Mereka sedang duduk diruang
keluarga kemudian begitu melihat Esxan datang dengan wajah kusam dan mengikuti berjalan
dibelakangnya Nur dengan wajah ketakutan, mereka tahu pasti ada kesalahan atau sesuatu hal yang terjadi,
mereka tak bisa menduga apa yang sebenarnya sedang terjadi sehingga ketika melihat putra mereka
begitu marah serta gelisah, meraka sangat khawatir.
Karena sebelum putranya serta Mutiara
menantunya dalam keadaan gembira, wajah mereka ceria dan tertawa
bahagia. Tetapi sekarang putranya dalam keadaan kesal dan jugasedih.
“ Ada apa Exsan, belum lama kita
bertemu dan dari cerita eyangmu beliau sangat bangga denganmu karena akhirnya
membawa istrimu pulang, lalu kenapa kamu
terlihat begitu marah ” ayah Exsan yang memulai pertanyaan tepat saat yang sama kakek datang ikut berkumpul bersama mereka.
“ Ada yang perlu Exsan bicarakan
Pa, eyang ini mendesak ” jawabnya dengan gusar tak tahu dari mana dia harus memulai “ selama ini sejak sebelum Exsan ambil alih
bisnis keluarga,siapa yang mengatur biaya hidup Mutiara dan bibi Sundari?” Exsan memulai tetap
berusaha meredam kekesalan dan amarahnya.
“ Eyang dan Papa untuk urusan itu
diserahkan pamanmu Tedjo karena dia yang mengeluarkan dan mendata biaya harian
kita semua ” perkataan ayahnya semakin membuat Exsan lemas, ditundukkan
wajahnya jari-jari tangan meremas rambut lebatnya untuk menghilangkan denyutan
dikepalanya. Setelah lama terdiam Exsan menatap orang tua dan kakeknya dengan
tatapan menderita membuat orang tuanya semakin gelisah “ Exsan sebenarnya ada
apa, kenapa kamu
begitu menderita? ” Ibunya yang merasakan kegelisahan putranya mendekatinya
untuk menenangkannya dengan membelai rambut putranya.Dia tak ingat
kapan terakhirkalinya sang ibu pernah memeluk serta membelainya.
“ Eyang, Ma, Pa kenapa harus
seperti ini, bagaimana Exsan harus memulai semua ini? ” Exsan tersendat saat
mengatakannya, rasanya tak kuat menyampaikan apa yang diketahui dari asistennya
Nur mengenai istrinya Mutiara.
“ Nak kenapa___ ada apa___memilai___ada apa sebenarnya Exsan\, sebenarnya ini masalah apa?” suara ibunya
mulai tersendat karena merasa khawatir.
Lama Exsan terdiam tak tahu
bagaimana pembicaraan harus dimulai dengan
keluarganya, Exsan memulai dengan tersendat-sendat karena sambil menahan emosi yang
tengah bergolak dalam dada. Exsan menceritakan tentang pembicaraan dengan
asistennya Nur yang menceritakan selama dia memegang urusan yang berhubungan
dengan kehidupan Mutiara dan bibi Sundari, bahwa biaya yang mereka keluarkan untuk
biaya hidup Mutiara serta bibinya selama ini sangat kecil dan itu hanya cukup untuk
makan sehari-hari.
Setelah Exsan menceritakan semuanya sampai selesai tak ada yang
berbicara hanya terdengar helaan napas terkejut, mereka sadar semua telah terjadi. Kemurkaan
terlihat dari expresi kakek, beliau terlihat sangat marah tapi tak tahu harus dia
timpakan kemana kesalahan ini.
Amarah juga terdengar saat kakeknya meminta supaya dipanggilkan paman dan bibinya untuk datang menemui mereka sekarang. Sebelum paman dating, ibu Exsan yang mempertanyakan pertanyaan
yang memang sedang ditanyakan dalam hati Exsan dan suasana yang sebelumnya hening akhirnya
terpecahkan dari suara sang Ibu.
“ Dengan uang sebesar itu bagaimana
anak itu bersekolah
dan bagaimana dengan keperluannya yang lain\, Ya Tuhan___” ibu Exsan menunduk menutup wajahnya sementara ayah
Exsan hanya membelai punggu istri untuk menenangkan “ anak yang malang kenapa
kita selama ini mengabaikannya tanpa pernah datang untuk melihat keadaannya.
Pastinya dia sangat membenci kita semua…” Ibunya berbicara disela-sela
tangisnya.
“ Tidak Ma, Mutiara tak membenci
kalian hanya padaku…. Exsan yang telah meminta untuk menjauhkan dia dariku ”
tak tahu lagi Exsan harus berbicara apa karena dari yang dilihatnya Mutiara
hanya membencinya tetapi terlihat begitu tulus menyayangi keluarganya apalagi kasih
sayang kepada sang kakek.
