Setelah melihat bibinya pergi Exsan
tahu ini waktu bagi dia untuk berbicara
dengan Mutiara tetapi dia masih belum tahu
pasti akan seperti apa pembicaraannya nanti karena semuanya diluar dugaan. Saat
datang ke sini dia
pikir segalanya akan berjalan mudah dengan mendapati istri yang penurut yang
tak akan berani membantah perintahnya untuk ikut pergi dengannya tanpa banyak
perlawanan. Dia hanya akan menangis bahagia akhirnya dijemput dari rumah ini
walau telah lama tertunda tetapi sekarang setelah melihat situasi saat ini Exsan
menyadari semua ini
tak akan mudah.
Istri yang ada dihadapannya bukanlah
istri yang ada dalam pikirannya, Exsan pikir sang istri adalah seorang wanita yang penurut serta akan mengikuti semua keinginannya. Tetapi
yang ada dihadapannya adalah sesosok wanita yang
sangat cantik, cerdas, kuat serta mandiri. Mutiara itu seorang istri yang dia impikan selama ini, sosok wanita yang akan dia pilih sebagai seorang istri bukan hanya sosoknya yang cantik tetapi perwujudan dari wanita
yang sangat luar biasa.
Sejak pertama
melihat Mutiara yang sedang berusaha menyelamatkan anak kucing Exsan telah
tertarik kepada wanita itu yang langsung mampu mengetarkan hatinya, seperti yang sekarang Exsan
rasakannya kepada Mutiara saat bertatap
muka kembali. Ternyata wanita yang tadi Exsan sukai adalah istrinya sendiri yang selama
lebih dari tujuh belas
tahun dia telantarkan. Dia tak yakin andaikan sekarang Exsan mengatakan bahawa
dia sayang dengan Mutiara sang istri akan mempercayainya, apalagi telah dia
abaikan sekian lama.
Dari cara berbicara serta tatapannya, Mutiara
tak akan mudah untuk diajak bekerja sama untuk
mengikuti keinginannya maupun keluarga untuk membawa sang istri kembali tinggal dengan
keluarga Saptowardonoi. Sekarang menjadi lebih sulit serta butuh
kerja keras untuk mewujudkan keinginan
kakeknya untuk membawa Mutiara pulang. Exsan yakin Mutiara akan menolak
keinginannya untuk membawa dia kembali. Dulu hanya karena dia belum menerima
kenyataan bahwa telah menikah, karena keegoisan
serta keinginannya untuk tak mau berdekatan dengan anak kecil itu, dia dengan keras menolak kehadiran Mutiara di rumahnya.Sekarang dia sama sekali tak tahu sifat atau mengenal
sang istri, jadi Exsan harus lebih hati-hati saat berbicara dengan Mutiara.
Mutiara sedang menunggunya untuk berbicara
lebih dulu karena sepertinya dia tak mau memulainya, memang harus Exsan karena dia yang telah memulai
ini bertahun-tahun silam dan sekarang dirinya
pulayang harus menyelesaikannya.
“ Aku datang ke sini untuk menjemputmu
Tiar ” dengan lembut dia memulai
karena tak tahu bagaimana memulai pembicaraan dengan wanita yang ada dihadapan ini. Yang terlihat sangat tenang
seolah tak terusik sama sekali dengan kedatangannya yang mendadak, tanpa ada
pemberitahuan.
“ Kenapa sekarang....” jawab Mutiara dengan tenang tetapi tegas.
“ Karena baru sekarang aku siap” jawabnya dengan gelisah melihat ketenangan
diwajah Mutiara.
“ Kalau sekarang aku belum siap bagaimana?”
Mutiara balik bertanya kepada Exsan. Pertanyaan yang tak akan mudah dijawab olehnya
dan Exsan menyadari itu, Mutiara bertanya
langsung pada intinya.
Kalau Exsan tak berhati-hati saat
menjawab dia
bisa terjebak oleh pertanyaan Mutiara. Dia
yang telah terbiasa menjawab pertanyaan
sesulit apapun dari rekan atau lawan bisnisnya mencoba untuk berdiam sebentar memikirkan baik-baik kalimat apa sebagai
jawabannya.
