikamar kalian ” Kakek yang sejak tadi diam tanpa banyak tanya penasaran hingga
mengajukan pertanyaan yang sejak tadi ditahan saat Exsan mengkonfirmasi mbok
Siem.
“ Menghancurkan barang berharga
istriku ” jawab Exsan geram.
“ Apa yang dihancurkan ”
“ Semuanya, Rizka memutilasi boneka
dan perlengkapan lukis Tiar. Dan yang tidak bisa aku maafkan karena telah membuat
istriku menangis ” jawab Exsan geram, tak menyangka sepupunya sejahat itu
terhadap istrinya. Apa salah Mutiara hingga Rizka perlakukan seperti itu.
Kakek dan Nur diam melihat
kemarahan yang ditunjukkan Exsan kepada Rizka, jadi mereka hanya bisa diam saja
sementara menunggu keputusan apa yang akan Exsan lakukan dalam menangani
masalah dalam keluarganya. Nur tersentak mendengar kemarahan Exsan ketika
memintanya memanggil Rizka, namun saat akan pergi memanggil Rizka, Exsan membentak Nur. “
Telepon saja ” bentak Exsan
“ dari sini Nur ” Nur menuruti saja pada perintah bosnya, dengan kemarahan
Exsan melawan sama saja bunuh diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Aas Nurhayati
jangan2 suka sama eksan
2020-06-15
0
Susilawati Shasi
mutilasi aj tuh si lampir rizka...😠😠
2020-06-12
0