Episode 18

Mereka sedang duduk diruang

keluarga kemudian begitu melihat Esxan datang dengan wajah kusam dan mengikuti berjalan

dibelakangnya Nur dengan wajah ketakutan, mereka tahu pasti ada kesalahan atau sesuatu hal yang terjadi,

mereka  tak bisa menduga apa yang sebenarnya sedang terjadi sehingga ketika melihat putra mereka

begitu marah serta gelisah, meraka sangat khawatir.

Karena sebelum  putranya serta Mutiara

menantunya dalam keadaan gembira, wajah mereka ceria dan tertawa

bahagia. Tetapi sekarang putranya dalam keadaan kesal dan jugasedih.

“ Ada apa Exsan, belum lama kita

bertemu dan dari cerita eyangmu beliau sangat bangga denganmu karena akhirnya

membawa istrimu pulang, lalu kenapa kamu

terlihat begitu marah ” ayah Exsan yang memulai pertanyaan tepat saat yang sama kakek datang ikut berkumpul bersama mereka.

“ Ada yang perlu Exsan bicarakan

Pa, eyang ini mendesak ” jawabnya dengan gusar tak tahu dari mana dia harus memulai “ selama ini sejak sebelum Exsan ambil alih

bisnis keluarga,siapa yang mengatur biaya hidup Mutiara dan bibi Sundari?” Exsan memulai tetap

berusaha meredam kekesalan dan amarahnya.

“ Eyang dan Papa untuk urusan itu

diserahkan pamanmu Tedjo karena dia yang mengeluarkan dan mendata biaya harian

kita semua ” perkataan ayahnya semakin membuat Exsan lemas, ditundukkan

wajahnya jari-jari tangan meremas rambut lebatnya untuk menghilangkan denyutan

dikepalanya. Setelah lama terdiam Exsan menatap orang tua dan kakeknya dengan

tatapan menderita membuat orang tuanya semakin gelisah “ Exsan sebenarnya ada

apa, kenapa kamu

begitu menderita? ” Ibunya yang merasakan kegelisahan putranya mendekatinya

untuk menenangkannya dengan membelai rambut putranya.Dia tak ingat

kapan terakhirkalinya sang ibu pernah memeluk serta membelainya.

“ Eyang, Ma, Pa kenapa harus

seperti ini, bagaimana Exsan harus memulai semua ini? ” Exsan tersendat saat

mengatakannya, rasanya tak kuat menyampaikan apa yang diketahui dari asistennya

Nur mengenai istrinya Mutiara.

“ Nak kenapa___ ada apa___memilai___ada apa sebenarnya Exsan\, sebenarnya ini masalah apa?” suara ibunya

mulai tersendat karena merasa khawatir.

Lama Exsan terdiam tak tahu

bagaimana pembicaraan harus dimulai dengan

keluarganya, Exsan memulai dengan tersendat-sendat karena sambil menahan emosi yang

tengah bergolak dalam dada. Exsan menceritakan tentang pembicaraan dengan

asistennya Nur yang menceritakan selama dia memegang urusan yang berhubungan

dengan kehidupan Mutiara dan bibi Sundari, bahwa biaya yang mereka keluarkan untuk

biaya hidup Mutiara serta bibinya selama ini sangat kecil dan itu hanya cukup untuk

makan sehari-hari.

Setelah Exsan menceritakan semuanya sampai selesai tak ada yang

berbicara hanya terdengar helaan napas terkejut, mereka sadar semua telah terjadi. Kemurkaan

terlihat dari expresi kakek, beliau terlihat sangat marah tapi tak tahu harus dia

timpakan kemana kesalahan ini.

Amarah juga terdengar saat kakeknya meminta supaya dipanggilkan paman dan bibinya untuk datang menemui mereka sekarang. Sebelum paman dating, ibu Exsan yang mempertanyakan pertanyaan

yang memang sedang ditanyakan dalam hati Exsan dan suasana yang sebelumnya hening akhirnya

terpecahkan dari suara sang Ibu.