“ Exsan, kakak laki-laki Mutiara
pernah datang kemari dan terlihat sangat marah kepadamu. Papa masih ingat
setiap kata yang dia katakan kalian akan menyesal karena telah
menyia-nyiakan Mutiara hatiku saat itu kami pikir dia hanya
kesal karena adiknya kita jauhkan darinya tetapi sekarang Papa tahu penyebab
semua kemarahannya ” tak ada yang menyahut pembicaraan ayahnya, hanya berdiam
sambil menunggu orang yang bertanggung jawab atas semua masalah ini. Exsan tahu
saat kakak Mutiara datang dia
tak mau menemuinya hanya kedua orang tuanya yang menemui saudara laki-laki
istrinya.
Paman Tedjo datang dengan ditemani
istrinya, paman menikah dengan anak perempuan paling kecil kakek, bibi Shinta putri kecil kesayangan nenek. Dulu paman Tedjo dari keluarga yang sama-sama terpandangkeluarga kakek
tetapi karena suatu krisis keluarga paman bangkrut dan sekarang ikut mengelola
bisnis keluarga, paman selama ini selalu merasa berkuasa namun semenjak Exsan
yang mengambil alih bisnis keluarga paman terlihat semakin kesal dan membencinya.
Karena pengeluaran yang dirasa
Exsan tak perlu semua ditolak mentah-mentah setelah itu paman Tedjo berusaha menjauh
darinya. Paman Tedjo terlihat santai tanpa merasa da beban sementara disekelilingnya terdapat
muka-muka yang sangat marah padanya, dengan santainya dia tersenyum berjalan
mendekati Kakek. Baru setelah tak ada tanggapan dari kakek dia mulai terlihat
gelisah mungkin menduga-duga apa permasalahannya.
Tanpa banyak basa-basi kakek
langsung bertanya pada inti permasalahan bahwa kemana saja uang yang selama ini
dikeluarkan kakek yang jumlahnya cukup
banyak tetapi yang didapatkan Mutiara tak sampai dari setengahnya. Kakek menanyakan sisauangnya dikemanakan?
Paman Tedjo hanya menundukkan kepala tanpa berani
menatap kakek bahkan saat kakek memukul meja untuk menekankan maksudnya. Bibi Shinta hanya
menangis disamping suami hanya menambah kepedihan dalam ruangan. Kakek meminta
uang yang diselewengkan paman Tedjo
untuk segera dikembalikan. Exsan tahu bukan itu jalan
keluarnya tetapi Exsan memberikan
saran untuk membebaskan pamannya dari pekerjaan yang selama ini dia lakukan dan mulai
sekarang silahkan pamannya mengurus bisnis pribadinya sendiri saja. Paman hanya
meminta maaf dan menuruti apa yang Exsan minta dengan tertunduk lesu. Kakek
meminta paman dan bibinya meninggalkan mereka dengan penuh amarah, Exsan dan ibunya
mencoba menenangkan kakek mengingatkan kesehatan beliau yang semakin menurun belakangan, akan tak baik tekanan darahnya apabila marah-marah
seperti itu.
“ Nur selama ini kamu yang sering bertemu
anak itu bagaimana kehidupan sehari-harinya ” kakek bertanya kepada Nur dengan
suara lelah seolah merasa terkalahkan.
Lama Nur diam sebelum kemudian
bercerita “ setelah saya menggantikan Pak Gatot pertama kalinya saya bertemu
dengan Non Tiar dia begitu cantik penuh semangat dan ceria dan begitu tahu saya yang menggantikan
Pak Gatot dengan semangat Non Tiar menanyakan Mas Exsan dan apakah Mas Exsan
masih sekolah di luar negeri ” Exsan terkesiap mendengarnya, dia tahu kalau Mutiara sering bertanya tentang dirinya
melalui sang asisten Nur. Yang dia tak tahu istrinya begitu bersemangat ingin
tahu kabarnya.
“ Jadi selama ini Gatot menutupi
keengganan Exsan untuk menemuinya ” Ibu Exsan yang bertanya kepada Nur dengan
tatapan tak berbeda jauh dari kakek.
Ibunya juga ikut
sedih untuk menantunya.
“ Begitu yang saya tahu ” jawab Nur
pelan.
“ Lalu…… ” Nur menunduk saat
mengatakan “ lama-lama saya tak tega untuk selalu berbohong hingga kemudian
saya menceritakan kalau selama ini Mas Exsan selalu di sini ” ketika tak ada
yang menyela Nur melanjutkan “ namun Non Tiar tetap tak percaya, mungkin karena
usianya yang masih remaja yang masih berjiwa romantis
jadi tak percaya kalau sebenarnya Mas Exsan telah lama balik Non Tiar hanya
mempercayai apa yang selama ini dia khayalkan ”
Nur terus menceritakan bahwa sempat
terjadi perubahan saat Mutiara berulang tahun kedelapan belas namun bibi Sundari tak mau menceritakan. Setelah itu masih beberapa
kali menanyakan Mas Exsan saat Nur mengunjungi mereka namun perubahan drastis pada ulang tahun yang ke sembilan
belas, Mutiara tak lagi pernah menanyakan soal keberadaan
Exsan.
“ Bagaimana dengan sekolahnya ”
tanya ibu Exsan memecah keheningan yang terjadi setelah Nur selesai
menceritakan tentang Mutiara.
