Episode 16

Terkejut dengan perkataan kakek

mana mungkin Mutiara mau mencium laki-laki lain selain suami dan keluarganya.

Tadi saat meminta kakek mengijinkan menciumnya itu usaha untuk mencairkan

suasana yang sangat mencekam dan sangat tegang, sekarang bagaimana caranya

Mutiara menjawab pertanyaan kakek.

“ Kalau Eyang itu masih keluarga

jadi tak apa-apa mencium pipi tetapi kalau bukan mana boleh, belum tentu suami

Tiar memberikan ijin ” katanya mencoba berkilah dari keharusan memberikan

ciuman kepada orang asing.

“ Jadi kalau keluarga kamu maumencium mereka atau

kalau suamimu memberi ijin?” tertawa karena geli merasa bahwa obrolannya

semakin menarik.

Diam dulu sebelum menjawab mencoba

berpikir bagaimana caranya berkelit, bagaimana mungkin Mutiara akan mencium

setiap orang seenaknya walaupun keluarga. Menatap Exsan meminta bantuan tetapi

orang yang dimintain pertolongan malah tertawa geli mendengar pembicaraan

Mutiara dengan sang kakek, kesal tak tahu harus bagaimana serta kepada siapa dia akan meminta pertolongan.

“ Kalau suami memberikan ijin baru

Tiar mau itu pun asal tak panuan ” katanya menambah lelucon, benar saja

semuanya langsung tertawa terpingkal-pingkal mendengar perkataannya.

Exsan hanya menatapnya dengan

tatapan geli, aneh dengan tatapannya kenapa tak tertawa seperti yang lain.

Exsan berjalan mendekat kearahnya dengan wajah serius, setelah sampai

didepannya Exsan bertanya “ jadi kalau aku memberikan

ijin baru kamu

mau meciumnya dan kalau tidak tak akan melakukannya ”

“ Iya kamu itu suamiku, apa yang

Tiar lakukan harus seijin suami ” katanya terlena dengan tatapan suaminya

keduanya sama-sama tak sadar mereka baru mempertontonkan pertunjukan rasa saling

tertarik diantara mereka berdua.

Kakek bersuara yang mengagetkan

mereka berdua sehingga mereka saling

menjauh “ hm…hmm jadi Ndok kalau diijinkan suamimu kamu

akan menciumnya ” Mutiara hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Kakeknya

melihat ke Exsan walau dengan sorot mata kegelian “ jadi Exsan bagaimana apa kamu akan memberikan ijin

pada istrimu untuk menciumnya ”

“ Iya Eyang, Exsan memberikan ijin Mutiara

mencium pemilik kebun durian, lebih juga boleh ” katanya. Yang

disambut derai tawa dari semua laki-laki

yang ada, sementarapara wanita hanya

tertawa cekikikan.

Mutiara mendekati suaminya dengan

wajah merah menyala karena malu, sambil berbisik ia bertanya “ Mas Exsan

serius? Tiar boleh menciumnya dan apa maksudnya lebih?” kesal bukannya mendapat

jawaban dari sang suami

yang dia terima tawa yang sangat

keras. Kesal Mutiara mendekati kakek dan berkata “ sepertinya suamiku

mengijinkanku menciumi para laki-laki yang ada disini, jadi Eyang sekarang

kenalin sebelum Tiar pingsan karena malu ”

“ Siapa bilang aku mengijinkan

istriku menciumi setiap laki-laki ” sahutExsan dengan senyum simpul.

Kakeknya tertawa dan memegang

tangannya sambil mengajaknya berjalan, tetapi bukannya berjalan keluar rumah

menemui pemilik lahan malah diajak berputar-putar didalam rumah yang membuat

Mutiara semakin malu, dengan kepercayaan diri yang semakin tipis Mutiara

beranikan bertanya “ Eyang kita ngapai muter-muter seperti ini bukannya menemui

orang itu ”

Menghembuskan napas kakeknya

berjalan kembali ke tengah kerumunan keluarga yang ada disana dan berhenti

tepat dihadapan Exsan yang tengan tersenyum menatapnya “ Ndok ini laki-laki

yang harus kau ci___ci___um”  berhasil menyelesaikan perkataannya

disela-sela tawanya.

