Episode 17

Sekarang Exsan mulai berpikir

bagaimana istrinya membeli pakaian dan bagaimana dengan pendidikannya apakah

selama ini ada yang memikirkannya. Rizka menyinggung tentang pendidikan

istrinya, apa benar Mutiara tak sempat mengecap pendidikan yang sepantasnya.

Apa dia sempat menyelesaikan pendidikannya di universitas atau hanya sebatas

SLTA saja.

“ Ayolah Exsan jangan melamun

begitu, aku tahu bagaimana perasaanmu memiliki istri seperti itu ” kembali

tersungging senyum mengejek di bibir sepupunya.

Disadarkan dari lamunannya oleh

Rizka bagaimana tanggapan tentang istrinya semakin membuat Exsan membenci diri

sendiri yang tak pernah mau tahu dengan kehidupan istrinya “ Rizka sebaiknya kamu keluar dari sini ”

Exsan meminta Rizka meninggalkan kamarnya.

“ Kenapa Exsan aku suka disini”

dengan manja Rizka memeluk Exsan.

Sebuah suara kasar mengagetkan

mereka berdua “ tetapi aku tak suka, jadi silahkan kamu keluar dari sini ”

Mutiara telah datang kembali ke kamar dengan melihat sepupunya sedang dalam

keadaan memeluknya.

“ Berani-beraninya kau menyuruhku

keluar, kamu

tahu siapa aku” dengan kasar Rizka melawan Mutiara.

“ Memangnya aku perduli ” jawabnyasambil melenggang

masuk ke kamar “ dan ya aku berani dan aku tak perduli, yang aku tahu ini

rumahku ” dengan lembut Mutiara berkata sambil menatap wajah cantik Rizka tanpa

ada sedikitpun menunjukkan kemarahan sama sekali malah terlihat sangat tenang.

“ Kau bilang ini rumahmu, kamu baru datang hari ini

jadi tak bisa melarangku masuk

atau mau melakukan apapun

dirumah ini ” ejek Rizka dengan sinis sambil tertawa keras, dia tak ambil pusing tatapan marah Exsan yang telah

melepaskan diri dari pelukan Rizka.

“ Bisa, aku bisa melarangmu karena

aku istrinya jadi sebaiknya sekarang kau keluar dari kamar ini, silahkan….”

Mutiara mengakhiri perkataannya dengan membuka pintu kamar lebar-lebar, Rizka

keluar dengan menghentakkan kakinya seolah menolak keluar dari kamar.

Sekarang Exsan bisa melihat siapa

yang lebih berpendidikan dari kedua wanita yang ada dihadapannya, Rizka berkata

penuh kemarahan dengan emosi yang meluap-luap untuk memenangkan meinginannyasementara Mutiara menanggapinya dengan tenang dan menunjukkan fakta atas

kekuasaannya akan rumah ini karena ialah istri Exsan.

Rizka pergi dengan amarah yang

belum terselesaikan, Exsan tahu emosi Rizka sangat sulit dia kontrol tetapi dia

tak tahu akan seperti apa nanti Rizka berusaha menyusahkan istrinya. ‘ Mudah-mudahan Rizka tak

akan membuat masalah dengan Mutiara karena Exsan masih belum terlalu memahami istrinya’, pinta Exsan dalam hati.  Dia tak ingin ada masalah yang terjadi

dikemudian hari.

Mutiara datang untuk membereskan

barang-barang bawaannya dan juga tas ransel yang sangat kusam yang baru dimasukkan oleh pegawainya.

Mutiara menanyakan dimana dia bisa meletakkan pakaiannya, berat rasanya

mendengar pertanyaan itu seharusnya sang istri

tak perlu lagi bertanya mau meletakkan dimana barang-barangnya karena ini juga

kamar serta rumahnya seperti yang

diakuinya dihadapan Rizka. Tetapi dia masih juga meminta ijin meletakkan peralatan

melukis, ingin rasanya Exsan

bertanya apa melukis itu kegemarannya serta bagaimana dan dimana dia

mempelajari seni lukis itu. Banyak sekali yang ingin Exsan pertanyakan. Exsan ingin mengetahui seperti apa Mutiara sebenarnya, tetapi

tahu pertanyaan itu hanya akan membuktikan  bahwa dia tak pernah perhatian kepada

Mutiara.

“ Tiar suka melukis? ” Exsan

memulai pembicaraan dengan sangat hati-hati memilih kata-katanya yang akan

dipertanyakan kepada istrinya.

“ Iya” hanya itu jawaban yang

keluar dari bibirnya, sambil terus mengambil dan mengatur barang-barang

bawaannya. Tak memakan waktu lama karena tak banyak yang Mutiara bawa dari

rumah bibinya untuk dibawa ke rumah Exsan.

“ Melukis apa? ” Exsan mencoba

bertanya lagi, sambil memandang istrinya yang berjalan mengelilingi kamar untuk

meletakkan steger atau sebuah penyangga yang bisa terbuat dari kayu atau besi

yang di gunakan sebagai tempat untuk menaruh kanvas yang telah di beri frame. Mutiara

meletakannya tak jauh dari televisi mungkin untuk memudahkan dia menatap hasil lukisannya. Baru terpikir oleh Exsan

mungkin dia bisa menyediakan

studio lukis untuk mulai memenangkan hati sang istri.