Exsan menenangkan
diri dengan menutupi Expresi di wajahnya seperti saat tengan
berbisnis, rasanya sangat menggelisahkan menerima
tatapan tajam dari seorang wanita yang sangat cantik dengan mengenakan pakaian penuh dengan noda. Ada rasa risih ingin meminta Mutiara
mengganti pakaian yang lebih bersih. Atasan kaus
yang penuh dengan noda cat harusnya tak pernah dikenakan wanita itu atau paling
tidak oleh istri Exsan, namun nyatanya
itu yang terjadi dan Exsan tak berani meminta apapun kepada Mutiara sekarang
ini bahkan soal ketidaksukaannya melihat istrinya mengenakan pakaian yang tak
layak digunakan.
Exsan berbicara
sambil menatap mata Mutiara karena dia merasa tak nyaman dengan pakaian yang di
kenakan istrinya. “ Kuharap saat ini, kamu sudah siap untuk pulang karena usiamu
tak muda lagi dan sekarang telah dewasa dan akupun usianya semakinbertambah ” katanya mengakhiri jawabannya.
“ Maksudmu sudah TUA begitu ”
“ Terserah apa katamu ” jawabnya
menyerah sambil meringis mendengar penekanan kata tua dari Mutiara yang ketus.
“ Pulang....yang
aku tahu pulangnya ke rumah ini tak ada tempat lain untuk pulang” mendengar
penuturan Mutiara tentang arti pulang, bahwa tak ada tempat lain untuk dia
pulang selain rumah bibi Sundari serasa ada tangan yang sedang meremas jantung
Exsan. Istrinya merasa tak di terima di rumah manapun selain rumah sang bibi
dan semua itu salah Exsan sehingga membuat Mutiara merasa tak diinginkan. “
Maafkan aku... Tiar ” dengan lirih Exsan mengatakan kata maaf.
Mutiara seperti tak
mendengar permintaan maaf Exsan “ aku tak ingin lagi dijemput
maupun mengharapkannya, aku telah nyaman dengan
kehidupan disini buat apa pergi... ” Mutiara berhenti bicara sebentar sambil menatap tepat ke kedua mata Exsan “ sekarang kami mampu hidup tanpa bantuan darimu, lagi pula bantuan kalian tak
banyak membantu kehidupan kami, sekarang aku hidup mandiri dan telah lama melupakan bahwa aku
pernah menikah, jadi untuk apa harus ikut denganmu
sekarang ” katanya menyelesaikan. Tetapi Mutiara ternyata belum selesai berbicara “ dari yang bibi
katakan bahwa kedatangan kalian karena keinginan kakekmu ingin bertemu denganku
begitu bukan?” Exsan hanya
mengangguk karena tak tahu lagi apa jawaban yang sesuai untuk pertanyaan itu
selain mengiyakan, berbohong hanya
semakin memperparah situasinya “ dan karena
keinginannya memiliki penerus atau keturunannya
yang Sah begitu” kata Sah yang ditekankan dengan maksud
tertentu Mutiara pastinya menduga bahwa selama mereka menikah Exsan telah
memiliki anak diluar nikah. Kata-kata itu langsung menyulut amarah yang sejak
tadi Exsan tahan.
“ Apa maksudmu dengan kata-kata Sah,
jadi pikirmu selama kita menikah aku telah memiliki banyak anak. Aku tak segila itu, aku mengakui kalau memiliki beberapa kekasih, iya aku tak menyangkal lagian saat itu kita hanya menikah diatas
kertas hanya sah menurut kepercayaan kakek tapi belum sah secara hukum sebab
kamu masih di bawah umur. Mereka tahu aku sudah beristri hanya mereka tak
mempercayainya” jawab
Exsan berapi-api sambil mendekat ke Mutiara.
“ Lalu
bagaimana denganmu jangan-jangan
keenggananmu pulang karena telah memiliki kekasih
” Mutiara menjawab dengan mengangkat bahu seolah meremehkan kekhawatiran Exsan. Amarah
semakin membara didalam
dadanya rasa cemburu membayangkan kedekatan Mutiara dengan laki-laki lain menyulut
emosi, maju beberapa langkah mendekati istrinya dan memegang bahunya dengan
kencang sambil mengeluarkan ancaman “ jika kamu sampai memiliki kekasih ingat
laki-laki itu akan mati camkan kata-kataku, Tiar ” Mutiara tetap santai seolah
tidak perduli dengan ancaman yang Exsan
lontarkan semakin membuatnya gusar.
