Episode 10

“ Apa.....” teriak Exsan. “ kamu mau apa lagi kedesa

ini, jadi benar dugaanku, bahwa kamu memiliki kekasih

didaerah ini? ” suara Exsan keras dipenuhi

amarah yang menggelegar.

“ Bukan begitu.....” bantah Mutiara “ ini orang kenapa sih dikit-dikit

aku punya kekasih, sebenarnya andaikan aku benar-benar memiliki kekasih itu bukan urusanmu juga,  sementara kamu sendiri selama ini memiliki

berderet kekasih yang ngantri dan siapa yang tahu kalau sekarang kamu sudah memutuskan

mereka semua, jadi jangan main asal

tuduh gitu dong, dengar dulu alasan kenapa sesekali datang kemari ”

Mutiara kembali terdiam sebelum melanjutkan walau masih kesal dengan tuduhan Exsan, bibirnya manyun cemberut kesal. Sebelum meneruskan Mutiara meminum minuman yang ada di meja terlebih

dulu untuk melegakan tenggorokannya “ kamu

lihat itu ” katanya menunjuk cinderamata yang tadi dilihat Exsan saat baru datang. Pandangan Exsan mengikuti arah telunjuk Mutiara.

“ Itu semua karyaku, ibu-ibu

dilingkungan ini sebagian besar yang membantu, selama

lebih dari setengah tahun aku membuat dan memasarkan itu semua dan sekarang mulai banyak orang yang memesan

tak mudah bagiku meninggalkan itu semua setelah dengan bersusah payah

memasarkannya jadi aku minta supaya masih bisa melanjutkan ini semua, mungkin uang hasil dari membuat

aksesoris tak berarti untukmu tetapi untuk kami

dan orang sekitar yang membantu mendapatkan penghasilan lebih, sangat berarti. Jadi aku meminta kepada Mas Exsan setelah aku ikut denganmu tetap

diberi ijin meneruskan bisnisku ” dengan tetap

menatap sang suami Mutiara menjelaskan keinginannya tetap menjalankan

bisnisnya. Dengan was-was Mutiara menunggu jawaban Exsan.

Timbul rasa bangga yang semakin

besar kepada sang istri

atas usahanya memperjuangkan bukan hanya kreasinya dan karyanya tetapi juga orang-orang yang selama

ini bergantung dan membutuhkannya jelas istrinya sangat menyayangi mereka

semua. Rasa sakit datang di ulu hati, membuatnya sangat menyesali kenapa baru sekarang

menyadari betapa sangat berartinya istrinya itu. Exsan akan memperjuangkan untuk

mendapatkan kasih sayang dari istrinya seperti yang Mutiara berikan kepada orang-orang yang

dia sayangi, semua

itu bisa dilakukan apabila Mutiara telah tinggal serta pulang

ke rumahnya.

“ Baiklah tetapi kalau kamu mau pergi harus denganku

tak boleh sendirian ” jawab Exsan

menyerah. Dan Exsan langsung terkejut saat sang istri tersenyum untuk

pertama kalinya Mutiara memberikan senyuman yang sangat memukau kepadanya.Ini senyum tulus pertama kalinya Mutiara berikan kepada

Exsan. Dalam hati berjanji bahwa istrinya akan terus memberikan senyum seperti

itu disepanjang hidupnya.

“ Pasti, terima kasih...terima

kasih banyak.....” sambil memegang tanganya namun setelah sadar siapa yang dia pegang buru-buru

dilepaskannya. Tersenyum kecil dengan malu Mutiara berkata “ satu lagi, Mas

Tama sering berkunjung kesini dengan istrinya, jadi boleh ya aku mengabarkan apabila aku sudah tak

tinggal di sini lagi?”

“ Ya... apa dia juga akan datang

menemuimu nantinya….??”

