Exsan langsung memeluk tubuh istrinya
saat tahu istrinya tak mencintai laki-laki lain dia hanya mencintai kakak dan
anaknya yang masih kecil. Ternyata kecemburuannya sangat tak beralasan dengan
melarang istrinya mencintai keluarganya. Mutiara malu-malu sambil berusaha
menjauhkan kedekatan tubuh mereka berdua dengan mendorong Exsan, tetapi Exsan tak mau melepaskannya dia sedang merasa
bahagia dengan kenyataan kalau selama ini Mutiara sama sekali tak memiliki
kekasih atau benarkah......????? apa ada laki-laki lain yang tengah mengisi
hati istrinya???? Ditatapnya wajah Mutiara yang merona malu dengan pertunjukkan
kasih sayang didepan umum dimata istrinya Exsan melihat kejujuran disana.
“ Apa kau sedang mencintai
laki-laki lain selain keluargamu Tiar…?” tanyanya dengan serius dengan menatap
mata Mutiara secara langsung yang dibalas oleh Mutiara dengan menatap balik.
“ Tiar akan menjawab, kalau Mas
Exsan menjawab lebih dulu pertanyaan Tiar ” katanya.
“ Apa sayang...” jawab Exsan.
Wajah Mutiara merona merah saat
mendengan ungkapan sayang kepadanya dari Exsan dan kemudian kembali serius dengan pertanyaannya “
apa Mas Exsan juga tak sedang mencintai perempuan lain ” tanya Tiar dengan
serius.
“ Tidak....aku belum pernah jatuh
cinta sekalipun selama hidupku dengan perempuan yang pernah kukenal selama ini
” jawabnya serius “ sekarang kau jawab Tiar pertanyaanku, apa kamu sedang jatuh cinta
pada laki-laki lain?” lanjutnya.
Mutiara menggelengkan kepala
kemudian menjawab meyakinkan Exsan “ tidak Mas.... aku tak sedang jatuh cinta ”
jawabnya yang disambut pelukan dan ciuman dikening dari Exsan, dengan senyum
bahagia Exsan berkata “ terima kasih sayang”
Mutiara hanya mengangguk senang
saat melihat bibinya tersenyum bahagia beditu
juga Nur, mata bibinya berkaca-kaca menahan
haru dan Nur bersyukur dalam hati karena dia percaya atasannya akan mendapatkan
kebahagiaan dengan Mutiara, serta Nur juga yakin kalau Mutiara akan bahagia
apabila bersama Exsan karena mereka telah dijodohkan oleh Tuhan yang maha
kuasa. Mereka telah dinikahkan sejak kecil walau bukan keinginan mereka dan sekarang
dipertemukan kembali untuk saling jatuh
cinta walau telah melampaui waktu seta berbagai peristiwa yang harus dialami.
Melanjutkan perjalanan terasa lebih
bisa menikmati pemandangan karena
matahari telah bersinar menampakkan cahaya jingga. Pohon-pohon yang berjejer
dipinggir jalan menambah kesejukan dengan embun pagi menetes dari dahan-dahan
pohon karena terkena hangatnya sinar matahari pagi jatuh membasahi tanah
dibawahnya memberi kesejukan pada rumput dan ilalang yang tumbuh dengan
suburnya disekelilingnya. Rumput yang hijau menyegarkan mata yang melihatnya,
hewan-hewan akan digembalan diladang untuk mencari makan rumput segar sementarasapi-sapi ikut
berpesta menikmati makanan yang sangat banyak dengan kambing-kambing para
petani.
Merasa telah siap dengan pertemuan
nanti Mutiara bisa kembali lebih percaya diri seperti sedia kala dan sikapnya
kembali ceria seperti sehari-hari saat tinggal dirumah bibi didesa. Rumah Exsan letaknya bukan ditengah kota melainkan dipinggiran seperti
yang pernah bibi Sundari ceritakan, dari deretan pohon yang dilewati selama
perjalanan tempatnya terletak didaerah pinggiran kota.
Dari cerita bibi tentang bisnis
yang dijalankan keluarga Exsan dulunya bergerak dalam bidang perkebunan buah-buahan
sekarang setelah yang menangani Exsan yang memiliki jiwa muda dan pandangan
yang luas terjadi banyak perubahan dalam mengelolaan dan dalam menjalankan
bisnisnya dikembangkan dalam bidang yang lain seperti properti dan saham.
Tanggung jawab dalam membesarkan bisnis yang sudah turun temurun sekarang
berada ditangan Exsan, pada masa kakek dan ayahnya usahanya hanya mencakup pada
bidang tanah pertanian dan perkebunan yang di manfaatkan untuk berbagai
buah-buahan tetapi sekarang setelah Exsan memperluas bisnisnya dengan keadaan
ekonomi saat ini di kembangkan dalam bidang investasi saham dan properti serta
ada beberapa yang lain.