Kecurigaan terarah pada asistennya
melihat kedekatan mereka yang baru saja dia saksikan
tanpa sadar menanyakan apa yang ada dipikirannya. “ apa kekasihmu adalah Nur....” sadar kalau dia mengatakannya apa yang dia pikirkan ketika mendengar suara tawa dari keduanya. Melihat mereka tertawa geli sambil menatapnya membuat
wajah Exsan merah padam menahan malu. Sepanjang usia dewasa baru kali ini dibuat malu oleh ulahnya sendiri. Exsan lega ternyata
dugaannya salah bahwa hubungan mereka tak seperti
yang ada dalam pikirkannya.
Setelah berhasil menghentikan tawa
gelinya mendengar pertanyaan Exsan tentang kedekatannya dengan Nur, ketika Mutiara hendak menjawab namun belum sempat berkata bibinya
datang tepat saat pengurus
rumah sedang membawa baki minuman dan camilan.
“ Mbok Nah membuat teh manis dan ada gorengan
juga ” kata bibi tetapi masih ada nada kemarahan terdengar
dari suaranya saat berkata “ bibi sudah menyuruh Mbok Nah membereskan
barang-barangmu yang akan dibawa ” lanjutnya dengan menahan air mata yang
hampir bergulir disisi matanya.
Mutiara berdiri menghampiri bibinya
yang telah semakin melemah kesehatannya dan memeluk
pundaknya dengan lembut serta penuh kasih sayang. “ pakaian bibi juga minta Mbok Nah bereskan sekalian, ayo Bi.. sana barang-barang bibi
yang akan dibawa masukkan ke koper ”
melihat wajah bibinya
yang langsung berseri-seri dan penuh semangat membuat Mutiara berkaca-kaca
merasa bahwa keputusannya membawa bibinya ikut serta pergi itu keputusan yang
tepat. Tetapi dia masih terlihat ragu-ragu hingga Mutiara kembali bertanya “ kenapa
bi.... ayo sana” bibinya terlihat bimbang.
“ Nak tetapi bibi gak diajak sama Exsan” katanya dengan
tersendat-sendat.
“ Bibi akan ikut karena aku yang mengajak bibi, ayo sana
bereskan bajunya ” lanjut Mutiara dan memberi tatapan menantang Exsan untuk
membantah tetapi Exsan cukup bijak dengan diam tanpa menjawab.
Setelah sekian lama mengenal dan tinggal dengan bibi Sundari baru sekarang
Mutiara dikagetkan dengan kecepatan bibinya dalam
bergerak, beliau pergi kekamarnya membereskan
pakaiannya yang akan dibawa pergi ke
rumah keluarga Saptowardono dengan kecepatan lebih cepat sehingga membuat Mutiara terbengong-bengong.
Sadar bahwa sekarang
sedang tak sendirian ketika mendengar seseorang
berdehem, Mutiara kembali menatap kepada para tamunya. Exsan yang memecahkan kesunyian yang terjadi saat bibi Sundari pergi
untuk membereskan pakaiannya untuk di bawa pergi.
“ Aku tak bisa mengajak bibi ikut, aku hanya
menjemput istriku bukan bibiku ” kata Exsan ketus.Wajahnya memerah menunjukkan rasa tak suka dengan keputusan yang Mutiara
ambil tanpa persetujuan darinya. Exsan memikirkan tanggapan kakek apabila bertemu
bibi Sundari setelah puluhan tahun tak pernah akur.
Terkejut dengan kekasaran Exsan
membuat amarah Mutiara ikut kembali tersulut, tega sekali laki-laki itu akan
meninggalkan wanita tua sebatangkara di rumah ini sendirian jauh dari keluarga “ lalu bibi di sini dengan siapa,
dia sudah tua dan tidak ada yang mengurusnya masa kamu tega meninggalkannya
disini sendiri”
“ Disini ada Mbok Nah, dia bisa menemani bibi ” sahut Exsan semakin
marah. Melihat perlakuan
dan perhatian Mutiara kepada bibinya begitu lembut dan tulus membuat Exsan, dia
iri dengan kasih sayang yang istrinya tunjukkan kepada sang bibi. Sementara sikap Mutiara kepada Exsan suaminya sendiri sangat
kasar dan ketus.