Mutiara hanya bengong menatap Exsan rasa malu serta kesal menjadi satu ada keinginan

memukulnya tak dapat ditutupi dari wajahnya. Merasa dipermainkan membuatnya tak

sadar memukuli

dada Exsan sambil memaki-makinya

“ kamu jahat dari awal tahu

pertanyaanku tak sulit kamu

jawab, sebel…” karena lelah dan sakit jari-jarinya memukul dada keras Mutiara

menghentikannya. Mutiara tak berani menatap siapapun orang yang ada disitu dan

hanya merani mengarahkan tatapannya pada dada suaminya.

“ Jadi Ndok mana ciumannya ?” kakek

yang bertanya disela-sela tawanya.

Mutiara malu sekali tetapi seperti

yang dikatakannya kalau suami mengijinkan maka orang yang dimaksud dicium namun

orang yang dimaksud itu orang yang ada dihadapannya. Orang yang memberi ijin

juga orang yang akan mendapatkan ciumannya. Dengan tatapan geli Exsan tersenyum

penuh kemenangan dan dibalas Mutiara dengan tatapan berkata awas akan kubalas nanti. Bukannya kesal

Exsan hanya menatap dengan senyuman yang menawan sambil mengangkat bahu

menerima tantangan. Dengan berat hati Mutiara mendekati suaminya dan memberikan

menciuman yang di minta suaminya karena ingin menantang Exsan kecupbta bibir sang suami lalu cepat-cepat melangkah

mundur, Mutiara menatap wajah

terkejut suaminya. Tersenyum penuh kemenanganMutiara berkata “ tadi Mas Exsan bilang boleh lebih dari ciuman yang Tiar beri

ke Eyang”.

Sadar dengan tantangan dari sang istri Exsan mencoba

menahan istrinya supaya tetap berdiri disampingnya. Mutiara mencoba menjauh

tetapi ditahan Exsan malah semakin dieratkan

pelukannya dipinggang Mutiara.

Saat istrinya mencium bibirnya Exsan benar-benar terkejut tetapi menatap mata Mutiara, dia tahu kalau istrinya

sengaja mencium bibirnya.

Kakek tertawa terpingkat-pingkal

sambil duduk kembali dikursu ruang makan “ Ndok…. Ndok hanya dalam

beberapa jam kau membuatku tertawa terus padahal puluhan tahun aku tak pernah

bisa merasakan kebahagiaan seperti saat ini. Kamu tahu

Ndok…. Kamu

mengingatkanku pada seseorang ” kata kakeknya.

“ Dengan siapa Eyang ” Mutiara terkejut, siapa orang yang mirip dengannya.

“ Istriku, Nenekmu. Dia dulu sepertimu senang

membuat orang lain tertawa dan selalu berani ngatakan apa yang ada dipikirannya

” mata kakek berkaca-kaca saat mengatakan itu dan karena teringat dengan mendiang

istri tercintanya kembali.  Lalu tiba-tiba

kakek mengajak mereka semua makan “ Ayo kita mulai

makan nanti dingin makanannya karena kalian sangat terlambat dari jadwal ”

Wajah Mutiara merah karena malu

dengan alasannya yang terus menunda-nunda sampai rumah ini.

