Setiap hari di rumah duduk-duduk tanpa ada kegiatan serta tak
ada kesibukan membuat Mutiara sangat bosan
serta semakin jenuh saja. Apalagi mendapat kabar
dari beberapa temannya yang sebagian
kerja di kota besar dan ada yang kerja di pemerintahan serta
sebagian lagi buka usaha sendiri. Saat duduk-duduk di bawah pohon jambu air,
jatuh daun kering dan bunga bakal buah
jambu yang tidak akan menjadi buah. Rata-rata yang jatuh telah mengering, karena ingat masih ada
sisa cat air yang dipakainya untuk menggambar. Diambilnya daun serta bunga jambu itu lalu dia coba di cat dan dibentuk kedua benda yang
didapat lalu dilem dengan batang yang sudah mengering dan
hasilnya tara....sangat
bagus yang langsung membuat Mutiara memiliki ide cara memiliki
penghasilan tetapi tetap bisa menyenangkan kakak serta bibi.
Akhirnya ditengah
kegundahannya datang sebuah inspirasi secara tiba-tiba. Mutiara akan membuat
aksesoris dari bahan-bahan yang ada di sekelilingnya, baik daun, batang maupun bunga serta kulit dan
masih banyak yang lain. Bisa juga serangga yang sudah mati lalu dikeringkan
bisa diubah menjadi aksesoris cantik dan unik.
‘ Kalau ada banyak yang
seperti ini pasti kan terbentuk Cinderamata yang bernilai jual ’ batin Mutiara, tetapi
bagaimana cara memasarkannya, itu harus Mutiara pikirkan nanti, terlebih
dahulu yang penting sekarang bagaimana membuat
cinderamata yang bagus, cantik dan unik. Teringat teman kampusnya Agni mengabarkan
baru buka butik dan aksesoris juga ada pernak pernik hiasan yang unik-unik
mungkin kalau temannya mau menaruh beberapa cinderamata buatannya dibutik
temannya siapa tahu laku.
Setelah membuat beberapa cinderamata
Mutiara bawa ke butik Agni dan dia mau membantu memasarkan
dengan pembagian keuntungan, senang rasanya bisa menemukan kegiatan untuk
menghabiskan waktu, karena Mutiara tak tahu mau sampai kapan akan
seperti ini. Kabar baik datang seminggu kemudian saat temannya mengabarkan
bahwa cinderamata bikinannya sebagian terjual dan ada yang memesan untuk
oleh-oleh keluarganya. Mendengar itu Mutiara sangat gembira tetapi sekarang
bagaimana caranya memenuhi pesanan itu jika Mutiara mengerjakan semua sendirian
pasti tidak akan bisa terpenuhi.
Kebetulan datang
teman-teman sekitar rumah bibi yang
biasa main kerumahnya timbul ide baru kenapa tidak mempekerjakan mereka untuk
mengisi waktu luang dari pada mereka hanya bergosip tentang laki-laki yang
mereka sukai atau sinetron apa yang menarik
ceritanya.
Ditengah pikiran
Mutiara yang sedang berkelana ke mana-mana terlihat mobil
sedan berwarna putih berhenti dihalaman rumah, ‘aneh
siapa yang datang’ pikir Mutiara tetapi ketika yang keluar dari balik kemudi adalah wanita berparas cantik dengan pakaian yang modis model sekarang Mutiara yakin sepertinya
itu Agni temannya yang memiliki butik.
Di butik Agnilah Mutiara menitipkan cinderamata
buatannya. Agni dengan percaya diri berjalan menuju
pintu, dengan body tak berbeda dengan para model cantik dia
dengan yakinnya berjalan. Agni datang dengan temannya dengan wajah yang sama
cantiknya hanya teman yang Agni bawa berbadan lebih pendek. Mutiara
langsung membuka pintu tepat sebelum Agni mengetuk pintu.
“ Hai Agni tumben ” Mutiara bertanya
setelah berjabat tangan dan cipika cipiki serta menyilahkan tamunya untuk duduk dikursi.
Tanpa banyak
basa-basi dia langsung bicara sambil mengenalkan teman yang bersamanya “
Ini temanku Sintia kebetulan sedang datang melihat butik, eh melihat cinderamata buatanmu yang unik serta menarik itu Tiara, Sintia bilang kalau dia menyukainya. Dan
kebetulan dia mau married tidak lama
lagi karena belum menemukan souvenir untuk dibagi ke para tamu undangan makanya waktu melihat buatanmu
itu dia langsung suka dan akan pesan tetapi dengar warna seperti tema yang dia pilih untuk pernikahannya,
bagaimana apa kamu
bisa memenuhi order itu ” tanya Agni dengan suara senang dan penuh harap.Sebab apabila Mutiara menerima ordernya dia juga ikut
kebagian keuntungan.
“ Sepertinya bias, tinggal kasih tahu aku
warna kesukaanmuapa serta ingin dibuatkan yang seperti apa modelnya ” jawab Mutiara dengan
antusias.
