Episode 15

Ketika berkeliling kebun tampak

barisan pohon durian ditanam dengan rapi berjejer dengan jarak tertentu

sehingga enak dipandang. Diantara tanaman tersebut terhampar rerumputan hijau

yang terawat bagai permadani menutup tanah menambah keasrian kebun secara

keseluruhan. Mutiara rasanya ingin duduk-duduk sambil menikmati udara segar

dibawah pohon durian, andai waktu masih banyak untuk menikmati itu semua karena

Mutiara belum tahu akan seperti apa masa depannya nanti.

Berjalan sambil mendengarkan

penjelasan bahwa di perkebunan ini terdapat berbagai varietas durian unggulan

asal lokal yang tengah dikembangkan dan ada juga durian dari luar negeri

sebagai pembanding ditanam disini. Terdapat lebih dari seribu pohon durian dengan

tujuan Varietas unggulan seperti durian petruk, lay, tembaga, sunan, simas dan

monthong. Yang tadi Mutiranikmati itu durian petruk yang terkenal dengan enak dan legitnya, sementara

kalau durian monthong yang tengah popular untuk varietas luar negeri bukan

hanya bentuknya yang menarik tetapi dagingnya yang lebih tebal.

Disitu diperjual belikan durian untuk

makan ditempat dengan harga perkilo maupun perbuah dengan harga berbeda-beda tergantung

kualitas durian itu sendiri juga tersedianya lapak-lapak untuk tempat istirahat

sambil menikmati durian yang baru dipetik. Mutiara melihat sekeliling terdapat

hamparan sawah dengan para petani sekitar sedang bercocok tanam seperti menanam

padi, membajak sawah dan para penggembala yang tengah menggembalakan ternak

serta memandikan ternak, suasana itu terasa pas bagi para wisatawan yang ingin

menikmati suasana teduh, nyaman sertaasri.

Sepertinya perkebunan ini juga

diperuntukkan bagi keluarga-keluarga yang ingin berwisata

pertanian maupun perkebunan. Pemiliknya telah memikirkan secara matang kawasan

perkebunannya itu dibuat dengan sangat nyaman juga dengan keamanan yang telah

terperinci dengan baik terlihatsemua durian yang telah besar diikat dengan aman untuk menghindarkan pengunjung

tertimpa buah.

Selesai minum Nur sudah tak batuk

lagi, sebab sudah bisa menenangkan diri jadi saat Mutiara bertanya

kenapa batuknya separah itu dia hanya

menjawab. “ Tadi keselak jadi gatal makanya

batuk tapi bukan karena sakit TBC ” Nur membela diri walau masih sesekali mencoba menahan tawa

yang hampir keluar.

“ Sudah....sudah Exsan kita jadi

jalan sekarang apa masih ada yang mau makan duren lagi, Tiar apa masih kurang Nak

” bibi Sundari menyela.

“ Tidak bi, sudah kenyang dan puas

yuk kita lanjutkan perjalanan supaya satu tugas cepat selesai ” Mutiara berkata, mereka beranjak meninggalkan kebun durian untuk

memenuhi keinginan kakek Exsan yang ingin bertemu dan melihat dirinya serta untuk memberikan penerus bagi keluarga

Saptowardono.

“ Tugas apa Nak? “ tanya bibi

Sundari bingun.

“ Seperti yang bibi tahu, pertama menemui

kakeknya Mas Exsan dan kedua menjadi mesin pembuat anak untuk melanjutkan

penerus seperti kata bibi kemarin ” Mutiara sengaja mengungkit masalah itu

sekarang untuk mengingatkan diri sendiri jangan terlalu terlena akan perhatian

dan kebaikan Exsan, pengingat

akan tujuan pertama Exsan saat datang menjemput dirinya, tak ada sedikitpun bahwa semua itu atas karena

keinginan Exsan sendiri untuk bertemu atau datang menemuinya karena rasa saying Exsan kepadanya.

Hanya karena pelukan dan ciuman yang tak sempat terjadi, serta panggilan sayang tak

akan membuat Mutiara menjadi

lupa diri.

Perjalanan selanjutnya sangat sepi

serta sikap Exsan sangat berbeda dari

sebelumnya mungkin karena perkataannya, Mutiara

tidak ambil pusing dengan Exsan seperti Exsan sama sekali tak memusingkannya

belasan tahun yang lalu. Untuk apa sekarang ia harus perduli hanya karena

melihat kebaikannya yang baru dilihatnya dalam waktu belum sampai dua puluh

empat jam.

