“ Apa.....” teriak Exsan. “ kamu mau apa lagi kedesa
ini, jadi benar dugaanku, bahwa kamu memiliki kekasih
didaerah ini? ” suara Exsan keras dipenuhi
amarah yang menggelegar.
“ Bukan begitu.....” bantah Mutiara “ ini orang kenapa sih dikit-dikit
aku punya kekasih, sebenarnya andaikan aku benar-benar memiliki kekasih itu bukan urusanmu juga, sementara kamu sendiri selama ini memiliki
berderet kekasih yang ngantri dan siapa yang tahu kalau sekarang kamu sudah memutuskan
mereka semua, jadi jangan main asal
tuduh gitu dong, dengar dulu alasan kenapa sesekali datang kemari ”
Mutiara kembali terdiam sebelum melanjutkan walau masih kesal dengan tuduhan Exsan, bibirnya manyun cemberut kesal. Sebelum meneruskan Mutiara meminum minuman yang ada di meja terlebih
dulu untuk melegakan tenggorokannya “ kamu
lihat itu ” katanya menunjuk cinderamata yang tadi dilihat Exsan saat baru datang. Pandangan Exsan mengikuti arah telunjuk Mutiara.
“ Itu semua karyaku, ibu-ibu
dilingkungan ini sebagian besar yang membantu, selama
lebih dari setengah tahun aku membuat dan memasarkan itu semua dan sekarang mulai banyak orang yang memesan
tak mudah bagiku meninggalkan itu semua setelah dengan bersusah payah
memasarkannya jadi aku minta supaya masih bisa melanjutkan ini semua, mungkin uang hasil dari membuat
aksesoris tak berarti untukmu tetapi untuk kami
dan orang sekitar yang membantu mendapatkan penghasilan lebih, sangat berarti. Jadi aku meminta kepada Mas Exsan setelah aku ikut denganmu tetap
diberi ijin meneruskan bisnisku ” dengan tetap
menatap sang suami Mutiara menjelaskan keinginannya tetap menjalankan
bisnisnya. Dengan was-was Mutiara menunggu jawaban Exsan.
Timbul rasa bangga yang semakin
besar kepada sang istri
atas usahanya memperjuangkan bukan hanya kreasinya dan karyanya tetapi juga orang-orang yang selama
ini bergantung dan membutuhkannya jelas istrinya sangat menyayangi mereka
semua. Rasa sakit datang di ulu hati, membuatnya sangat menyesali kenapa baru sekarang
menyadari betapa sangat berartinya istrinya itu. Exsan akan memperjuangkan untuk
mendapatkan kasih sayang dari istrinya seperti yang Mutiara berikan kepada orang-orang yang
dia sayangi, semua
itu bisa dilakukan apabila Mutiara telah tinggal serta pulang
ke rumahnya.
“ Baiklah tetapi kalau kamu mau pergi harus denganku
tak boleh sendirian ” jawab Exsan
menyerah. Dan Exsan langsung terkejut saat sang istri tersenyum untuk
pertama kalinya Mutiara memberikan senyuman yang sangat memukau kepadanya.Ini senyum tulus pertama kalinya Mutiara berikan kepada
Exsan. Dalam hati berjanji bahwa istrinya akan terus memberikan senyum seperti
itu disepanjang hidupnya.
“ Pasti, terima kasih...terima
kasih banyak.....” sambil memegang tanganya namun setelah sadar siapa yang dia pegang buru-buru
dilepaskannya. Tersenyum kecil dengan malu Mutiara berkata “ satu lagi, Mas
Tama sering berkunjung kesini dengan istrinya, jadi boleh ya aku mengabarkan apabila aku sudah tak
tinggal di sini lagi?”
“ Ya... apa dia juga akan datang
menemuimu nantinya….??”
