Episode 14

Exsan langsung memeluk tubuh istrinya

saat tahu istrinya tak mencintai laki-laki lain dia hanya mencintai kakak dan

anaknya yang masih kecil. Ternyata kecemburuannya sangat tak beralasan dengan

melarang istrinya mencintai keluarganya. Mutiara malu-malu sambil berusaha

menjauhkan kedekatan tubuh mereka berdua dengan  mendorong Exsan, tetapi Exsan tak mau melepaskannya dia sedang merasa

bahagia dengan kenyataan kalau selama ini Mutiara sama sekali tak memiliki

kekasih atau benarkah......????? apa ada laki-laki lain yang tengah mengisi

hati istrinya???? Ditatapnya wajah Mutiara yang merona malu dengan pertunjukkan

kasih sayang didepan umum dimata istrinya Exsan melihat kejujuran disana.

“ Apa kau sedang mencintai

laki-laki lain selain keluargamu Tiar…?” tanyanya dengan serius dengan menatap

mata Mutiara secara langsung yang dibalas oleh Mutiara dengan menatap balik.

“ Tiar akan menjawab, kalau Mas

Exsan menjawab lebih dulu pertanyaan Tiar ” katanya.

“ Apa sayang...” jawab Exsan.

Wajah Mutiara merona merah saat

mendengan ungkapan sayang kepadanya dari Exsan dan kemudian kembali serius dengan pertanyaannya “

apa Mas Exsan juga tak sedang mencintai perempuan lain ” tanya Tiar dengan

serius.

“ Tidak....aku belum pernah jatuh

cinta sekalipun selama hidupku dengan perempuan yang pernah kukenal selama ini

” jawabnya serius “ sekarang kau jawab Tiar pertanyaanku, apa kamu sedang jatuh cinta

pada laki-laki lain?” lanjutnya.

Mutiara menggelengkan kepala

kemudian menjawab meyakinkan Exsan “ tidak Mas.... aku tak sedang jatuh cinta ”

jawabnya yang disambut pelukan dan ciuman dikening dari Exsan, dengan senyum

bahagia Exsan berkata “ terima kasih sayang”

Mutiara hanya mengangguk senang

saat melihat bibinya tersenyum bahagia beditu

juga Nur, mata bibinya berkaca-kaca menahan

haru dan Nur bersyukur dalam hati karena dia percaya atasannya akan mendapatkan

kebahagiaan dengan Mutiara, serta Nur juga yakin kalau Mutiara akan bahagia

apabila bersama Exsan karena mereka telah dijodohkan oleh Tuhan yang maha

kuasa. Mereka telah dinikahkan sejak kecil walau bukan keinginan mereka dan sekarang

dipertemukan kembali untuk saling  jatuh

cinta walau telah melampaui waktu seta berbagai peristiwa yang harus dialami.

Melanjutkan perjalanan terasa lebih

bisa menikmati pemandangan karena

matahari telah bersinar menampakkan cahaya jingga. Pohon-pohon yang berjejer

dipinggir jalan menambah kesejukan dengan embun pagi menetes dari dahan-dahan

pohon karena terkena hangatnya sinar matahari pagi jatuh membasahi tanah

dibawahnya memberi kesejukan pada rumput dan ilalang yang tumbuh dengan

suburnya disekelilingnya. Rumput yang hijau menyegarkan mata yang melihatnya,

hewan-hewan akan digembalan diladang untuk mencari makan rumput segar sementarasapi-sapi ikut

berpesta menikmati makanan yang sangat banyak dengan kambing-kambing para

petani.

Merasa telah siap dengan pertemuan

nanti Mutiara bisa kembali lebih percaya diri seperti sedia kala dan sikapnya

kembali ceria seperti sehari-hari saat tinggal dirumah bibi didesa. Rumah Exsan letaknya bukan ditengah kota melainkan dipinggiran seperti

yang pernah bibi Sundari ceritakan, dari deretan pohon yang dilewati selama

perjalanan tempatnya terletak didaerah pinggiran kota.

Dari cerita bibi tentang bisnis

yang dijalankan keluarga Exsan dulunya bergerak dalam bidang perkebunan buah-buahan

sekarang setelah yang menangani Exsan yang memiliki jiwa muda dan pandangan

yang luas terjadi banyak perubahan dalam mengelolaan dan dalam menjalankan

bisnisnya dikembangkan dalam bidang yang lain seperti properti dan saham.

Tanggung jawab dalam membesarkan bisnis yang sudah turun temurun sekarang

berada ditangan Exsan, pada masa kakek dan ayahnya usahanya hanya mencakup pada

bidang tanah pertanian dan perkebunan yang di manfaatkan untuk berbagai

buah-buahan tetapi sekarang setelah Exsan memperluas bisnisnya dengan keadaan

ekonomi saat ini di kembangkan dalam bidang investasi saham dan properti serta

ada beberapa yang lain.