Mutiara mengeluarkan telepon dari saku celanasambil berkata “ mungkin, biasanya Mas Tama selalu menemuiku di rumah bibi ”

Mendengar istrinya berbicara dengan

kakaknya melalui telepon ada rasa iri melilit hatinya, kata-kata yang Mutiara

sampaikan penuh dengan kasih sayang dan nada manja ke kakaknya membuatnya tahu

akan arti betapa istimewa Pratama

untuk istrinya. Mungkin selama tinggal disini istrinya hanya bisa berhubungan

dengan Pratama, laki-laki yang

seingatnya sebaya dengannya. Laki-laki yang baik dan yang memintanya untuk menjaga sang adik, bagaimana reaksi

kakaknya saat mengetahui adiknya dijauhkan darinya serta keluarga. Kenapa

kakaknya tak pernah mendatanginya saat Exsan menunda-nunda menjemput adiknya. Itu

akan selalu menjadi pertanyaan sampai Exsan bertemu dengan kakak Mutiara. Selesai

berbicara dengan kakaknya Mutiara kembali

menyimpan telepon genggamnya.

“ Tiar..”

“ Ya ”

“ Kalian sering berhubungan ”

terlihat tatapan bingung dari istrinya mendengar

pertanyaan Exsan “ maksudku kamu dan kakakmu ”

jelasnya. Yang langsung disambut senyum tulus saat menjawab Exsan.

“ Ya, Mas Tama sering

mengunjungiku dan kalau lama tak sempat datang menemuiku kakak pasti akan

menghubungi lewat telepon ” katanya. Mutiara langsung menuju sebuah kamar duga

Exsan itu kamarnya. Ingin rasanya Exsan menyusulnya dan meminta maaf telah

menelantarkan namun Mutiara terlihat tak ada masalah walau tinggal disini dengan bibinya bahkan dia

terlihat sangat bahagia. Kenapa Exsan tidak pernah mencoba berbicara dengan

istrinya dari dulu melalui telepon jadi ia tidak akan merasa asing dengan sang istri saat bertemu

sekarang, sementara sekarang dia berusaha menjaga jarak dan

terkesan berusaha menjauh darinya.

“ Hmmmm....”

Exsan menoleh

mendengar dari pojok ruang tamu melihat Nur sedang berdiri didekat lemari yang

penuh karya Mutiara sambil tersenyum geli. Exsan melupakan keberadaan

asistennya selama berbicara dengan istrinya, ternyata selama itu Nur berdiri disana

sementara mereka berdua serius berbicara tanya menyadari kehadiran orang lain.

Dia begitu terfokus dengan Mutiara sehingga tak menyadari Nur pun ikut

mendengar percakapan mereka.

“ Jadi Non Mutiara

akhirnya mau ikut kita pulang ” tanya Nur sambil kembali ketempat duduk untuk

mengambil minuman dan gorengannya.

Exsan pun ikut

menghempaskan diri duduk di kursi berhadapan dengan Nur melakukan hal yang sama

minum serta mengambil gorengan “ yah... sepertinya begitu, walaupun kita

menambahkan satu orang lagi yang akan kita bawa. Sekarang siapa yang akan

tinggal untuk mengatur barang-barang yang lain, kamu atau Pak Soleh ”  si asisten hanya mengangguk tanpa menjawab.

Barang bawaan Mutiara dan bibinya telah

terbungkus dengan rapi yang langsung dimasukan kekendaraan tinggal menunggu

istrinya dan bibinya bersiap-siap namun sebelum berangkat mereka kedatangan

tiga gadis muda yang baru pulang sekolah langsung menyerbu masuk mencari Mutiara.

“ Tiar....Tiarnya ada ” tanya salah

seorang gadis yang paling kecil badannya dengan salah tingkah.

“ Sedang dikamarnya ” Nur yang

menjawab.

Mereka langsung menuju kamar

Mutiara sambil memanggil namanya yang langsung diminta masuk oleh istrinya.

Terdengan desah dan tangis dari mereka heran dengan apa yang terjadi didalam

membuat Exsan berjalan menuju kamar setelah mengetuk dan membuka pintu kamar dia melihat pemandangan didalamnya.