“ Dengan uang sebesar itu bagaimana

anak itu bersekolah

dan bagaimana dengan keperluannya yang lain\, Ya Tuhan___” ibu Exsan menunduk menutup wajahnya sementara ayah

Exsan hanya membelai punggu istri untuk menenangkan “ anak yang malang kenapa

kita selama ini mengabaikannya tanpa pernah datang untuk melihat keadaannya.

Pastinya dia sangat membenci kita semua…” Ibunya berbicara disela-sela

tangisnya.

“ Tidak Ma, Mutiara tak membenci

kalian hanya padaku…. Exsan yang telah meminta untuk menjauhkan dia dariku ”

tak tahu lagi Exsan harus berbicara apa karena dari yang dilihatnya Mutiara

hanya membencinya tetapi terlihat begitu tulus menyayangi keluarganya apalagi kasih

sayang kepada sang kakek.

“ Exsan, kakak laki-laki Mutiara

pernah datang kemari dan terlihat sangat marah kepadamu. Papa masih ingat

setiap kata yang dia katakan kalian akan menyesal karena telah

menyia-nyiakan Mutiara hatiku saat itu kami pikir dia hanya

kesal karena adiknya kita jauhkan darinya tetapi sekarang Papa tahu penyebab

semua kemarahannya ” tak ada yang menyahut pembicaraan ayahnya, hanya berdiam

sambil menunggu orang yang bertanggung jawab atas semua masalah ini. Exsan tahu

saat kakak Mutiara datang dia

tak mau menemuinya hanya kedua orang tuanya yang menemui saudara laki-laki

istrinya.

Paman Tedjo datang dengan ditemani

istrinya, paman menikah dengan anak perempuan paling kecil kakek, bibi Shinta putri kecil kesayangan nenek. Dulu paman Tedjo dari keluarga yang sama-sama terpandangkeluarga kakek

tetapi karena suatu krisis keluarga paman bangkrut dan sekarang ikut mengelola

bisnis keluarga, paman selama ini selalu merasa berkuasa namun semenjak Exsan

yang mengambil alih bisnis keluarga paman terlihat semakin kesal dan membencinya.

Karena pengeluaran yang dirasa

Exsan tak perlu semua ditolak mentah-mentah setelah itu paman Tedjo berusaha menjauh

darinya. Paman Tedjo terlihat santai tanpa merasa da beban sementara disekelilingnya terdapat

muka-muka yang sangat marah padanya, dengan santainya dia tersenyum berjalan

mendekati Kakek. Baru setelah tak ada tanggapan dari kakek dia mulai terlihat

gelisah mungkin menduga-duga apa permasalahannya.

Tanpa banyak basa-basi kakek

langsung bertanya pada inti permasalahan bahwa kemana saja uang yang selama ini

dikeluarkan kakek yang jumlahnya cukup

banyak tetapi yang didapatkan Mutiara tak sampai dari setengahnya. Kakek menanyakan sisauangnya dikemanakan?

Paman Tedjo hanya menundukkan kepala tanpa berani

menatap kakek bahkan saat kakek memukul meja untuk menekankan maksudnya. Bibi Shinta hanya

menangis disamping suami hanya menambah kepedihan dalam ruangan. Kakek meminta

uang yang diselewengkan paman Tedjo

untuk segera dikembalikan. Exsan tahu bukan itu jalan

keluarnya tetapi Exsan memberikan

saran untuk membebaskan pamannya dari pekerjaan yang selama ini dia lakukan dan mulai

sekarang silahkan pamannya mengurus bisnis pribadinya sendiri saja. Paman hanya

meminta maaf dan menuruti apa yang Exsan minta dengan tertunduk lesu. Kakek

meminta paman dan bibinya meninggalkan mereka dengan penuh amarah, Exsan dan ibunya

mencoba menenangkan kakek mengingatkan kesehatan beliau yang semakin menurun belakangan, akan tak baik tekanan darahnya apabila marah-marah

seperti itu.