Bertanya-tanya seberapa jauh lagi

tempatnya karena menurut Exsan sudah tak jauh tetapi belum juga sampai, mau

kembali bertanya pada suaminya takut dia bisa melihat kepanikan dan ketakutan

dari mata ekspresi wajahnya, tetapi Mutiara mencoba mengatur wajah supaya tanpa bisa terbaca kalau sedang ketakutan oleh

yang lain bahwa dia

takut akan pertemuan dengan keluarga Exsan. Seandainya Mutiara kembali

berbicara tentang tempat yang akan menjadi rumahnya dimasa depan pasti Exsan

akan menyadari bahwa sebenarnya dia

sangat ketakutan. Ditempat manapun dia

akan bahagia semua tergantung pada dirinya sendiri untuk bisa menyesuaikan diri

dengan lingkungan baru. Jadi Mutiara lebih memilih terus diam diri untuk

menenangkan hatinya yang bergejolak.

Berbagai pikiran berkecamuk dalam kepalanya akankah suaminya bisa

serta akan menyayangi atau mencintainya? ataukah Mutiara akan kembali dibuang

seperti saat dia

masih kecil. Apa dia

akan bisa mencintai suami yang telah menelantarkan, membuang dan meninggalkan sekian

lama hanya dalam belas kasihan wanita yang tengah menderita dan putus asa? Itu

masih menjadi pertanyaan dibenak Mutiara. Apa Mutiara akan bahagia hidup

dirumah itu dengan suami serta anak-anak mereka kelak? Kepanikan kembali

menyerang kala berbagai pertanyaan tanpa jawaban datang dari hati kecilnya.

Perjalanan melewati lahan luas

berisi pohon durian dengan buah yang telah siap untuk dipanen bergelantungan dipohon-pohon

yang berjejer sepanjang Mutiara lihat dari dalam mobil melalui jendela kaca

yang lumayan gelap, Mutiara penasaran apakah boleh mereka berhenti dan memetik satu

atau beberapa buah untuk dimakan ditempat. Mutiara memberanikan diri bertanya

kepada Exsan apa boleh makan durian ditempat perkebunan durian itu sebentar

sebelum berlanjut kerumahnya, Mutiara pikir dengan begitu ia ingin bisa

mengulur waktu walau hanya beberapa menit atau jam sebelum sampai dirumah Exsan

untuk bertemu keluarganya.

“ Mas Ex, bolehkah kita berhenti beli

durian dulu itu, bisakah memetik sendiri dan

makan ditempat sekalian? apakah

boleh? ” tatapan terkejut Exsan membuat Mutiara malu hingga menundukkan wajahnya

takut ketahuan alas an supaya berhenti

membeli durian hanya untuk menunda-nunda perjalanan agar supaya lebih banyak

waktu sebelumsampai rumah Exsan.

“ Ya ayo kalau kamu amu, makan disini saja

atau makan dirumah saja nanti kalau sudah sampai?” tanya Exsan sebenarnya dia tahu maksud

istrinya yang meminta makan durian. Exsan tahu jawabannya pasti makan disini karena

istrinya selama kembali berjalan setelah beristirahat dan menyegarkan diri

sangat gelisah walau dia berusaha menutupinya

dengan sangat baik. Exsan geli melihat istrinya mengangguk sebagai

jawaban untuk makan ditempat.

“ Makan disini pasti lebih enak, langsung baru metik dari pohon ” jawab Mutiara bersemangat seperti

Exsan duga.

“ Nur kita berhenti didepan pondok itu, istriku

mau makan durian dan ingin jadi pemetiknya juga ” kata Exsan dengan senyum

senang. “ Apakah perutmu kuat pagi-pagi makan durian, sementara tadi belum sempatsarapan ”

“ Gak apa-apa lagian tadi sudah minum susu ”

“ Baiklah ”

Udara sejuk dan suasana asri segera

menyergap begitu memasuki kawasan perkebunan durian, tampak durian yang telah

siap dipetik dan sangat menggugah selera pecinta durian. Tentunya, jika si

penggila durian

yang datang tidak sabar untuk segera menikmati buahnya. Perkebunan durian yang asri

tentunya akan sangat banyak mengundang penikmat durian yang telah memikat selera

lidah untuk secepatnya bias dinikmati.

Tetapi sepertinya perkebunan durian itu bukan hanya kawasan untuk menghasilkan

durian yang bagus serta berkualitas tinggi diperkebunan ini namun bisa menjadi tempat

berwisata bagi keluarga-keluarga yang ingin berlibur. Melihat lahan perkebunan

durian yang sangat luas ini pastinya sang pemilik orang yang sangat kaya raya dan juga

penikmat buah yang lezat serta menyukai kesejukan alami.

Kendaraan diarahkan kepondok kecil

mungkin tempat pengawas lahan kebun durian itu berjaga apabila

sampai ada para pencuri untuk mencuri durian yang siap panen.

Begitu mobil berhenti Exsan membimbing istrinya turun dari mobil diikuti Nur

dengan bibi Sundari di belakangnya yang tengah asyik berbincang. Exsan dengan percaya diri berjalan menuju ponduk seperti

dialah pemiliknya, sementara Mutiara, bibi Sundari serta Nur sedang menikmati

suasana kebun durian.