Terdapat tiga gadis menangis sambil memeluk tubuh istrinya sekaligus, melihat

pemandangan itu membuat Exsan gusar karena sadar mereka sangat menyayangi

istrinya hingga tak mau berpisah dengannya. Mutiara mencoba menenangkan

ketiganya namun bukannya tenang malah semakin keras tangisnya dan Mutiara hanya

memeluk mereka dengan diam dan menatapnya seakan menyalahkan Exsan sehingga yang membuat mereka semua menangis.

“ Diamlah kalian tak malu ada orang

lain yang melihat tingkah kalian ini ” Mutiara mencoba mengalihkan mereka. Walau masih terdengar

sedu-sedan mereka namun mereka sudah mulai berhenti tangisnya.

“ Ayo ada yang mau aku ajarkan pada kalian semua, kalian ke depan dulu sana. Sudah bertemu suamiku belum?”

yang dijawab anggukan serempak dari ketiganya sambil menatap Exsan, tetapi kemudian menuruti perkataan

Mutiara dengan berjalan keluar kamar. Dan akhirnya Exsan bisa melihat isi dalam

kamar istrinya. Kamar yang sangat

kecil dan tak banyak barang hanya ada tempat tidur, lemari pakaian dan meja

kecil dengan kaca di gantung pada dinding serta boneka beranjing yang sangat kumal yang menarik perhatiannya.

Melihat perhatian suaminya yang

melihat mengelilingi seluruh kamarnya, Mutiara berkata.

“ Ya di sinilah kamarku yang sangat

sederhana ” sambil berjalan kearahnya untuk keluar dari kamar “ aku mau

mengajarkan beberapa hal kepada

mereka sebentar sebelum pergi…… bisakah menunggu

sebentar...?” tanya Mutiara yang hanya dijawab dengan anggukan.

Mutiara menjelaskan kepada

ketiganya bagaimana mengumpulkan bahan dan pengecatan bahan dari cinderamata

itu. Exsan mendengar penjelasan Mutiara bagaimana caranya mencari bahan-bahan, karena menurut Mutiara limbah atau sampah dari daun pisang

dan pelepahnya serta ada juga daun

mangga, daun jambu air, ranting serta bunga yang sudah kering juga kardus,

styrofoam yang sudah di buang banyak

ditemukan dimana-mana asalkan mereka mau mencari pasti mereka tidak akan kekurangan

bahan, sesekali waktu Mutiara akan datang untuk

mengambil hasil mereka untuk dijual ditoko-toko atau outlet yang menyediakan

pernak-pernik seperti yang mereka buat.

Mutiara juga menjelaskan dengan

memungut limbah-limbah itu yang dianggap orang kebanyakan hanya sebagai sampah yang

tak berguna dan sering juga langsung dibakar. Maka Mutiara berpesan jangan perlu merasa malu menjadi pemungut

sampah itu karena apabila telah diubahnya bisa menghasilkan uang dan bernilai

ekonomi tinggiapabila membuat kreasi

yang unik dan lain dari yang lain. Mutiara juga berpesan mereka bisa membuat

model lain selain yang pernah diajarkannya. Penjelasannya tidak memakan waktu

lama hanya perpisahannya yang terasa sangat lama dan menyusahkan karena Mutiara

terus saja dipeluk mereka serta beberapa tetangga ikut mempersulit kepergian

Mutiara.

Senang dan sedih yang dirasakan karena harus

berpisah dengan mereka teman serta

tetangga yang Mutiara kenal belasan tahun silam tetapi

juga merasa mereka semua menyayanginya. saat melihat suaminya yang mulai terlihat semakin kesal

Mutiara menyudahi perpisahan ini tidak mau mempermalukan suaminya kalau sampai dia marah dia juga ikut menanggung malu.

Pengaturan duduknya juga sangat mengesalkan sebab Mutiara meminta duduk dengan bibi sundari tetapi

suaminya dengan keras kepala tak mau dan menginginkan supaya mereka duduk

bersama. Tak mau mempermalukan

dirinya sendiri Mutiara mengalah dan duduk berdampingan dengan suaminya.