Mutiara mengeluarkan telepon dari saku celanasambil berkata “ mungkin, biasanya Mas Tama selalu menemuiku di rumah bibi ”
Mendengar istrinya berbicara dengan
kakaknya melalui telepon ada rasa iri melilit hatinya, kata-kata yang Mutiara
sampaikan penuh dengan kasih sayang dan nada manja ke kakaknya membuatnya tahu
akan arti betapa istimewa Pratama
untuk istrinya. Mungkin selama tinggal disini istrinya hanya bisa berhubungan
dengan Pratama, laki-laki yang
seingatnya sebaya dengannya. Laki-laki yang baik dan yang memintanya untuk menjaga sang adik, bagaimana reaksi
kakaknya saat mengetahui adiknya dijauhkan darinya serta keluarga. Kenapa
kakaknya tak pernah mendatanginya saat Exsan menunda-nunda menjemput adiknya. Itu
akan selalu menjadi pertanyaan sampai Exsan bertemu dengan kakak Mutiara. Selesai
berbicara dengan kakaknya Mutiara kembali
menyimpan telepon genggamnya.
“ Tiar..”
“ Ya ”
“ Kalian sering berhubungan ”
terlihat tatapan bingung dari istrinya mendengar
pertanyaan Exsan “ maksudku kamu dan kakakmu ”
jelasnya. Yang langsung disambut senyum tulus saat menjawab Exsan.
“ Ya, Mas Tama sering
mengunjungiku dan kalau lama tak sempat datang menemuiku kakak pasti akan
menghubungi lewat telepon ” katanya. Mutiara langsung menuju sebuah kamar duga
Exsan itu kamarnya. Ingin rasanya Exsan menyusulnya dan meminta maaf telah
menelantarkan namun Mutiara terlihat tak ada masalah walau tinggal disini dengan bibinya bahkan dia
terlihat sangat bahagia. Kenapa Exsan tidak pernah mencoba berbicara dengan
istrinya dari dulu melalui telepon jadi ia tidak akan merasa asing dengan sang istri saat bertemu
sekarang, sementara sekarang dia berusaha menjaga jarak dan
terkesan berusaha menjauh darinya.
“ Hmmmm....”
Exsan menoleh
mendengar dari pojok ruang tamu melihat Nur sedang berdiri didekat lemari yang
penuh karya Mutiara sambil tersenyum geli. Exsan melupakan keberadaan
asistennya selama berbicara dengan istrinya, ternyata selama itu Nur berdiri disana
sementara mereka berdua serius berbicara tanya menyadari kehadiran orang lain.
Dia begitu terfokus dengan Mutiara sehingga tak menyadari Nur pun ikut
mendengar percakapan mereka.
“ Jadi Non Mutiara
akhirnya mau ikut kita pulang ” tanya Nur sambil kembali ketempat duduk untuk
mengambil minuman dan gorengannya.
Exsan pun ikut
menghempaskan diri duduk di kursi berhadapan dengan Nur melakukan hal yang sama
minum serta mengambil gorengan “ yah... sepertinya begitu, walaupun kita
menambahkan satu orang lagi yang akan kita bawa. Sekarang siapa yang akan
tinggal untuk mengatur barang-barang yang lain, kamu atau Pak Soleh ” si asisten hanya mengangguk tanpa menjawab.
Barang bawaan Mutiara dan bibinya telah
terbungkus dengan rapi yang langsung dimasukan kekendaraan tinggal menunggu
istrinya dan bibinya bersiap-siap namun sebelum berangkat mereka kedatangan
tiga gadis muda yang baru pulang sekolah langsung menyerbu masuk mencari Mutiara.
“ Tiar....Tiarnya ada ” tanya salah
seorang gadis yang paling kecil badannya dengan salah tingkah.
“ Sedang dikamarnya ” Nur yang
menjawab.
Mereka langsung menuju kamar
Mutiara sambil memanggil namanya yang langsung diminta masuk oleh istrinya.
Terdengan desah dan tangis dari mereka heran dengan apa yang terjadi didalam
membuat Exsan berjalan menuju kamar setelah mengetuk dan membuka pintu kamar dia melihat pemandangan didalamnya.
