Episode 2

Setelah empat tahun menunda untuk menjemput

istrinya, apalagi usia sang istri yang saat ini telah menginjak dewasa. Mau

tidak mau Exsan harus mulai menyiapkan mental menerima masa lalunya hadir dalam

hidupnya sekarang ini. Semakin hari Exsan semakin terdesak oleh kakek serta orang tuanya, selama

ini dia selalu dan terus menerus berusaha untuk menunda

menjemput sang istri Mutiara. Karena menurut pendapatnya apabila dengan

menjemput Mutiara berarti tanggung jawabnya sebagai suami akan terjadi saat itu juga, tak terasa Exsan telah menunda menjemput Mutiara selama empat

tahun lamanya. Dirinya merasa belum siap untuk bertemu, Exsan terus menerus membuat berbagai alasan

untuk tak pergi menemui sang istri.

Padahal, baik kakek maupun kedua orang

tuanya selalu mengingatkan akan kewajibannya untuk membawa sang istri pulang kerumahnya, karena terlalu sering membuat alasan kakek semakin keras mengingatkan akan tugasnya. Makin hari Exsan

semakin terdesak bukan hanya oleh orang tuanya tetapi keluarga yang lain pun turut serta mendesak dengan alasan supaya dirinya mulai berpikir untuk meneruskan

garis keturunan keluarga Saptowardono, hal tersebut membuatnya semakin bertambah kesal.

‘ Tanggung jawabnya dilakukan kok’ pikir

Exsan.

Selama ini Exsan selalu tahu tentang keadaan sang istri, walaupun hanya mendapatkan laporan dari asistennya, yang secara

rutin mengunjungi Mutiara tempatnya dibesarkan sekarang ini. Laporan yang dia dapat,

bahwa sudah waktunya menjemput sang istri. Dan Mutiara beberapa kali sempat menanyakan perihal tersebut kepada

asistennya, kapan dia akan dijemput? Apalagi setelah ulang tahunnya yang ke delapan

belas tahun... tetapi setelah setahun berlalu, Exsan tak pernah lagi mendengar laporan dari

asistennya bahwa Mutiara masih menanyakan kembali kapan penjemputan dirinya akan

dilakukan oleh Exsan, sehingga membuatnya menjadi lebih tenang dan melupakan keberadaan Mutiara. Hingga tak terasa empat tahun pun berlalu.

Exsan teringat

sekitar lima belas atau enam belas tahun yang lalu, persisnya satu tahun

setelah hari pernikahan Exsan dan Mutiara.

Dirinya mendapat kabar bahwa Mutiara akan diantarkan kerumahnya oleh pihak

keluarga sang istri, dengan alasan menurut mereka Mutiara telah menjadi tanggung

jawab Exsan setelah mereka menikah.

Hal itu yang langsung membuatnya sangat

marah kala itu. Usianya yang baru menginjak enam belas tahun,

dikala teman-teman seusianya lebih sering bermain atau nongkrong dirinya harus menerima

tanggung jawab perihal kehidupan Mutiara, serta merta dia langsung menolak

kehadiran Mutiara.

Baru setahun yang lalu, terjadi perubahan besar dalam hidupnya karena di paksa menikah dengan Mutiara

secara mendadak. Awalnya hidupnya penuh dengan

mimpi-mimpi indah, serta semangat yang menggebu ingin mencoba segala hal dengan teman-temannya, berubah secara tiba-tiba menjadi

seorang pemuda yang telah memiliki seorang istri, tentu saja membuat emosinya semakin tak stabil.

Penuh dengan kemarahan. Apalagi di sekolah dia

sedang jatuh cinta dengan adik kelas yang sangat cantik, lalu tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan ini. Hal itu  membuat Exsan mengambil

keputusan mendadak tanpa pikir panjang.

Exsan Bagus

Saptowardono, selama ini merasa beruntung sebagai pewaris dari keluarga

Saptowardono yang di kenal sebagai keluarga terpandang. Mereka serta sangat di segani

baik dalam lingkungan bisnis maupun masyarakat sekitar. Di samping sangat kaya

keluarga Saptowardono orang mengenalnya sangat dermawan. Jadi Exsan sejak lahir,

sekolah dan yang lainnya selalu mendapatkan yang terbaik.

Maka dari itu

teman-temannya semua tunduk dengannya, serta para gadis selalu mengejar-ngejarnya. Mendengar

nama Saptowardono saja mereka langsung tersenyun tunduk. Apalagi memiliki paras yang

tampan, serta berpostur tubuh tinggi tegap dengn kulit kuning bersih khas masyarakat indonesia

pada umumnya. Tentu hal itu membuat Exsan semakin di gilai setiap gadis dimana pun dirinya berada.

Maka dari itu ketika hidupnya tiba-tiba di porak porandakan oleh paksaan

pernikahan oleh kakeknya membuat dia teramat marah. Hidup yang dia pikir indah seperti

surga berubah menjadi neraka. Maka dari itu hingga kini dirintaa masih belum menerima

kehadiran Mutiara dalam hidupnya.

Dengan penuh emosi, Exsan

mengancam ayah, ibu serta kakeknya. Bahwa

sampai Mutiara tinggal satu rumah dengannya,

mulai saat itu juga dia

yang akan meninggalkan rumah. Karena ancaman tersebut pihak keluarga mengalah memenuhi keinginannya,

walaupun dengan berat hati. Ibunya merasa tak tega kalau harus menelantarkan anak lima

tahun ke tangan orang yang belum tentu bisa di percaya akan menyayangi anak itu

seperti ibunya sendiri. Setelah melakukan perdebatan yang panjang dan

melelahkan akhirnya keputusan di ambil, mereka akan

membawa Mutiara tinggal dengan seorang bibi, dengan begitu istrinya akan tinggal

dan dibesarkan di sana oleh kerabat. Letaknya juga cukup jauh dari tempat

tinggal keluarga Saptowardono.