“ Apa saja, tetapi aku lebih

menyukai pemandangan alam ” jawabnya sambil memandang keluar jendela dengan

nanar “ bolehkah Tiar meletakkan ini disini, kalau lukisan yang lain tidak

apa-apa diletakkan di gudang” katanya meneruskan.

“ Kamu boleh mengatur dan meletakkan semuanya

dimanapun kamu

suka, ini juga rumahmu,

terserah kamu

mengaturnya bagaimana” Mutiara hanya mengangguk menjawab. Tetapi tak ada

tanggapan lebih lanjut.

Mutiara meletakkan boneka yang

dipeluknya semalam diatas tempat tidur, boneka anjing itu sudah sangat jelek dengan

banyak jahitan di sana sini sangat kontras dengan sepray dan bad cover tempat

tidurnya yang mewah. Boneka itu sudah seharusnya dibuang bertahun-tahun lalu.

Ingin sekali Exsan membuang jauh-jauh boneka jelek itu juga pakaian-pakaian

yang tengah dirapikan istrinya ke dalam lemari tetapi kalau itu dilakukan

istrinya akan semakin menjauhinya.

Yang sekarang ingin dia lakukan adalah menanyakan pada

asistennya apa saja yang selama ini dia kirimkan untuk biaya hidup istri dan bibi Sundari sehari-hari selama

didesa, yang mengetahui jawabannya itu Nur Hidayat asistennya. Tetapi rasanya berat meninggalkan

Mutiara sementara hati kecilnya merasa masih ingin menemani, memeluk serta bercengkrama dengan istri yang baru dia temui belum sampai

dua puluh empat jam yang lalu. Tetapi untuk lebih bisa memahami Mutiara dia harus mengetahui

tentang istrinya itu dan pertama-tama Exsan akan

mulai dari asistennya baru kemudian ke bibi Sundari.

“ Tiar aku harus menemui Nur, ada

yang perlu dikerjakan sebentar, tidak apa-apa kamu disini sendirian?” tanya Exsan pelan.

“ Ya___gak apa-apa Mas Exsan pergi saja\, Tiar

sudah biasa sendirian ” Mutiara menjawab dengan santai, seolah-olah kata-kata

itu sudah terbiasa dia katakan.

Mendengar jawaban istrinya Exsan

tahu ada maksud lain yang terkandung maka sebelum menemui asistennya dia perlu berbicara terlebih

dulu dengan Mutiara supaya semuanya lebih jelas. Didatanginya istrinya yang

tengah sibuk membereskan pakaiannya dan dia

minta sang istri menghentikan

kesibukannya supaya mereka bisa berbicara.

Dipegangnya bahu dan diputar tubuh Mutiara  supaya mereka berhadap-hadapan, tatapan

terkejut tak lepas dari perhatiannya. Mutiara terkejut karena dia beraniannya

memegang tubuhnya.

“ Tiar dengarkan aku, aku tak akan

kemana-mana dan kamu

tak akan pernah sendirian lagi, kami semua ada disini menemanimu dan menjagamu ”

Exsan mencoba menyakinkan istrinya supaya dia tak perlu lagi merasa takut

sendirian lagi. Mutiara hanya menatapnya dengan tatapan kosong seolah tak

mengerti dengan apa yang dibicarakannya.

Dipeluknya tubuh kaku Mutiara untuk

meyakinkan bahwa mulai sekarang Exsan akan selalu ada dan menemani serta menjaganya, jadi Mutiara tak perlu merasa sendirian

lagi. Tetapi Exsan benar-benar dikejutkan oleh dorongan keras dari Mutiara

untuk menjauhinya, seandainya Exsan tak jauh lebih tinggi dan lebih kuat

darinya pasti sekarang telah jatuh terjengkang menerima dorongan dari sang istri.

“ Pe__pe__ergilah aku tak apa-apa disini

sendirian ” katanya dengan tergagap dan berbalik melanjutkan pekerjaannya.

Sebelum pergi Exsan berdiri diam sambil memandang istrinya dan bertanya-tanya

dalam hati ada apa dengan istrinya, kenapa tiba-tiba bisa begitu ketakuatan

dengannya, apa Mutiara takut kalau-kalau Exsan akan menyakitinya.Entahlah, Exsan pergi sambil menggelengkan kepala, dia

tutup pintu kamar pelan keluar dari kamar menuju kantor yang letaknya tak jauh

dari tempat pribadi Exsan.

Begitu sampai ruangan Exsan

langsung menghubungi Nur untuk menemuinya di kantor secepatnya, dia duduk dikursi yang

sangat nyaman hasil dari jerih payahnya saat dia mengambil alih bisnis keluarga. Selama

ini keluarga terutama kakek dan ayahnya mendidik Exsan untuk bertanggung jawab

memperhatikan  kesejahteraan semua

keluarganya. Masa mudanya

dilalui dengan kerja keras terbukti hasil dari didikan keras kakek dan ayah

yang membuatnya bisa menjadi seperti sekarang ini.