Setelah sarapan semuanya kembali

pada kesibukan masing-masing untuk melalui hari ini. Mutiara diajak kekamar

yang akan menjadi kamarnya dengan Exsan, sebelumnya

kamar ini kamar Exsan dan sekarang menjadi kamar mereka berdua. Mutiara tidak

keberatan karena memang seharusnya seperti itu, bahkan seandainya bertahun-tahun

lalu Exsan telah menjemputnya seharusnya sejak dulu kamar ini sudah menjadi kamar mereka

berdua dan mungkin telah memiliki beberapa anak. Dibuangnya jauh-jauh pikiran

mengenai masalah anak-anak kalau mengingat keengganan Exsan menjemputnya saja

telah membuat Mutiara sakit hati sekarang dia harus bersikap ceria dihadapan kakek, apapun yang terjadi antara dirinya dengan Exsan tak

ingin Kakek mengetahui, Kakek telah menyambutnya dengan hangat dan tangan

terbuka jadi Mutiara tidak tega untuk menyakiti perasan Kakek dengan terlihat

menjauhi sang cucu.

Memasuki kamar Mutiara

memperhatikan keliling kamar dan melihat isinya, kamar yang akan dia tempati bersama Exsan sangat

besar dengan tempat tidur ukuran king terletak ditengah-tengahnya semua barang yang ada dikamar berwarna gelap dan

terlalu maskulin untuk Mutiara tidak ada sentuhan feminism sama sekali. Isinya

terlihat serba mewah dan modern sangat berbeda dengan kamarnya didesa. Semuanya

berbanding terbalik, suaminya disini penuh dengan kemewahan sementara Mutiara

sebagai istrinya harus hidup serba pas-pasan. Rasanya semua sangat tak adil,

Mutiara dengan bibi Sundari selalu

menunggu kiriman dari Nur maupun Pratama, selalu ketakutan apabila

mereka telah dilupakan tanpa mendapat sokongan dana lagi dari Exsan tetapi

disini kehidupan mereka sangat mewah

dia jalani tanpa kekurangan

suatu apapun.

Kemewahannya terlihat dari tempat

tidurnya yang sangat besar, sofa yang letaknya disebelah kiri terbuat dari

kulit asli, meja serta lemari terbuat dari kayu berkualitas tinggi serta kamar mandi dilengkapi

perlengkapan bak mandi dengan desain yang sangat modern untuk membuat nyaman

penggunanya. Terdapat layar Televisi berukuran besar dimeja tengah bisa di nikmati

dari atas tempat tidur.

Mutiara semakin membenci Exsan

setelah melihat keadaan kamar yang akan mereka tempati bersamanya walau rumah itu masih terhubung dengan

rumah kakek tetapi mereka mendapat privasi. Kemewahan yang dinikmati Exsan

terasa mengiris-iris hati Mutiara, selama bertahun-tahun dia

telah dilupakan bahkan tak pernah dia pikirkan, bahkan tentang pendidikan yang harus dia tempuhnya pun tak ada

dalam daftar mereka. Kalau bukan karena kebaikan sang kakak mungkin sampai

sekarang dia tak pernah menginjak bangku sekolah. Keuangan bibi setelah sang

suami meninggal hanya sedikit untuk hanya bisa mencukupi demi kebitukan sehari-hari.

Hanya untuk keperluan makan yang menjadi

kewajiban suaminya, selebihnya bukan tanggung jawabnya bahkan satu tanda kecil

pengingat Exsan tentang dirinya sama sekali tak ada. Tak terasa airmata Mutiara

pun bergulir meleleh membasahi

pipinya. Rasa cinta yang dirasakan Mutiara untuk Exsan semakin padam saat

menyatukan semua kepingan pasel dari kejadian-kejadian dalam hidupnya sejakkecil hingga sekarang.

Dihapusnya sisa-sisa air matanya saat mendengar suara langkah kaki seseorang di

koridor kamarnya pertanda ada seseorang yang sedang mendekat kekamarnya.

“ Jadi bagaimana, kamu suka dengan kamar ini

Tiar?” Exsan menanyakan sambil membentangkan tangan dengan bangga menunjukkan

hasil desain ruangkamarnya.

“ Bagus, mewah ” hanya itu keluar

dari bibirnya tanpa menunjukkan apresiasi lebih, rasa kesal yang bergejolak

dalam dada diredamnya dalam-dalam.