“ Nur selama ini kamu yang sering bertemu

anak itu bagaimana kehidupan sehari-harinya ” kakek bertanya kepada Nur dengan

suara lelah seolah merasa terkalahkan.

Lama Nur diam sebelum kemudian

bercerita “ setelah saya menggantikan Pak Gatot pertama kalinya saya bertemu

dengan Non Tiar dia begitu cantik penuh semangat dan ceria dan begitu tahu saya yang menggantikan

Pak Gatot dengan semangat Non Tiar menanyakan Mas Exsan dan apakah Mas Exsan

masih sekolah di luar negeri ” Exsan terkesiap mendengarnya, dia tahu kalau Mutiara sering bertanya tentang dirinya

melalui sang asisten Nur. Yang dia tak tahu istrinya begitu bersemangat ingin

tahu kabarnya.

“ Jadi selama ini Gatot menutupi

keengganan Exsan untuk menemuinya ” Ibu Exsan yang bertanya kepada Nur dengan

tatapan tak berbeda jauh dari kakek.

Ibunya juga ikut

sedih untuk menantunya.

“ Begitu yang saya tahu ” jawab Nur

pelan.

“ Lalu…… ” Nur menunduk saat

mengatakan “ lama-lama saya tak tega untuk selalu berbohong hingga kemudian

saya menceritakan kalau selama ini Mas Exsan selalu di sini ” ketika tak ada

yang menyela Nur melanjutkan “ namun Non Tiar tetap tak percaya, mungkin karena

usianya yang masih remaja yang masih berjiwa romantis

jadi tak percaya kalau sebenarnya Mas Exsan telah lama balik Non Tiar hanya

mempercayai apa yang selama ini dia khayalkan ”

Nur terus menceritakan bahwa sempat

terjadi perubahan saat Mutiara berulang tahun kedelapan belas namun bibi Sundari tak mau menceritakan. Setelah itu masih beberapa

kali menanyakan Mas Exsan saat Nur mengunjungi mereka namun perubahan drastis pada ulang tahun yang ke sembilan

belas, Mutiara tak lagi pernah menanyakan soal keberadaan

Exsan.

“ Bagaimana dengan sekolahnya ”

tanya ibu Exsan memecah keheningan yang terjadi setelah Nur selesai

menceritakan tentang Mutiara.

“ Yang saya tahu baru  beberapa bulan ini Non Tiar selesai S1-nya ”

Helaan napas terkejut mereka terdengar serentak, Mutiara ternyata

melanjutkan sekolah keperguruan tinggi. “ siapa yang membiayai kuliahnya ”

Exsan berkata lirih antara percaya dan tidak, dari mana Mutiara mendapatkan

biaya untuk meneruskan sekolahnya.

“ Saya tidak tahu karena tidak ada

yang bercerita ”

“ Apa bibi Sundari tak pernah

meminta lebih untuk biaya mereka ”

“ Sepertinya pernah saat masih

dengan Pak Gatot namun di tolak paman Mas ”

Kakek begitu berang mendengar

penuturan Nur kemudian mengejutkan semua orang saat meminta Nur memanggil bibi

Sundari dengan berteriak. Beliau beralasan jangan memanggil Mutiara takut

perasaannya semakin terluka. Ibunya duduk di sebelah kakek sambil memberikan air putih untuk

sedikit menenangkan perasaan kakek,

tetapi terlihat kakek begitu marah hingga tak memperdulikan ibunya. Tak berapa

lama bibi Sundari datang dengan Nur mengikuti dibelakangnya dan terkejut

melihat semuanya sedang berkumpul.

“ Ada apa ini, apa aku akan

disidang lagi ” kata bibi Sundari ketika melihat keluarganya berkumpul dan

memanggilnya untuk menghadap mereka.