Setelah hari pernikahannya dengan

Mutiara dia habiskan

dengan berhura-hura dengan para gadis-gadis seusianya karena merasa akan

menghabiskan sisa hidupnya dengan anak kecil yang sangat dia benci hingga Exsan tak

menyadari usaha pendekatan dari sepupunya Rizka sampai ibu serta keluarga yang lain mengingatkan bahwa

kedekatan mereka tak pantas antar saudara. Saat itu telah terlambat karena

usaha apapun yang dia gunakan

untuk menjauhi Rizka darinya tak ada berhasil,

sekarang kelakuan Rizka yang seperti itu semakin membuat Exsan ketakuatan.

Mutiara bukanlah wanita seperti yang

kebanyakan dia kenal

selama ini, sang istri bahkan tak mengenal Rizka, istrinya pernah

mengalami luka yang entah sadar atau tidak telah di sebabkan oleh dirinya. Exsan tak mau sepupunya ikut menambah dalam luka yang

sudah Mutiara terima. Exsan kesulitan untuk

menembus pertahanan Mutiara yang selalu berusaha menjauhinya untuk melindungi diri.

Terdengar ketukan dari pintu ruang kerja yang diikuti pintu terbuka setelah dia persilahkan masuk. Dia duga itu Nur karena Exsan sedang menunggunya,  dia kembalikan

pikirannya ke masalah yang ada sekarang

karena itulah dia memanggil Nur sebab sang asisten lebih tahu permasalahannya.

“ Ya Mas ada apa?” tatapan heran

karena belum lama sampai dirumah telah diminta menemuinya.

“ Maaf Nur, memang kita baru sampai

dan aku tahu kamu

juga lelah sama dengan yang lain, tetapi ada yang perlu aku tanyakan kepadamu karena

supaya aku bisa memahami permasalahan yang harus kuhadapi ” katanya dengan

gelisah sambil berjalan keluar dari belakang meja, kemudian duduk dipinggiran

meja didepan asistennya.

“ Masalah apa ya Mas ” Nur semakin

penasaran karena tak biasanya melihat atasannya begitu sedih serta kebingungan. Seolah sedang memiliki suatu masalah berat yang

belum terpecahkan bosnya itu.

“ Nur akutahu selama ini kau

yang selalu memberikan biaya untuk keperluan semua orang termasuk kebutuhan

istri dan bibiku didesa ” mulai Exsan sambil menatap Nur yang terlihat mulai

gelisah dikursinya.

“ Iya Mas ” mulai timbul rasa tidak

enak setelah pertanyaan sampai disini. Nur tahu arah pembicaraan akan mengarah

kemana.

“ Aku mau tahu berapa biaya yang biasa

kita keluarkan untuk mereka ” merasa ada yang salah melihat sentakan Nur serta kegelisahan dan tatapan sedih dia

arahkan kepadaExsan.

“ Saya sebagai asisten Mas baru

lima tahun ini selama ini Pak Gatot yang mengerjakannya dan aku juga telah

menanyakan kepadanya tentang masalah itu ” katanya sambil tersendat memulai

bercerita.

“ Kamu menanyakan apa kepada Pak Gatot ”

perasaannya semakin tak karuan, kalau Nur sampai menanyakan perihat tersebut

kepada Pak Gatot pasti dia merasa ada hal yang aneh dengan biaya-biaya yang

menjadi tanggung jawab asistennya.

Kemudian Nur mulai bercerita dari

pertama dia mulai bertanggung jawab tentang pengeluaran seluruh keluarga bosnya

termasuk Mutiara dan bibi Sundari. Mendengan penuturan Nur wajah Exsan mulai

berubah expresi takut sampai

pucat pasi mendengarkan keseluruhan cerita baik yang Nur ketahui sendiri maupun

dari Pak Gatot penanggung jawab sebelumnya.

Dan betapa terkejutnya Exsan

mendengar mendengar perkataan asistennya kalau selama ini dari bertahun-tahun

yang lalu hingga sekarang biaya yang diberikan dari keluarganya untuk kehidupan

istri dengan bibinya tetap sama. Biaya yang dikeluarganya hanya cukup untuk

makan sehari-hari saja, apa lagi jarak waktu itu tak pernah ada perubahan biaya.

Bagaimana  istrinya makan sehari-hari

selama ini Exsan tak tahu. Saat menanyakan biaya pendidikan istrinya tak pernah

termasuk dalam hitungan.

Sambil tertunduk lesu Exsan menanyakan

pada asistennya bagaimana dengan pendidikan istrinya, Nur hanya diam tak

bisa menjawab. Rasa persalah dan kecewa semakin menghimpit dadanya, bagaimana dia bisa menatap wajah sang istri saat tahu apa akibat

dari perlakuannya kepada Mutiara selama ini. Kesal tak tahu harus meminta

pertanggung jawaban kepada siapa atas semua kesalahan ini, Exsan memutuskan hanya

orang tuanya yang tahu pasti akan permasalahan ini. Exsan meminta Nur

mengikutinya dan mereka pergi menemui orang tuanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!