“ Kamu pasti akan betah tinggal disini Tiar ” mulai hilang rasa

bangganya Exsan melihat tanggapan dari Mutiara yang terkesan dingin “ mungkin

memang terlalu maskulin, kamu

bisa memberikan sentuhan feminim untuk membuatmu nyaman asal jangan semuanya

berwarna pink ” candanyauntuk membuat Mutiara tersenyum kembali seperti saat bercanda dengan kakeknya

tadi.

“ Sayang kalau Tiar merubah, semua

telah pas dan mewah. Kalau aku merubahnya sangat disayang uang yang dibuang-buang

sia-sia, masih banyak orang yang membutuhkan diluar sana dan aku tahu kamu sanggup membiayai ini semua ” Mutiara menunjuk memutari kamar yang memang didesain sesuai tata

letak kamar, dia berlalu keluar kamar meninggalkan Exsan, Mutiara tak mau dekat-dekat dengan suaminya lebih lama, takut tak bisa menahan emosinya jadi

lebih baik menjauh dari suaminya.

Exsan mengejar istrinya karena

tiba-tiba meninggalkannya saat mereka tengah membahas soal kamar mereka berdua

“ Tiar kamu

mau kemana?” teriaknya saat melihat istrinya pergi ke rumah kakeknya.

“ Aku mau melihat bibi, apa dia sudah

merasa nyaman tinggal disini.

Silahkan nikmati kamar mewahmu ” berlalu meninggalkan Exsan dalam keterkejutan

dengan sikap permusuhan Mutiara kepadanya.

Terkejut melihat kemarahan Mutiara soal kamarnya dia sama sekali tak mengerti apa yang sebenarnya sedang

dirasakan sng istri, yang dia tahu dirinya sedang membanggakan hasil rancangan kamarnya yang sangat mewah dan nyaman.

Tetapi kemarahan dan tatapan terluka di wajah istrinya membuatnya bingung,

kenapa Mutiara marah bukannya merasa senang dengan kenyamanan ini, setidaknya dia juga akan ikut menikmati. Saat

mendengar langkah-langkah kaki menuju kearahnya, Exsan senang akhirnya istrinya

sudah tenang dan siap berbicara dengannya kembali.

“ Tiar aku minta maaf kalau kamu tak suka dengan kamar

ini, kita akan……” Exsan berhenti berbicara saat orang yang mendekatinya

ternyata bukan istrinya melainkan sepupunya.

“ Aku suka dengan kamar ini malah

aku merasa nyaman disini ” sambil bergelayut manja di pintu dengan

memperlihatkan senyum indahnya.

“ Ngapain kamu disini Rizka..? ”

kata Exsan ketus tak menanggapi rayuan sepupunya.

“ Jadi gadis jelek itu tak suka

tinggal disini, pantas saja kamu

tak mau menjemputnya Exsan, lihat pakaian yang dia kenakannya sangat tak pantas dipakai

oleh keluarga Saptowardono dia sangat kampungan tak berpendidikan dan

mengenakan pakaian yang sudah sangat ketinggalan jaman bahkan pakaiaannya lebih

pantas dipakai pembantu dirumahku ” tawa keras dengan nada menghina keluar dari

mulutnya.

Exsan tegang mendengar pemaparan

Rizka tentang cara berpakaian Mutiara yang hanya mengenakan pakaian biasa walau

pakaiannya terlihat bagus tetapi terbuat dari kualiatas biasa, pantas Mutiara

merasa tak menyukai tentang kamarnya. Melihatnya dari kacamata orang lain Exsan

tahu bagaimana perasaan istrinya merasa ini bukan tempatnya dan melihat

perbedaan kehidupan yang dijalaninya dengan kehidupannya yang sehari-hari.

Terpopuler

Comments

Susana Setyawati

Susana Setyawati

perasaan terbuang itu yg menyakitkan

2020-06-16

0

Neni Anggraeni

Neni Anggraeni

sedih banget ikhsan menyebalkan 😏😏😏

2020-06-14

0

BiancaRD

BiancaRD

disini Aku ikut terluka

2020-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!