Bangunan besar nan megah ada dihadapan

mereka walau masih belum terlihat jelas dari kejauhan Mutiara tahu itu tempat

tujuan mereka. Tempat yang akan menjadi rumah masa depannya, semakin lama

semakin jelas bentuk bangunan rumah itu. Rumah Exsan megahnya seperti yang Mutiara bayangkan saat mendengar gambaran bibi saat menceritakan rumah

yang dulu tempat beliau lahir serta dibesarkan. Rumah besar itu penyatuan dua

masa, sebagian berbentuk seperti Jaman Belanda dengan penambahan-penambahan yang

lebih modern atau masa kini. Bangunan baru

pada rumah itu sepertinya hasil dari rancangan Exsan

supaya sesuai dengan seleranya. Selera anak muda jaman sekarang walau tak

banyak yang dia ubah

karena rumah intinya masih terlihat seperti rumah masa kecil Mutiara yang masih bisa dia ingat samar-samar.

Hanya terjadi tambahan untuk memperbaharui

dan menyamankan para penghuni  dia rasa.

Berhenti didepan rumah besar seseorang

membukakan pintu kendaraan, Exsan keluar terlebih dahulu membantu istrinya

turun. Masuk kerumah besar dari arah pintu depan yang sangat megah sudah membuat suasana hati Mutiara tak jelas. Perutnya

serasa jungkir bakil hingga mual ikut membuat keringat dingin keluar. Ternyata didalam

rumah telah banyak orang yang sudah menunggu mereka termasuk seorang kakek yang

duduk dikursi roda. Itu pasti kakeknya Exsan karena diantara yang hadir

laki-laki yang tertua adalah laki-laki yang duduk di kursi roda.

Disamping kakek itu berdampingan

suami istri dengan wajah sangat mirip dengan Exsan, Mutiara yakin itu pasti orang

tua suaminya karena terdapat banyak kemiripan dari keduanya pada wajah sangsuami. Dua pasang suami

istri dengan anak-anak mereka dalam pegangannya tersenyum kepada Mutiara, yang menurut dugaannya mereka itu kakak dan adik

Exsan karena terlihat dari perbedaan usia mereka serta kemiripan mereka. Senyum merekasama persis dengan

senyuman Exsan. Sementara ada sepasang suami istri dengan putra dan putrinya

mungkin masih ada hubungan keluarga dengan suaminya karena mereka mengenakan

pakaian yang mewah dan bagus.

Exsan memegang sikunya dan

mengarahkannya untuk berjalan kearah seorang kakek yang duduk dikursi roda,

setelah sampai didepannya Exsan bersalaman, memeluk serta mencium pipi dengan

mereka satu-satu. Exsan kembali kesisinya mengajaknya berjalan mendekati lalu berhenti berdiri tepat

dihadapan kakek itu

dan memperkenalkannya.

“ Eyang niki kulo tepanggaken

meniko sisian kulo Mutiara ( kakek ini saya kenalkan dengan istri saya

Mutiara)”katanya.

“ Tiar ini kakek, yang aku ceritakan

kemarin ” katanya sambilmenatap istrinya. Mutiara hanya melihat kearah kakek itu tanpa mengucapkan

sepatah katapun sama-sama saling menilai seperti apa lawan bicaranya. Dan kakek

yang lebih dulu nyuruh Mutiara mendekat.

“ Ndok reneo...( Nak kesini ) ” kata

kakek sambil melambaikan tangan dari atas kursi roda meminta Mutiara mendekat.

“ Njih Eyang... ( iya kek) ”

katanya maju dan langsung membungkuk dihadapan kakek tua untuk menyesuaikan

dengan kakek yang duduk dikursi roda “

nopo angsal kulo sun Eyang kados Mas Exsan ( apa boleh saya mencium kakek

seperti Mas Exsan) ” katanya memberanikan diri. Yang disambut tawa kakeknya

dengan ceria, tawa yang telah lama tak terdengar lagi sang kakekoleh seluruh penghuni

rumah.

“ Yo, yo entok rene cah ayu rene (

ya , ya boleh kesini anak cantik kesini) ” kata kakek langsung memeluk dan

mencium Mutiara.

Tawa kakeknya yang membahana

terdengar seisi rumah hingga membuat seluruh orang yang mendengar dan melihat

terkejut dengan perubahan yang begitu tiba-tiba. Seluruh keluarga yang ikut

dalam pertemuan ini benar-benar terkejut karena kakek orangnya sangat keras,

kejam sedikit sekali ada yang bisa membuatnya tertawa. Exsan yang merasa heran

dengan sang kakek yang selama hidupnya lebih

dari tiga puluh tahun sulit sekali bisa menyenangkan kakeknya, sementara sekarang hanya

karena kedatangan gadis dari pengasingan langsung bisa membuatnya tertawa.

Kakek seperti bukan laki-laki tua yang ditinggalkannya kemarin, saat itu kakek terlihat lelah sudah tak memiliki

semangat lagi seperti selama ini Exsan tahu tetapi sekarang beliau terlihat lebih sehat, pancaran

wajahnya segar  serta telihat jauh lebih

muda dari usianya yang hampir delapan puluh tahun.

Kakek meminta Mutiara duduk di

depannya tetapi Mutiara menolak dan itu yang mengejutkan semua orang, tak

pernah ada yang berani menolak kakeknya.