Selama perjalanan yang lebih banyak

bicara bibi Sundari yang menanyakan bagaimana keadaan rumah yang dulu juga tempat bibi lahir serta tumbuh, apa saja yang berubah. Dengan

sangat sabar Exsan menerangkan beberapa perubahan yang tak terlalu banyak,

hanya beberapa bisnisnya yang banyak

terjadi perkembangan karena sekarang

Exsan sebagai pimpinannya. Tetapi Exsan sadar Mutiara sangat pendiam

dan sangat kekakuan yang duduk

di sampingnya. Mutiara terlihat seperti ada yang dia takuti atau khawatirkan.

“ Tiar..” panggilnya setelah

istrinya melihat kearahnya baru meneruskan “ kenapa dari tadi diam ”

“ Tidak ada apa-apa”

“ Kalau tidak ada apa-apa kenapa

kau seperti ketakutan begitu, apa yang sedang kamu pikirkan ” penasaran istrinya belum juga mau menjawab.

“ Bukan takut, hanya saja aku tak mengenal siapapun di sana” jawab Mutiara lirih.

Baru Exsan ingat kalau istrinya sama sekali belum

ada yang dia kenal

kecuali yang sekarang berada dalam kendaraan. Mungkin Mutiara merasa seperti

orang hilang nanti saat sampai rumah,

lalu Exsan pun menjelaskan “ di rumah ada kakek dan

kedua orang tuaku serta  kakak juga adik perempuanku dengan

suami dan anak mereka, tetapi kakak juga adikku tidak ada yang tinggal dirumah itu karena mereka tinggal dirumah masing-masing dengan keluarga

mereka ” mencoba menerangkan untuk membuat istrinya lebih santai. Dipegangnya

tangan istrinya saat melanjutkan “ mereka pasti akan menyukaimu ” katanya lagi.

Namun Mutiara langsung berusaha melepaskan pegangan tangannya tetapi saat Exsan tak mencoba melepaskan atau

melonggarkan pegangannya Mutiara menyerah, tangannya tetap dalam genggamannya.

Exsan membuat Mutiara banyak bicara tentang karyanya dengan itu dia lebih

santai serta mudah diajak bicara.

Mutiara menjelaskan ide itu datang ketika dia tidak tahu harus melakukan apa dan tak mengetahui akan sampai kapan tinggal

dirumah bibinya. Mendengar penuturannya Exsan tahu bagaimana rasanya hidup

tanpa tujuan saat segalanya tampak sangat membingungkan. kemudian Mutiara juga bercerita

kalau temannya ada yang membuka buntik yang menyediakan berbagai aksesoris, lalu Mutiara menitipkan beberapa karyanya di butik temannya, ternyata usahanya mendapat hasil yang

menggembikan setelahnya. Karena pesanan

silih berganti datang, kemudian Agni teman Mutiara yang memiliki butik membawa

kawan yang akan pesan souvenir pernikahan yang kemudian juga ikut memasarkan

dengan pembagian hasil keuntungan yang memuaskan.

Exsan salut dengan perjuangan Mutiara untuk memperoleh semua

itu dan membuatnya memiliki pikiran seandai

istrinya mau membuka

usaha yang sama di kota tempatnya nanti

tinggal pasti bisnis Mutiara akan berhasil. Dengan banyaknya koneksi yang dia miliki Exsan akan

mampu membantu karya Mutiara kepasaran lebih tinggi. Dia tinggal menyediakan tempat untuk istrinya supaya sang istri bisa membuat serta menyediakan semua kreasi-kreasi barunya. Saat ide itu

diterangkan kepada Mutiara, dia menyambut

baik masukan Exsan laluberkata andai diberi ijin dia akan senang sekali. Exsan menyerahkan semua

padanya untuk mengatur andai memang Mutiara mau melakukan dan Exsan akan

membantu semampunya.

Terpopuler

Comments

Yuli Yanti

Yuli Yanti

lebih keren lg critanya klu mutiara kasih pelajaran dulu sm exsan..biar dia berjuang pendapatjan mutiara

2021-03-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!