Mutiara di bawa ketempat tinggal

bibi Sundari yang jauh dari tempat tingalnya, di tempat itu istrinya akan

dibesarkan dan di didik. Belum lama ini bibinya telah kehilangan suami serta

anaknya akibat kecelakan, bibi tidak menginginkan kembali berkumpul dengan

keluarganya dan tetap tinggal di tempat suami serta anaknya dulu tinggal. Walau rumahnya

sederhana tapi dia merasa bahagia, sehingga tidak mau meninggalkan rumahnya untuk kembali kepada

keluarga yang pernah mengusir dirinya karena menikah dengan lelaki pilihannya. Dan

di sanalah sekarang Mutiara berada.

Tuntutan keluarganya karena usianya

yang terus bertambah,  menurut kakek serta orang tuanya, kalau seorang laki-laki  yang umurnya sudah menginjak kepala tiga itu seharusnya pada saat dia dan Mutiara telah memiliki anak lebih dari satu.

Karena alasan itulah mereka semakin sering mendesaknya.

Tetapi Exsan masih belum berani karena dia berfikir, kalau tidak pergi menjemput Mutiara pasti masih memiliki kebebasan tanpa harus terbebani dengan

adanya seorang istri yang tidak dirinya inginkan. Tetapi dengan bertambah tua,

kesehatan sang kakek semakin menurun. Membuat beliau mulai sering sakit-sakitan, sehingga  kakek ingin secepatnya bertemu dengan cucu menantunya. Dan

kakeknya ingin supaya Exsan secepatnya memiliki anak untuk meneruskan garis

keturunan Saptowardono sehingga beliau bisa tenang. Itu semua tak akan mungkin terlaksana apabila kehidupan

Exsan dan Mutiara tetap terpisah seperti sekarang ini.

Exsan belum pernah bertemu kembali

dengan Mutiara sejak terakhir kalinya dia menggendongnya tujuh belas tahun lalu. Seperti apa rupanya sekarang  Exsan tak tahu,

yang dia ingat hingga hari ini adalah seorang anak kecil yang meminta di gendong

dengan wajah aneh berbau bedak bayi, dan badannya sangat ringan dalam gendongan. Tetapi

asistennya, selalu memberikan laporan setiap kali menanyakan seperti apa sekarang rupa

Mutiara. Menurut asistennya, Mutiara telah menjadi seorang gadis yang cantik

berbeda dari anak kecil yang pernah dirinya ingat. Nama anak itu sangat cantik... Mutiara.

Akankah dia secantik namanya atau itu hanya nama yang tak berarti karena

mengingat anak itu dulunya sangat jelek ' tak mungkin sebuah batu kali bisa berubah

menjadi sebuah permata ' pikir Exsan.

Sempat ada

keinginan meminta asistennya memotret Mutiara, tetapi timbul rasa malu. Apalagi teringat

jawabannya dulu, saat terakhir kali sang asisten berinisiatif memotret

untuk menunjukkan seperti apa wajah Mutiara. Saat itu juga Exsan

langsung melemparkan kamera yang sang asisten pakai untuk memotret Mutiara hingga hancur tanpa melihat gambarnya. Dan

semenjak saat itu asistennya tidak pernah lagi berusaha menunjukkan atau menceritakan

tentang Mutiara kepadanya. Dia menyesal, seharusnya dulu Exsan tak perlu marah. Apalagi sampai merusak kamera sang

asisten. Dia jadi teringat, saat itu marah sampai mengeluarkan kata-kata kasar

dan sinis, bahwa dia tak memerlukan foto Exsan. Masih teringat jelas seperti apa wajah sang istri. Setelah itu

hingga sekarang asistennya tidak pernah berani membicarakan Mutiara lagi

tanpa ada yang bertanya terlebih dahulu.

Mungkin sudah

waktunya bagi Exsan untuk menjemput

Mutiara tetapi yang masih ada dalam bayangannya tetaplah wajah anak kecil itu. Kenapa

nama sebagus itu berwajah seaneh anak itu, apa ada yang salah dengan orang

tuanya? Tetapi kakak anak itu telah meyakinkannya, bahwa Mutiara biasanya tidak

berkelakuan seperti itu. Jadi apa dirinyaa yang salah sangka selama ini?

Sempat terpikir apa jangan-jangan sekarang anak

itu masih sangat jelek atau bertambah

cantik setelah dewasa.

Benarbenar tak pernah ada dalam bayangannya bahwa anak itu akan berwajah cantik atau memang

hanya Exsan yang telah salah menduga. Entahlah, Exsan tak mau ambil pusing.

Sudah saatnya Exsan

mulai memikirkan masa depannya, bukan lagi tentang masa lalu. Tetapi masa lalu berkaitan

erat dengan masa depannya. Sebelum Exsan menjemput Mutiara ada beberapa hal yang

harus dia bereskan, salah satunya kekasihnya saat ini yang telah terjalin

beberapa bulan. Tak mungkin dia membawa sang istri ke lingkungan keluarga

sementara masih menjalin kasih dengan seorang model cantik dan seksi. Siapa namanya....dirinya sering lupa.

Terpopuler

Comments

Afnita

Afnita

knp jd membingungkan ceritanya ya?

2021-03-16

0

𝙳𝚑𝚢

𝙳𝚑𝚢

Aku mampir kak 😍
Jejak dari MENIKAH DENGAN DOSEN KU, MEREKA YANG TAK TERLIHAT, & PACARKU BOSSKU❤

Ditunggu feedbackbya yah🥰

2020-06-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!