Terkejut dengan perkataan kakek
mana mungkin Mutiara mau mencium laki-laki lain selain suami dan keluarganya.
Tadi saat meminta kakek mengijinkan menciumnya itu usaha untuk mencairkan
suasana yang sangat mencekam dan sangat tegang, sekarang bagaimana caranya
Mutiara menjawab pertanyaan kakek.
“ Kalau Eyang itu masih keluarga
jadi tak apa-apa mencium pipi tetapi kalau bukan mana boleh, belum tentu suami
Tiar memberikan ijin ” katanya mencoba berkilah dari keharusan memberikan
ciuman kepada orang asing.
“ Jadi kalau keluarga kamu maumencium mereka atau
kalau suamimu memberi ijin?” tertawa karena geli merasa bahwa obrolannya
semakin menarik.
Diam dulu sebelum menjawab mencoba
berpikir bagaimana caranya berkelit, bagaimana mungkin Mutiara akan mencium
setiap orang seenaknya walaupun keluarga. Menatap Exsan meminta bantuan tetapi
orang yang dimintain pertolongan malah tertawa geli mendengar pembicaraan
Mutiara dengan sang kakek, kesal tak tahu harus bagaimana serta kepada siapa dia akan meminta pertolongan.
“ Kalau suami memberikan ijin baru
Tiar mau itu pun asal tak panuan ” katanya menambah lelucon, benar saja
semuanya langsung tertawa terpingkal-pingkal mendengar perkataannya.
Exsan hanya menatapnya dengan
tatapan geli, aneh dengan tatapannya kenapa tak tertawa seperti yang lain.
Exsan berjalan mendekat kearahnya dengan wajah serius, setelah sampai
didepannya Exsan bertanya “ jadi kalau aku memberikan
ijin baru kamu
mau meciumnya dan kalau tidak tak akan melakukannya ”
“ Iya kamu itu suamiku, apa yang
Tiar lakukan harus seijin suami ” katanya terlena dengan tatapan suaminya
keduanya sama-sama tak sadar mereka baru mempertontonkan pertunjukan rasa saling
tertarik diantara mereka berdua.
Kakek bersuara yang mengagetkan
mereka berdua sehingga mereka saling
menjauh “ hm…hmm jadi Ndok kalau diijinkan suamimu kamu
akan menciumnya ” Mutiara hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Kakeknya
melihat ke Exsan walau dengan sorot mata kegelian “ jadi Exsan bagaimana apa kamu akan memberikan ijin
pada istrimu untuk menciumnya ”
“ Iya Eyang, Exsan memberikan ijin Mutiara
mencium pemilik kebun durian, lebih juga boleh ” katanya. Yang
disambut derai tawa dari semua laki-laki
yang ada, sementarapara wanita hanya
tertawa cekikikan.
Mutiara mendekati suaminya dengan
wajah merah menyala karena malu, sambil berbisik ia bertanya “ Mas Exsan
serius? Tiar boleh menciumnya dan apa maksudnya lebih?” kesal bukannya mendapat
jawaban dari sang suami
yang dia terima tawa yang sangat
keras. Kesal Mutiara mendekati kakek dan berkata “ sepertinya suamiku
mengijinkanku menciumi para laki-laki yang ada disini, jadi Eyang sekarang
kenalin sebelum Tiar pingsan karena malu ”
“ Siapa bilang aku mengijinkan
istriku menciumi setiap laki-laki ” sahutExsan dengan senyum simpul.
Kakeknya tertawa dan memegang
tangannya sambil mengajaknya berjalan, tetapi bukannya berjalan keluar rumah
menemui pemilik lahan malah diajak berputar-putar didalam rumah yang membuat
Mutiara semakin malu, dengan kepercayaan diri yang semakin tipis Mutiara
beranikan bertanya “ Eyang kita ngapai muter-muter seperti ini bukannya menemui
orang itu ”
Menghembuskan napas kakeknya
berjalan kembali ke tengah kerumunan keluarga yang ada disana dan berhenti
tepat dihadapan Exsan yang tengan tersenyum menatapnya “ Ndok ini laki-laki
yang harus kau ci___ci___um” berhasil menyelesaikan perkataannya
disela-sela tawanya.