Bertanya-tanya seberapa jauh lagi
tempatnya karena menurut Exsan sudah tak jauh tetapi belum juga sampai, mau
kembali bertanya pada suaminya takut dia bisa melihat kepanikan dan ketakutan
dari mata ekspresi wajahnya, tetapi Mutiara mencoba mengatur wajah supaya tanpa bisa terbaca kalau sedang ketakutan oleh
yang lain bahwa dia
takut akan pertemuan dengan keluarga Exsan. Seandainya Mutiara kembali
berbicara tentang tempat yang akan menjadi rumahnya dimasa depan pasti Exsan
akan menyadari bahwa sebenarnya dia
sangat ketakutan. Ditempat manapun dia
akan bahagia semua tergantung pada dirinya sendiri untuk bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru. Jadi Mutiara lebih memilih terus diam diri untuk
menenangkan hatinya yang bergejolak.
Berbagai pikiran berkecamuk dalam kepalanya akankah suaminya bisa
serta akan menyayangi atau mencintainya? ataukah Mutiara akan kembali dibuang
seperti saat dia
masih kecil. Apa dia
akan bisa mencintai suami yang telah menelantarkan, membuang dan meninggalkan sekian
lama hanya dalam belas kasihan wanita yang tengah menderita dan putus asa? Itu
masih menjadi pertanyaan dibenak Mutiara. Apa Mutiara akan bahagia hidup
dirumah itu dengan suami serta anak-anak mereka kelak? Kepanikan kembali
menyerang kala berbagai pertanyaan tanpa jawaban datang dari hati kecilnya.
Perjalanan melewati lahan luas
berisi pohon durian dengan buah yang telah siap untuk dipanen bergelantungan dipohon-pohon
yang berjejer sepanjang Mutiara lihat dari dalam mobil melalui jendela kaca
yang lumayan gelap, Mutiara penasaran apakah boleh mereka berhenti dan memetik satu
atau beberapa buah untuk dimakan ditempat. Mutiara memberanikan diri bertanya
kepada Exsan apa boleh makan durian ditempat perkebunan durian itu sebentar
sebelum berlanjut kerumahnya, Mutiara pikir dengan begitu ia ingin bisa
mengulur waktu walau hanya beberapa menit atau jam sebelum sampai dirumah Exsan
untuk bertemu keluarganya.
“ Mas Ex, bolehkah kita berhenti beli
durian dulu itu, bisakah memetik sendiri dan
makan ditempat sekalian? apakah
boleh? ” tatapan terkejut Exsan membuat Mutiara malu hingga menundukkan wajahnya
takut ketahuan alas an supaya berhenti
membeli durian hanya untuk menunda-nunda perjalanan agar supaya lebih banyak
waktu sebelumsampai rumah Exsan.
“ Ya ayo kalau kamu amu, makan disini saja
atau makan dirumah saja nanti kalau sudah sampai?” tanya Exsan sebenarnya dia tahu maksud
istrinya yang meminta makan durian. Exsan tahu jawabannya pasti makan disini karena
istrinya selama kembali berjalan setelah beristirahat dan menyegarkan diri
sangat gelisah walau dia berusaha menutupinya
dengan sangat baik. Exsan geli melihat istrinya mengangguk sebagai
jawaban untuk makan ditempat.
“ Makan disini pasti lebih enak, langsung baru metik dari pohon ” jawab Mutiara bersemangat seperti
Exsan duga.
“ Nur kita berhenti didepan pondok itu, istriku
mau makan durian dan ingin jadi pemetiknya juga ” kata Exsan dengan senyum
senang. “ Apakah perutmu kuat pagi-pagi makan durian, sementara tadi belum sempatsarapan ”
“ Gak apa-apa lagian tadi sudah minum susu ”
“ Baiklah ”
Udara sejuk dan suasana asri segera
menyergap begitu memasuki kawasan perkebunan durian, tampak durian yang telah
siap dipetik dan sangat menggugah selera pecinta durian. Tentunya, jika si
penggila durian
yang datang tidak sabar untuk segera menikmati buahnya. Perkebunan durian yang asri
tentunya akan sangat banyak mengundang penikmat durian yang telah memikat selera
lidah untuk secepatnya bias dinikmati.
Tetapi sepertinya perkebunan durian itu bukan hanya kawasan untuk menghasilkan
durian yang bagus serta berkualitas tinggi diperkebunan ini namun bisa menjadi tempat
berwisata bagi keluarga-keluarga yang ingin berlibur. Melihat lahan perkebunan
durian yang sangat luas ini pastinya sang pemilik orang yang sangat kaya raya dan juga
penikmat buah yang lezat serta menyukai kesejukan alami.
Kendaraan diarahkan kepondok kecil
mungkin tempat pengawas lahan kebun durian itu berjaga apabila
sampai ada para pencuri untuk mencuri durian yang siap panen.
Begitu mobil berhenti Exsan membimbing istrinya turun dari mobil diikuti Nur
dengan bibi Sundari di belakangnya yang tengah asyik berbincang. Exsan dengan percaya diri berjalan menuju ponduk seperti
dialah pemiliknya, sementara Mutiara, bibi Sundari serta Nur sedang menikmati
suasana kebun durian.