Terdapat tiga gadis menangis sambil memeluk tubuh istrinya sekaligus, melihat
pemandangan itu membuat Exsan gusar karena sadar mereka sangat menyayangi
istrinya hingga tak mau berpisah dengannya. Mutiara mencoba menenangkan
ketiganya namun bukannya tenang malah semakin keras tangisnya dan Mutiara hanya
memeluk mereka dengan diam dan menatapnya seakan menyalahkan Exsan sehingga yang membuat mereka semua menangis.
“ Diamlah kalian tak malu ada orang
lain yang melihat tingkah kalian ini ” Mutiara mencoba mengalihkan mereka. Walau masih terdengar
sedu-sedan mereka namun mereka sudah mulai berhenti tangisnya.
“ Ayo ada yang mau aku ajarkan pada kalian semua, kalian ke depan dulu sana. Sudah bertemu suamiku belum?”
yang dijawab anggukan serempak dari ketiganya sambil menatap Exsan, tetapi kemudian menuruti perkataan
Mutiara dengan berjalan keluar kamar. Dan akhirnya Exsan bisa melihat isi dalam
kamar istrinya. Kamar yang sangat
kecil dan tak banyak barang hanya ada tempat tidur, lemari pakaian dan meja
kecil dengan kaca di gantung pada dinding serta boneka beranjing yang sangat kumal yang menarik perhatiannya.
Melihat perhatian suaminya yang
melihat mengelilingi seluruh kamarnya, Mutiara berkata.
“ Ya di sinilah kamarku yang sangat
sederhana ” sambil berjalan kearahnya untuk keluar dari kamar “ aku mau
mengajarkan beberapa hal kepada
mereka sebentar sebelum pergi…… bisakah menunggu
sebentar...?” tanya Mutiara yang hanya dijawab dengan anggukan.
Mutiara menjelaskan kepada
ketiganya bagaimana mengumpulkan bahan dan pengecatan bahan dari cinderamata
itu. Exsan mendengar penjelasan Mutiara bagaimana caranya mencari bahan-bahan, karena menurut Mutiara limbah atau sampah dari daun pisang
dan pelepahnya serta ada juga daun
mangga, daun jambu air, ranting serta bunga yang sudah kering juga kardus,
styrofoam yang sudah di buang banyak
ditemukan dimana-mana asalkan mereka mau mencari pasti mereka tidak akan kekurangan
bahan, sesekali waktu Mutiara akan datang untuk
mengambil hasil mereka untuk dijual ditoko-toko atau outlet yang menyediakan
pernak-pernik seperti yang mereka buat.
Mutiara juga menjelaskan dengan
memungut limbah-limbah itu yang dianggap orang kebanyakan hanya sebagai sampah yang
tak berguna dan sering juga langsung dibakar. Maka Mutiara berpesan jangan perlu merasa malu menjadi pemungut
sampah itu karena apabila telah diubahnya bisa menghasilkan uang dan bernilai
ekonomi tinggiapabila membuat kreasi
yang unik dan lain dari yang lain. Mutiara juga berpesan mereka bisa membuat
model lain selain yang pernah diajarkannya. Penjelasannya tidak memakan waktu
lama hanya perpisahannya yang terasa sangat lama dan menyusahkan karena Mutiara
terus saja dipeluk mereka serta beberapa tetangga ikut mempersulit kepergian
Mutiara.
Senang dan sedih yang dirasakan karena harus
berpisah dengan mereka teman serta
tetangga yang Mutiara kenal belasan tahun silam tetapi
juga merasa mereka semua menyayanginya. saat melihat suaminya yang mulai terlihat semakin kesal
Mutiara menyudahi perpisahan ini tidak mau mempermalukan suaminya kalau sampai dia marah dia juga ikut menanggung malu.
Pengaturan duduknya juga sangat mengesalkan sebab Mutiara meminta duduk dengan bibi sundari tetapi
suaminya dengan keras kepala tak mau dan menginginkan supaya mereka duduk
bersama. Tak mau mempermalukan
dirinya sendiri Mutiara mengalah dan duduk berdampingan dengan suaminya.