Mutiara hanya bengong menatap Exsan rasa malu serta kesal menjadi satu ada keinginan
memukulnya tak dapat ditutupi dari wajahnya. Merasa dipermainkan membuatnya tak
sadar memukuli
dada Exsan sambil memaki-makinya
“ kamu jahat dari awal tahu
pertanyaanku tak sulit kamu
jawab, sebel…” karena lelah dan sakit jari-jarinya memukul dada keras Mutiara
menghentikannya. Mutiara tak berani menatap siapapun orang yang ada disitu dan
hanya merani mengarahkan tatapannya pada dada suaminya.
“ Jadi Ndok mana ciumannya ?” kakek
yang bertanya disela-sela tawanya.
Mutiara malu sekali tetapi seperti
yang dikatakannya kalau suami mengijinkan maka orang yang dimaksud dicium namun
orang yang dimaksud itu orang yang ada dihadapannya. Orang yang memberi ijin
juga orang yang akan mendapatkan ciumannya. Dengan tatapan geli Exsan tersenyum
penuh kemenangan dan dibalas Mutiara dengan tatapan berkata awas akan kubalas nanti. Bukannya kesal
Exsan hanya menatap dengan senyuman yang menawan sambil mengangkat bahu
menerima tantangan. Dengan berat hati Mutiara mendekati suaminya dan memberikan
menciuman yang di minta suaminya karena ingin menantang Exsan kecupbta bibir sang suami lalu cepat-cepat melangkah
mundur, Mutiara menatap wajah
terkejut suaminya. Tersenyum penuh kemenanganMutiara berkata “ tadi Mas Exsan bilang boleh lebih dari ciuman yang Tiar beri
ke Eyang”.
Sadar dengan tantangan dari sang istri Exsan mencoba
menahan istrinya supaya tetap berdiri disampingnya. Mutiara mencoba menjauh
tetapi ditahan Exsan malah semakin dieratkan
pelukannya dipinggang Mutiara.
Saat istrinya mencium bibirnya Exsan benar-benar terkejut tetapi menatap mata Mutiara, dia tahu kalau istrinya
sengaja mencium bibirnya.
Kakek tertawa terpingkat-pingkal
sambil duduk kembali dikursu ruang makan “ Ndok…. Ndok hanya dalam
beberapa jam kau membuatku tertawa terus padahal puluhan tahun aku tak pernah
bisa merasakan kebahagiaan seperti saat ini. Kamu tahu
Ndok…. Kamu
mengingatkanku pada seseorang ” kata kakeknya.
“ Dengan siapa Eyang ” Mutiara terkejut, siapa orang yang mirip dengannya.
“ Istriku, Nenekmu. Dia dulu sepertimu senang
membuat orang lain tertawa dan selalu berani ngatakan apa yang ada dipikirannya
” mata kakek berkaca-kaca saat mengatakan itu dan karena teringat dengan mendiang
istri tercintanya kembali. Lalu tiba-tiba
kakek mengajak mereka semua makan “ Ayo kita mulai
makan nanti dingin makanannya karena kalian sangat terlambat dari jadwal ”
Wajah Mutiara merah karena malu
dengan alasannya yang terus menunda-nunda sampai rumah ini.