Mutiara menatap pohon durian dengan

takjub belum pernah dia

melihat lahan buah seluas dan sebesar ini. Melihat daun-daun yang berserakan

yang sedang di kumpulkan pekerja lahan membuat Mutiara ingin meminta mereka

berhenti supaya dia

bisa memilah daun yang cukup bagus sebagai

bahan cinderamatanya. Tetapi Mutiara terlalu malu untuk mengatakannya mungkin

nanti kalau sudah lama tinggal di derah ini dia bisa meminta ijin

pada pemiliknya untuk mengambil sampah daun dan

dahan yang masih utuh.

seorang

laki-laki tinggi besar keluar dari pondok bersama

Exsan menyapa mereka yang membuat Mutiara

heran sepertinya Exsan sudah akrab dengan

orang itu seolah mereka telah lama saling

kenal. Ah mungkin mereka berteman dan daerah ini tak terlalu jauh dari rumah suaminya

atau ini salah satu perkebunan dari yang Exsan kelola tetapi melihat sikapnya

yang seperti pengunjung biasa tidak memperlihatkan kalau dia seorang pemilik perkebunan ini. Sikap mereka terlihat

bersahabat bukan seperti pekerja terhadap atasannya.

Setelah berbicara orang yang

diperkenalkan sebagai Pak Simin sebagai pengurus lahan menerangkan kepada

Mutiara durian mana yang

enak serta sudah matang juga bagaimana cara memilihkan durian mana bisa Mutiara petik. Pak Simin menatap keatas

sambil mencari-cari setelah terpilih dia membawa tangga untuk

memanjat kemudian memberi arahan cara memegang dan memetik durian. Pak Simin juga memberi sarung tangan khusus supaya tangan Mutiara tak tertusuk

duri durian. Menurut pengurus lahan durian ini

sangat berbeda dengan duruian-durian lainnya, ini durian hasil dari dikembangkan oleh pemilik lahan. Mutiara

mendengarkan terkagum-kagum kepada sang

pemilih mengembangkan kualitas buah durian miliknya.

Exsan sengaja tidak menjelaskan

pada Mutiara bahwa lahan durian yang tengah dikagumin adalah miliknya jadi dia

tidak perlu membeli. Tetapi Exsan terlalu menikmati memperhatikan wajah

istrinya sangat senang dan berseri-seri bahagia saat mendengar arahan pengurus

lahan. Menatap kecantikan istrinya tak membuatnya bosan wanita yang telah

menjadi miliknya yang akan dia pertahamkan selamanya. Exsan tahu kalau pengurus

lahan terpikat pada istrinya dari caranya menatap wajah cantik sang istri saat dia dengan

serius bercerita tentang lahan ini, dia tak merasa terganngu denganpertanyaan istrinya yang

tak merasa lelah. Mutiara tak menyadari kalau ada tiga orang yang mengikutinya,

dan yang membuat Exsan terkejut bibinya sama sekali tak membocorkan kalau Exsan

pemilik perkebunan ini.

Mutiara menaiki tangga dan berusaha

memetik durian seperti arahan pengurus lahan setelah berhasil Mutiara sangat

senang dengan hasil petikannya. Setelah mencoba Mutiara terkejut dengan rasa

durian yang manis legit serta banyak

gading duriannya tak seperti durian yang pernah

dimakannya.

“ Wah enak banget Pak, ini tak ada

yang mau coba?” saat semua orang

menggeleng Mutiara lanjutkan makan tak memperdulikan orang-orang yang

memperhatikannya dengan senyum kekaguman.

“ Pak, boleh saya bertemu pemilik

lahan ini, siapa tahu bisa meminta bibitnya ” Mutiara menatap Nur heran yang secara tiba-tiba dia terserang batuk

sangat keras “ Nur kenapa? Sampai seperti itu batuknya apa kamu punya penyakit TBC ?”

bukannya berhenti batuknya malah semakin keras batuknya.

“ Pak minta minum untuk Nur, supaya batuknya

berhenti nanti istriku pikir dia penyakitan ” Exsan yang menjawab, bibinya ikut

kepondok untuk minta minuman. “ Nanti kamu

pasti bertemu pemilik lahan ini, sekarang habisin duriannya baru kita lanjutkan

pulang orang rumah mulai khawatir kita tak sampai-sampai ” lanjutnya.

Mutiara melanjutkan makan durian

dengan banyak berceloteh tak tentu arah mulai

dari bagaimana kalau mereka membeli bibitnya lalu menanam karena Mutiara

yakin nantinya dia hanya dapat meraup keuntungan yang besar dari hasil

panen. Dia juga berkata jika daun yang telah kering bisa dipakai untuk membuat pernak pernik cinderamata.

Exsan tertawa senang dengan pikiran bisnis istrinya yang tiada henti. Exsan

menawarkan kepada Mutiara supaya berkeliling untuk melihat-lihat

perkebunan durian itu secara menyeluruh dan langsung disambut dengan semangat

dan antusias yang besar darinya.

Terpopuler

Comments

Nabilah Darunara

Nabilah Darunara

hi kk novelny bgus..
mmpir yuk ketemptku juga

2020-06-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!