Selama perjalanan yang lebih banyak
bicara bibi Sundari yang menanyakan bagaimana keadaan rumah yang dulu juga tempat bibi lahir serta tumbuh, apa saja yang berubah. Dengan
sangat sabar Exsan menerangkan beberapa perubahan yang tak terlalu banyak,
hanya beberapa bisnisnya yang banyak
terjadi perkembangan karena sekarang
Exsan sebagai pimpinannya. Tetapi Exsan sadar Mutiara sangat pendiam
dan sangat kekakuan yang duduk
di sampingnya. Mutiara terlihat seperti ada yang dia takuti atau khawatirkan.
“ Tiar..” panggilnya setelah
istrinya melihat kearahnya baru meneruskan “ kenapa dari tadi diam ”
“ Tidak ada apa-apa”
“ Kalau tidak ada apa-apa kenapa
kau seperti ketakutan begitu, apa yang sedang kamu pikirkan ” penasaran istrinya belum juga mau menjawab.
“ Bukan takut, hanya saja aku tak mengenal siapapun di sana” jawab Mutiara lirih.
Baru Exsan ingat kalau istrinya sama sekali belum
ada yang dia kenal
kecuali yang sekarang berada dalam kendaraan. Mungkin Mutiara merasa seperti
orang hilang nanti saat sampai rumah,
lalu Exsan pun menjelaskan “ di rumah ada kakek dan
kedua orang tuaku serta kakak juga adik perempuanku dengan
suami dan anak mereka, tetapi kakak juga adikku tidak ada yang tinggal dirumah itu karena mereka tinggal dirumah masing-masing dengan keluarga
mereka ” mencoba menerangkan untuk membuat istrinya lebih santai. Dipegangnya
tangan istrinya saat melanjutkan “ mereka pasti akan menyukaimu ” katanya lagi.
Namun Mutiara langsung berusaha melepaskan pegangan tangannya tetapi saat Exsan tak mencoba melepaskan atau
melonggarkan pegangannya Mutiara menyerah, tangannya tetap dalam genggamannya.
Exsan membuat Mutiara banyak bicara tentang karyanya dengan itu dia lebih
santai serta mudah diajak bicara.
Mutiara menjelaskan ide itu datang ketika dia tidak tahu harus melakukan apa dan tak mengetahui akan sampai kapan tinggal
dirumah bibinya. Mendengar penuturannya Exsan tahu bagaimana rasanya hidup
tanpa tujuan saat segalanya tampak sangat membingungkan. kemudian Mutiara juga bercerita
kalau temannya ada yang membuka buntik yang menyediakan berbagai aksesoris, lalu Mutiara menitipkan beberapa karyanya di butik temannya, ternyata usahanya mendapat hasil yang
menggembikan setelahnya. Karena pesanan
silih berganti datang, kemudian Agni teman Mutiara yang memiliki butik membawa
kawan yang akan pesan souvenir pernikahan yang kemudian juga ikut memasarkan
dengan pembagian hasil keuntungan yang memuaskan.
Exsan salut dengan perjuangan Mutiara untuk memperoleh semua
itu dan membuatnya memiliki pikiran seandai
istrinya mau membuka
usaha yang sama di kota tempatnya nanti
tinggal pasti bisnis Mutiara akan berhasil. Dengan banyaknya koneksi yang dia miliki Exsan akan
mampu membantu karya Mutiara kepasaran lebih tinggi. Dia tinggal menyediakan tempat untuk istrinya supaya sang istri bisa membuat serta menyediakan semua kreasi-kreasi barunya. Saat ide itu
diterangkan kepada Mutiara, dia menyambut
baik masukan Exsan laluberkata andai diberi ijin dia akan senang sekali. Exsan menyerahkan semua
padanya untuk mengatur andai memang Mutiara mau melakukan dan Exsan akan
membantu semampunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Yuli Yanti
lebih keren lg critanya klu mutiara kasih pelajaran dulu sm exsan..biar dia berjuang pendapatjan mutiara
2021-03-14
0