Setelah sarapan semuanya kembali
pada kesibukan masing-masing untuk melalui hari ini. Mutiara diajak kekamar
yang akan menjadi kamarnya dengan Exsan, sebelumnya
kamar ini kamar Exsan dan sekarang menjadi kamar mereka berdua. Mutiara tidak
keberatan karena memang seharusnya seperti itu, bahkan seandainya bertahun-tahun
lalu Exsan telah menjemputnya seharusnya sejak dulu kamar ini sudah menjadi kamar mereka
berdua dan mungkin telah memiliki beberapa anak. Dibuangnya jauh-jauh pikiran
mengenai masalah anak-anak kalau mengingat keengganan Exsan menjemputnya saja
telah membuat Mutiara sakit hati sekarang dia harus bersikap ceria dihadapan kakek, apapun yang terjadi antara dirinya dengan Exsan tak
ingin Kakek mengetahui, Kakek telah menyambutnya dengan hangat dan tangan
terbuka jadi Mutiara tidak tega untuk menyakiti perasan Kakek dengan terlihat
menjauhi sang cucu.
Memasuki kamar Mutiara
memperhatikan keliling kamar dan melihat isinya, kamar yang akan dia tempati bersama Exsan sangat
besar dengan tempat tidur ukuran king terletak ditengah-tengahnya semua barang yang ada dikamar berwarna gelap dan
terlalu maskulin untuk Mutiara tidak ada sentuhan feminism sama sekali. Isinya
terlihat serba mewah dan modern sangat berbeda dengan kamarnya didesa. Semuanya
berbanding terbalik, suaminya disini penuh dengan kemewahan sementara Mutiara
sebagai istrinya harus hidup serba pas-pasan. Rasanya semua sangat tak adil,
Mutiara dengan bibi Sundari selalu
menunggu kiriman dari Nur maupun Pratama, selalu ketakutan apabila
mereka telah dilupakan tanpa mendapat sokongan dana lagi dari Exsan tetapi
disini kehidupan mereka sangat mewah
dia jalani tanpa kekurangan
suatu apapun.
Kemewahannya terlihat dari tempat
tidurnya yang sangat besar, sofa yang letaknya disebelah kiri terbuat dari
kulit asli, meja serta lemari terbuat dari kayu berkualitas tinggi serta kamar mandi dilengkapi
perlengkapan bak mandi dengan desain yang sangat modern untuk membuat nyaman
penggunanya. Terdapat layar Televisi berukuran besar dimeja tengah bisa di nikmati
dari atas tempat tidur.
Mutiara semakin membenci Exsan
setelah melihat keadaan kamar yang akan mereka tempati bersamanya walau rumah itu masih terhubung dengan
rumah kakek tetapi mereka mendapat privasi. Kemewahan yang dinikmati Exsan
terasa mengiris-iris hati Mutiara, selama bertahun-tahun dia
telah dilupakan bahkan tak pernah dia pikirkan, bahkan tentang pendidikan yang harus dia tempuhnya pun tak ada
dalam daftar mereka. Kalau bukan karena kebaikan sang kakak mungkin sampai
sekarang dia tak pernah menginjak bangku sekolah. Keuangan bibi setelah sang
suami meninggal hanya sedikit untuk hanya bisa mencukupi demi kebitukan sehari-hari.
Hanya untuk keperluan makan yang menjadi
kewajiban suaminya, selebihnya bukan tanggung jawabnya bahkan satu tanda kecil
pengingat Exsan tentang dirinya sama sekali tak ada. Tak terasa airmata Mutiara
pun bergulir meleleh membasahi
pipinya. Rasa cinta yang dirasakan Mutiara untuk Exsan semakin padam saat
menyatukan semua kepingan pasel dari kejadian-kejadian dalam hidupnya sejakkecil hingga sekarang.
Dihapusnya sisa-sisa air matanya saat mendengar suara langkah kaki seseorang di
koridor kamarnya pertanda ada seseorang yang sedang mendekat kekamarnya.
“ Jadi bagaimana, kamu suka dengan kamar ini
Tiar?” Exsan menanyakan sambil membentangkan tangan dengan bangga menunjukkan
hasil desain ruangkamarnya.
“ Bagus, mewah ” hanya itu keluar
dari bibirnya tanpa menunjukkan apresiasi lebih, rasa kesal yang bergejolak
dalam dada diredamnya dalam-dalam.