Exsan sebenarnya sangat marah kepada diri sendiri karena
merasakan kecemburuan yang tak masuk akal kepada bibinya,
sang bibi lebih banyak mendapatkan perhatian
Mutiara dari pada dirinya, Exsan ingin semua perhatian istrinya hanya tertuju kepadanya. Selama
hidup tidak pernah ada yang memperhatikan Exsan, kakek maupun orang tuanya hanya
menuntut tanggung jawabnya sebagai sang calon penerus, tak ada kasih sayang maupun perhatian dari mereka sementara saudari perempuannya selalu
meminta perhatian yang lebih darinya
kerena kekurangan perhatian dari kedua orang tuanya. Ayah serta ibunya sibuk dengan kegiatan di luar rumah
sehingga sering melupakan keberadaan anak-anak mereka. Kesal
dengan dirinya sendiri yang membuat amarahnya dia arahkan kepada Mutiara.
“ Dengar baik-baik ya Mas Exsan... aku tak akan ikut apabila bibi
juga tidak pergi denganku ” Mutiara tak mengalah sama marahnya dengan Exsan, dia tak akan pernah
meninggalkan bibinya sendiri disini
tanpa ada keluarga yang akan
menjaga sertamerawatnya.
Berat sekali membuat keputusan ini tetapi Mutiara masih ingat akan janjinya kepada bibi Sundari, bahwa dia tak akan pernah meninggalkan bibi Sundari. Gengan mengajak bibi Sundari yang pasti akan
menyenangkan wanita tua itu tetapi juga selama tinggal di rumah Saptowardono, Mutiara tak
merasa sendirian karena ada seorang yang dikenal.Namun yang pasti Mutiara telah menganggap bibi Sundari
seperti ibu kandung sendiri. Walau kondisi bibi Sundari sering tak stabil
apabila sedang mengingat suami serta anaknya tak memperdulikan Mutiara, akan
tetapi disebagian waktunya selalu menunjukkan kasih sayang yang tulus
kepadanya. Sementara Exsan tak pernah menunjukkan kasih sayangnya kepadanya,
yang ada Exsan mengasingkan Mutiara darinya. Jadi walau sekarang dia meminta
Mutiara kembali tak semudah itu dirinya percaya bahwa kembalinya Mutiara adalah
untuk selamanya. Yang menjadi kekhawatiran Mutiara ialah saat semua kepentingan
Exsan terpenuhi dirinya akan kembali di asingkan seperti dulu. Jadi Mutiara
akan tetap merawat rumah bibi Sundari beserta bisnisnya, jika terjadi sesuatu
dia masih memiliki rumah tempatnya berteduh dan juga bisnis untuk menopang
hidupnya.
Melihat keseriusan istrinya yang
ingin mengajak bibinya ikut tak akan tergoyahkan, yang ada hanya akan terjadi adu mulut yang tiada akhir, Exsan memutuskan lebih baik mengalah. Setidaknya saat ini istrinya
mau ikut dengannya itu yang lebih penting, masalah lain lebih baik dipikirkan
nanti setelah sampai rumah.
Dan yang membuatnya bahagia adalah cara Mutiara memanggilnya Mas Exsan terasa
menyejukkan hatinya, walau dari nadanya
saat menyebutkan namanya adalah untuk mengejeknya. Exsan rela
melakukan apa saja asal bisa mendengar istrinya mengucapkan namanya tanpa gelar
dan ejekan. Sejak mereka berbicara satu kalipun Mutiaratidak pernah menyebur-nyebut namanya.
“ Baiklah bibi Sundari boleh ikut dengan
kita, ada lagi yang lain siapa tahu ada orang lain yang mau diajak ” ejek Exsan sehingga pipi Mutiara bersemu merah malu
mendengar candaannya.
“ Oh iya hampir lupa....aku sesekali diperbolehkan
datang kesini
” walau Mutiara bertanya sambil menatap mata Exsan tetapi
dia melihat bahwa istrinya ada rasa takut tak diijinkan datang ke rumah bibi
Sundari, tetapi perkataan tentang akan kembali
kesini sudah membuatnya kembali
gusar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Kerygma
suka😍
2020-06-14
0
Aas Nurhayati
aku suka..aku suka
2020-06-14
0
Susilawati Shasi
widih bisa begitu exsan mau langsung d perhatiin aj sm tiar...ngaca dulu dong sm diri sendiri🤦🤔😠
2020-06-11
0