Hampir sepanjang sore itu Mutiara
mendengarkan keinginan Sintia dengan penuh semangat dan gembira. Usaha
kecil-kecilan yang dia
rintis mulai ada kemajuan dengan Sintia yang memesan untuk 500 undangan. Dan ternyata Sintia menyukai
tempat perhiasan dengan warna emas dan silver kesukaannya. Dan Sintia ingin
namanya terukir didalamnya dan yang jangan mudah rusak atau lepas. Mutiara menyanggupinya
karena sudah pernah membuat itu semua dengan perekat yang lebih kuat. Ketika
Sintia menanyakan harganya Agni menjawab bahwa satunya seharga 25.000 rupiah
satuannya, harganya lebih mahal 2 kali lipat dari harga yang dia buat untuk butik
Agni. Agni tertawa melihat tatapan terkejut Mutiara tetapi melanjutkan nego
dengan Sintia dan yang membuat Mutiara semakin bingung Sintia tidak menolak
dengan harga itu.
“ Boleh aku ke toilet ”
“ Oh silahkan, jalan lurus saja
mentok ke sebelah kiri ada pintu itu kamar mandi kami. Maaf tidak terlalu bagus
seperti di kota ”
“ Ah ga apa, sama saja. Permisi ya
”
Begitu Sintia pergi ke kamar mandi
Mutiara langsung menanyakan apa maksud dari semua itu. “ souvenir yang kamu buat bagus apalagi bisa pesan
khusus dari model, sampai warna jadi menurut pandangan bisnisku harga segitu worthedlah ” Agni menjelaskan menurutnya semua yang
Mutiara buat sangat unik dan bagus jadi sudah
sewajarnya di tarik seharga itu. Untuk kedepannya kalau mereka akan berbisnis
bersama dengan 10% pembagian laba dari hasil penjualan. Akhirnya mereka setuju
untuk berbisnis bersama.
Tak berapa lama Sintia balik ke
ruang tamu dengan mengusulkan kalau dia ikut memasarkan produknya akankah dia
mendapatkan pembagian keuntungan. Sisa waktunya di habiskan dengan pembahasan
bisnis yang akan mereka rintis bersama karena ada kemungkinan pasar kurang
menyukainya tetapi mereka percaya barang
yang Mutiara buat akan banyak menarik pembeli.
Setelah magrib Sintia dan Agni baru pulang, Mutiara rasanya lemas setelah emosi
tercabik-cabik antara semangat dan ketakutan akankah dirinya sanggup serta mampu memenuhi permintaan pemesanan yang banyak untuk pertama kalinya ini.
Bibi Sundari menanyakan siapa yang
datang kok main lama, kemudian Mutiara menjelaskan bahwa temannya Agni yang punya butik tempat Mutiara menitipkan cinderamata buatannya. Lalu kemudian dia membawa
temannya Sintia yang kebetulan suka dan
sedang mencari souvenir untuk pernikahannya memesan 500-an untuk
dibagikan kepada tamu undangan sebagai souvenir.
Bibinya ikut bergembira mendengan berita itu.
“ Loh mukamu bukannya senang kok
kelihatan bingung ”kata bibi Sundari
tertawa melihat wajah kebingungan Mutiara.
“ Gimana gak
bingung bi.... kita seneng saja menerima order
tapi kalau kita tidak bisa memenuhi
semua pesanan bagaimana, bisa berabe... ”sahut Mutiara sambil berjalan hilir mudik di ruang tamu.
“ Berabe bagaimana tohh”
“ La iku ( lah itu ) yang membantu
membuat pesanan 500 buah siapa, sekarang yang membantu hanya Sari dan Nina
saja. Gak cukup untuk membuat
sebanyak itu dalamwaktu 1 bulan ”
“ Kan banyak ibu-ibu yang nganggur
hanya mengurus anak bisa kamu ajak,
ajari cara membuatnya, mesti iso ( pasti bisa ) ”
Senyum tersungging di bibir Mutiara
benar juga kata bibinya ibu-ibu itu bisa di
mimta untuk mengumpulkan daun, buah dan ranting yang
sudah kering. Tiba-tiba semua kebingungannya terpecahkan, besok dia akan mengumpulkan
ibu-ibu dari pada ngerumpi tak jelas,
buang waktu percuma lebih baik manfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Dengan kesibukan barunya Mutiara sebagai pebisnis aksesoris, cinderamata, souvenir tak
terlalu mengingat masalah yang selama ini membelitnya bahkan mendengar Pratama belum bisa berkunjung, Mutiara tidak terlalu kecewa.
Kesibukan barunya yang sekaligus bisa
mendapatkan penghasilan baru membuatnya sangat bahagia dan tidak lagi teringat
akan Exsan kembali. Membuat hidup
untuk menyongsong masa depah terasa lebih
cerah serta indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Aas Nurhayati
lanjut thor
2020-06-14
0
Purwanti Idar
buang aj kelaut exsan,cr yg baru
2020-06-11
3