Mutiara menatap pohon durian dengan
takjub belum pernah dia
melihat lahan buah seluas dan sebesar ini. Melihat daun-daun yang berserakan
yang sedang di kumpulkan pekerja lahan membuat Mutiara ingin meminta mereka
berhenti supaya dia
bisa memilah daun yang cukup bagus sebagai
bahan cinderamatanya. Tetapi Mutiara terlalu malu untuk mengatakannya mungkin
nanti kalau sudah lama tinggal di derah ini dia bisa meminta ijin
pada pemiliknya untuk mengambil sampah daun dan
dahan yang masih utuh.
seorang
laki-laki tinggi besar keluar dari pondok bersama
Exsan menyapa mereka yang membuat Mutiara
heran sepertinya Exsan sudah akrab dengan
orang itu seolah mereka telah lama saling
kenal. Ah mungkin mereka berteman dan daerah ini tak terlalu jauh dari rumah suaminya
atau ini salah satu perkebunan dari yang Exsan kelola tetapi melihat sikapnya
yang seperti pengunjung biasa tidak memperlihatkan kalau dia seorang pemilik perkebunan ini. Sikap mereka terlihat
bersahabat bukan seperti pekerja terhadap atasannya.
Setelah berbicara orang yang
diperkenalkan sebagai Pak Simin sebagai pengurus lahan menerangkan kepada
Mutiara durian mana yang
enak serta sudah matang juga bagaimana cara memilihkan durian mana bisa Mutiara petik. Pak Simin menatap keatas
sambil mencari-cari setelah terpilih dia membawa tangga untuk
memanjat kemudian memberi arahan cara memegang dan memetik durian. Pak Simin juga memberi sarung tangan khusus supaya tangan Mutiara tak tertusuk
duri durian. Menurut pengurus lahan durian ini
sangat berbeda dengan duruian-durian lainnya, ini durian hasil dari dikembangkan oleh pemilik lahan. Mutiara
mendengarkan terkagum-kagum kepada sang
pemilih mengembangkan kualitas buah durian miliknya.
Exsan sengaja tidak menjelaskan
pada Mutiara bahwa lahan durian yang tengah dikagumin adalah miliknya jadi dia
tidak perlu membeli. Tetapi Exsan terlalu menikmati memperhatikan wajah
istrinya sangat senang dan berseri-seri bahagia saat mendengar arahan pengurus
lahan. Menatap kecantikan istrinya tak membuatnya bosan wanita yang telah
menjadi miliknya yang akan dia pertahamkan selamanya. Exsan tahu kalau pengurus
lahan terpikat pada istrinya dari caranya menatap wajah cantik sang istri saat dia dengan
serius bercerita tentang lahan ini, dia tak merasa terganngu denganpertanyaan istrinya yang
tak merasa lelah. Mutiara tak menyadari kalau ada tiga orang yang mengikutinya,
dan yang membuat Exsan terkejut bibinya sama sekali tak membocorkan kalau Exsan
pemilik perkebunan ini.
Mutiara menaiki tangga dan berusaha
memetik durian seperti arahan pengurus lahan setelah berhasil Mutiara sangat
senang dengan hasil petikannya. Setelah mencoba Mutiara terkejut dengan rasa
durian yang manis legit serta banyak
gading duriannya tak seperti durian yang pernah
dimakannya.
“ Wah enak banget Pak, ini tak ada
yang mau coba?” saat semua orang
menggeleng Mutiara lanjutkan makan tak memperdulikan orang-orang yang
memperhatikannya dengan senyum kekaguman.
“ Pak, boleh saya bertemu pemilik
lahan ini, siapa tahu bisa meminta bibitnya ” Mutiara menatap Nur heran yang secara tiba-tiba dia terserang batuk
sangat keras “ Nur kenapa? Sampai seperti itu batuknya apa kamu punya penyakit TBC ?”
bukannya berhenti batuknya malah semakin keras batuknya.
“ Pak minta minum untuk Nur, supaya batuknya
berhenti nanti istriku pikir dia penyakitan ” Exsan yang menjawab, bibinya ikut
kepondok untuk minta minuman. “ Nanti kamu
pasti bertemu pemilik lahan ini, sekarang habisin duriannya baru kita lanjutkan
pulang orang rumah mulai khawatir kita tak sampai-sampai ” lanjutnya.
Mutiara melanjutkan makan durian
dengan banyak berceloteh tak tentu arah mulai
dari bagaimana kalau mereka membeli bibitnya lalu menanam karena Mutiara
yakin nantinya dia hanya dapat meraup keuntungan yang besar dari hasil
panen. Dia juga berkata jika daun yang telah kering bisa dipakai untuk membuat pernak pernik cinderamata.
Exsan tertawa senang dengan pikiran bisnis istrinya yang tiada henti. Exsan
menawarkan kepada Mutiara supaya berkeliling untuk melihat-lihat
perkebunan durian itu secara menyeluruh dan langsung disambut dengan semangat
dan antusias yang besar darinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Nabilah Darunara
hi kk novelny bgus..
mmpir yuk ketemptku juga
2020-06-15
0