“ Kamu pasti akan betah tinggal disini Tiar ” mulai hilang rasa
bangganya Exsan melihat tanggapan dari Mutiara yang terkesan dingin “ mungkin
memang terlalu maskulin, kamu
bisa memberikan sentuhan feminim untuk membuatmu nyaman asal jangan semuanya
berwarna pink ” candanyauntuk membuat Mutiara tersenyum kembali seperti saat bercanda dengan kakeknya
tadi.
“ Sayang kalau Tiar merubah, semua
telah pas dan mewah. Kalau aku merubahnya sangat disayang uang yang dibuang-buang
sia-sia, masih banyak orang yang membutuhkan diluar sana dan aku tahu kamu sanggup membiayai ini semua ” Mutiara menunjuk memutari kamar yang memang didesain sesuai tata
letak kamar, dia berlalu keluar kamar meninggalkan Exsan, Mutiara tak mau dekat-dekat dengan suaminya lebih lama, takut tak bisa menahan emosinya jadi
lebih baik menjauh dari suaminya.
Exsan mengejar istrinya karena
tiba-tiba meninggalkannya saat mereka tengah membahas soal kamar mereka berdua
“ Tiar kamu
mau kemana?” teriaknya saat melihat istrinya pergi ke rumah kakeknya.
“ Aku mau melihat bibi, apa dia sudah
merasa nyaman tinggal disini.
Silahkan nikmati kamar mewahmu ” berlalu meninggalkan Exsan dalam keterkejutan
dengan sikap permusuhan Mutiara kepadanya.
Terkejut melihat kemarahan Mutiara soal kamarnya dia sama sekali tak mengerti apa yang sebenarnya sedang
dirasakan sng istri, yang dia tahu dirinya sedang membanggakan hasil rancangan kamarnya yang sangat mewah dan nyaman.
Tetapi kemarahan dan tatapan terluka di wajah istrinya membuatnya bingung,
kenapa Mutiara marah bukannya merasa senang dengan kenyamanan ini, setidaknya dia juga akan ikut menikmati. Saat
mendengar langkah-langkah kaki menuju kearahnya, Exsan senang akhirnya istrinya
sudah tenang dan siap berbicara dengannya kembali.
“ Tiar aku minta maaf kalau kamu tak suka dengan kamar
ini, kita akan……” Exsan berhenti berbicara saat orang yang mendekatinya
ternyata bukan istrinya melainkan sepupunya.
“ Aku suka dengan kamar ini malah
aku merasa nyaman disini ” sambil bergelayut manja di pintu dengan
memperlihatkan senyum indahnya.
“ Ngapain kamu disini Rizka..? ”
kata Exsan ketus tak menanggapi rayuan sepupunya.
“ Jadi gadis jelek itu tak suka
tinggal disini, pantas saja kamu
tak mau menjemputnya Exsan, lihat pakaian yang dia kenakannya sangat tak pantas dipakai
oleh keluarga Saptowardono dia sangat kampungan tak berpendidikan dan
mengenakan pakaian yang sudah sangat ketinggalan jaman bahkan pakaiaannya lebih
pantas dipakai pembantu dirumahku ” tawa keras dengan nada menghina keluar dari
mulutnya.
Exsan tegang mendengar pemaparan
Rizka tentang cara berpakaian Mutiara yang hanya mengenakan pakaian biasa walau
pakaiannya terlihat bagus tetapi terbuat dari kualiatas biasa, pantas Mutiara
merasa tak menyukai tentang kamarnya. Melihatnya dari kacamata orang lain Exsan
tahu bagaimana perasaan istrinya merasa ini bukan tempatnya dan melihat
perbedaan kehidupan yang dijalaninya dengan kehidupannya yang sehari-hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Susana Setyawati
perasaan terbuang itu yg menyakitkan
2020-06-16
0
Neni Anggraeni
sedih banget ikhsan menyebalkan 😏😏😏
2020-06-14
0
BiancaRD
disini Aku ikut terluka
2020-06-12
0