“ Tidak bi…. dimana Tiar ” tanya

Exsan lembut menenangkan ketakutan bibinya.

“ Oh, katanya ingin melihat-lihat,

jadi dia berjalan-jalan keluar halaman dengan anaknya Sekar yang imut itu.

siapa namanya? ”

“ Nora ”

“ Oh ya itu dia namanya ” melihat

sekeliling baru menyadari ketegangan memenuhi

seisi ruangan terutama kakek “ ada apa Pap, apa aku melakukan

kesalahan ” kakek menjawab dengan menggelengkan kepala pelan.

“ Dari, kami ingin tahu bagaimana

kehidupan kalian selama ini ” ayah Exsan yang membuka pembicaraan lebih dahuli.

“ Jadi sekarang kalian peduli ”

ketika tak ada yang menjawab bibi Sundari bertanya “ dari mana kalian ingin

mengetahuinya”

“ Sejak awal ” Exsan yang menjawab

karena semua masih bingung dan

sedih meresapi berita ini,

mungkin mereka belum siap mendengar yang terburuk.

“ Hmm…baiklah, bagaimana aku

memulainya ya ” lama bibi Sundari diam mungkin sedang menyusun ceritanya “ aku

tak begitu ingat hanya saat itu aku masih terlalu sedih karena meninggalnya

suami dan anak semata wayangku ”

Kemudian bibi Sundari mulai

menceritakan awalnya Mutiara datang dengan diantar oleh kakaknya laki-lakinya Pratama sambil menangis

ketakutan dan tak ingin ditinggalkan sendirian disana tanpa kakaknya ikut

menemani. Namun akhirnya dia mau ditinggalkan setelah Pratama berjanji sesering

mungkin dia akan dating mengunjungi

Mutiara. Memang hampir setiap hari kakaknya

datang pada bulan-bulan pertama walau

terlihat sangat kelelahan.

Kemudian setelah Mutiara mendapatkan banyak teman dan mulai terbiasa disana Pratama mulai berkurang

kunjungannya karena beralasan banyak yang harus dikerjakan. Lambat laun Mutiara terbiasa hidup disana

tanpa ada Pratama.

Hari terus berlalu seperti biasa sampai Mutiara bersekolah serta menyelesaikan sekolah

dasar. Pratama hampir setiap minggu

datang untuk sekadar melihat kondisi Mutiara.

“ Terus bagaimana dia melanjutkan

sekolahnya ” Ibu Exsan yang menyuarakan pertanyaan keluarganya yang tak berani

mengutarakan.

“ Tiar melanjutkan sekolah SMP-nya kebetulan bisa masuk di sekolah

negeri serta dia mendapat beasiswa karena anaknya

sangat cerdas ” jawab bibi Sundari sambil

melamun “ anak itu cerdas, cantik dan baik. Aku bersyukur dengan datangnya dia

menemaniku dan mengurusku ”

“ Apa mengurusmu….apa tak salah ”  bibi Sundari mendongak terkejut mendengar

pertanyaan kasar Exsan, dia terlihat bingung dengan tanggapan Exsan yang kasar.

“ Bukankah Gatot bercerita?” dan

tak ada yang menjawab hanya terlihat tatapan bingung dari kedua orang tua Exsan,kakek juga Exsan

sendiri hanya Nur yang tak bereaksi.

“ Ya Tuhan ” bibi Sundari menunduk

seperti terlalu lelah, dengan tangan menutupi wajahnya beberapa kali mengusap-usap kulit muka yang mulai keriput dia terus menunduk. Beberapa menit berlalu hingga terjadi

keheningan panjang bahkan suara napas pun tidak terdengar.

Terpopuler

Comments

Susilawati Shasi

Susilawati Shasi

kok aq sedih banget baca episode ini...ah mutiara

2020-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!