“ Yang saya tahu baru beberapa bulan ini Non Tiar selesai S1-nya ”
Helaan napas terkejut mereka terdengar serentak, Mutiara ternyata
melanjutkan sekolah keperguruan tinggi. “ siapa yang membiayai kuliahnya ”
Exsan berkata lirih antara percaya dan tidak, dari mana Mutiara mendapatkan
biaya untuk meneruskan sekolahnya.
“ Saya tidak tahu karena tidak ada
yang bercerita ”
“ Apa bibi Sundari tak pernah
meminta lebih untuk biaya mereka ”
“ Sepertinya pernah saat masih
dengan Pak Gatot namun di tolak paman Mas ”
Kakek begitu berang mendengar
penuturan Nur kemudian mengejutkan semua orang saat meminta Nur memanggil bibi
Sundari dengan berteriak. Beliau beralasan jangan memanggil Mutiara takut
perasaannya semakin terluka. Ibunya duduk di sebelah kakek sambil memberikan air putih untuk
sedikit menenangkan perasaan kakek,
tetapi terlihat kakek begitu marah hingga tak memperdulikan ibunya. Tak berapa
lama bibi Sundari datang dengan Nur mengikuti dibelakangnya dan terkejut
melihat semuanya sedang berkumpul.
“ Ada apa ini, apa aku akan
disidang lagi ” kata bibi Sundari ketika melihat keluarganya berkumpul dan
memanggilnya untuk menghadap mereka.
“ Tidak bi…. dimana Tiar ” tanya
Exsan lembut menenangkan ketakutan bibinya.
“ Oh, katanya ingin melihat-lihat,
jadi dia berjalan-jalan keluar halaman dengan anaknya Sekar yang imut itu.
siapa namanya? ”
“ Nora ”
“ Oh ya itu dia namanya ” melihat
sekeliling baru menyadari ketegangan memenuhi
seisi ruangan terutama kakek “ ada apa Pap, apa aku melakukan
kesalahan ” kakek menjawab dengan menggelengkan kepala pelan.
“ Dari, kami ingin tahu bagaimana
kehidupan kalian selama ini ” ayah Exsan yang membuka pembicaraan lebih dahuli.
“ Jadi sekarang kalian peduli ”
ketika tak ada yang menjawab bibi Sundari bertanya “ dari mana kalian ingin
mengetahuinya”
“ Sejak awal ” Exsan yang menjawab
karena semua masih bingung dan
sedih meresapi berita ini,
mungkin mereka belum siap mendengar yang terburuk.
“ Hmm…baiklah, bagaimana aku
memulainya ya ” lama bibi Sundari diam mungkin sedang menyusun ceritanya “ aku
tak begitu ingat hanya saat itu aku masih terlalu sedih karena meninggalnya
suami dan anak semata wayangku ”
Kemudian bibi Sundari mulai
menceritakan awalnya Mutiara datang dengan diantar oleh kakaknya laki-lakinya Pratama sambil menangis
ketakutan dan tak ingin ditinggalkan sendirian disana tanpa kakaknya ikut
menemani. Namun akhirnya dia mau ditinggalkan setelah Pratama berjanji sesering
mungkin dia akan dating mengunjungi
Mutiara. Memang hampir setiap hari kakaknya
datang pada bulan-bulan pertama walau
terlihat sangat kelelahan.
Kemudian setelah Mutiara mendapatkan banyak teman dan mulai terbiasa disana Pratama mulai berkurang
kunjungannya karena beralasan banyak yang harus dikerjakan. Lambat laun Mutiara terbiasa hidup disana
tanpa ada Pratama.
Hari terus berlalu seperti biasa sampai Mutiara bersekolah serta menyelesaikan sekolah
dasar. Pratama hampir setiap minggu
datang untuk sekadar melihat kondisi Mutiara.
“ Terus bagaimana dia melanjutkan
sekolahnya ” Ibu Exsan yang menyuarakan pertanyaan keluarganya yang tak berani
mengutarakan.
“ Tiar melanjutkan sekolah SMP-nya kebetulan bisa masuk di sekolah
negeri serta dia mendapat beasiswa karena anaknya
sangat cerdas ” jawab bibi Sundari sambil
melamun “ anak itu cerdas, cantik dan baik. Aku bersyukur dengan datangnya dia
menemaniku dan mengurusku ”
“ Apa mengurusmu….apa tak salah ” bibi Sundari mendongak terkejut mendengar
pertanyaan kasar Exsan, dia terlihat bingung dengan tanggapan Exsan yang kasar.
“ Bukankah Gatot bercerita?” dan
tak ada yang menjawab hanya terlihat tatapan bingung dari kedua orang tua Exsan,kakek juga Exsan
sendiri hanya Nur yang tak bereaksi.
“ Ya Tuhan ” bibi Sundari menunduk
seperti terlalu lelah, dengan tangan menutupi wajahnya beberapa kali mengusap-usap kulit muka yang mulai keriput dia terus menunduk. Beberapa menit berlalu hingga terjadi
keheningan panjang bahkan suara napas pun tidak terdengar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Susilawati Shasi
kok aq sedih banget baca episode ini...ah mutiara
2020-06-12
0