Seluruh keturunan Saptowardono sangat takut dengan sang kakek tak terkecuali

Exsan. Ini istrinya yang mungil berani membantah sang kakek, sulit dibayangkan.

Kemana hilangnya istri yang ketakutan sepanjang jalan menuru rumahnya.

“ Maaf Eyang bukan Tiar bermaksud lancang

” sambil berbisik Mutiara melanjutkan “ bukankah tak sopan duduk dimeja, itulah

yang diajarkan bibi Sundari kepadaku”

tawa kakek kembali membahana semua orang tahu apa yang menyebabkan tawa kakek pecah itu karena kata-kata

Mutiara yang berbisik cukup bisa didengar semua orang.

“ Ndok kau akan menghangatkan rumah

ini, ya…. aku yakin sekali melihatmu orang tua ini langsung bisa mencintaimu ”

kata kakek serak penuh dengan emosi.

“ Terima kasih Eyang, menyenangkan

dicintai dari pada dibenci ” katanya  lembut

sambil tersipu malu.

“ Ini Ndok, ayo kenalan dengan

mertuamu dan itu saudari-saudarimu sekarang ” kakek mengambil alih perkenalan seakan

dia yang lebih dulu mengenal Mutiara daripada cucunya.

Mutiara dengan anggun berkenalan

dengan kedua orang tua Exsan atau mertuanya serta kakaknya Delima juga adiknya Sekar serta dengan suami mereka masing-masing. Mutiara

langsung dekat dengan saudari

Exsan tak ada kecanggungan sama sekali seolah

mereka telah berteman dekat lama. Yang lebih mengejutkan kakeknya yang selama

ini selalu berjalan menggunakankursi roda mau bangun dari kursinya karena Mutiara tak mau mendorong kursi yang

berat itulah yang dikatakan Mutiara.

“ Tiar tak mau mendorong kursi yang

berat itu, jadi lebih baik Eyang berjalan lagi itu baik untuk kesehatan Eyang

sekalian untuk olah raga kalau terus menerus duduk di kursi roda lama-kelamaan bisa

membuat otot-ototnya jadi lemas ” setelah berkata Mutiara tersenyum geli saat

melihat kakeknya meneriakkan kata-kata kasar tetapi mau mencoba berdiri dan

meminta diambilkan tongkat untuknya berjalan.

Exsan sama sekali tak percaya akan

melihat hal seperti ini, kakek yang hanya bisa membuat orang yang ada didekatnya

menangis untuk bisa mengikuti semua kemauannya, sekarang keadaan berbalik dia

yang sekarang harus mengikuti gadis yang baru ditemuinya.

Exsan melihat tatapan bingung

ibunya melihat kelakuan kakeknya yang tak seperti biasa tetapi langsung

menyadarinya saat disentuh tangannya oleh sang suami. Keadaan rumah ini akan banyak perubahan batin

Exsan, kakeknya sekarang telah takluk ditangan istrinya, ayah serta ibunya tak akan

lagi setres menghadapi kakeknya hanya karena mendengarkan keluh kesah kakek yang terus

menerus. Mutiara akan membawa kebahagian untuk keluarga ini dan Exsan akan membuat

istrinya bahagia juga kerasan tinggal disini bukan

karena sedang melakukan tugas seperti perkataan Mutiara saat mereka melanjutkan perjalanan

pulang dari kebun durian. Mutiara

telah membahagiakan keluarganya, yang bisa dia lakukan untuk rasa terima kasihnya adalah denga membuat sang istrinya merasa bahagia

bersamanya.

Kakeknya memperkenalan Mutiara dengan seluruh keluarga satu persatu dan

melanjutkan perjalanan ke ruang makan alasannya karena mereka semua belum makan. “ tadi sudah sarapan di jalan

dan saat jalan kesini sayajuga makan durian dipinggir jalan ” kata Mutiara penuh

semangat sambil memegang tangan kakek yang tak memegang tongkat.

“ Kau makan durian disanapagi-pagi?” kata kakeknya

terkejut.

“ Kenapa Eyang, lagian sudah

sarapan susu dan yang pasti

tak akan sakit perut kok, Eyang jangan khawatir lagian Mutiara sangat sehat ”

tangannya diangkat untuk membuktikannya. “ Eyang durian disana enak loh,

menurut pengurus lahan pemiliknya mengembangkan sendiri durian mereka dan Tiar dikasih makannya

gratis lagi ”

“ Oh ya baik banget dia ?” hanya itu

tanggapan kakek, merasa kakek tak antusias dengan ceritanya Mutiara

melanjutkan.

“ Terus Tiar minta dikenalkan

dengan pemiliknya, kata Mas Exsan nanti pasti kenal ” katanya ceria.

“ Memang mau ngapain kalau bertemu

dengannya ” tanya kakek sambil menatap cucu laki-lakinya yang berdiri

dibelakang cucu mantunya.

“ Kepingin tahu seperti apa

orangnya, pasti dia pintar karena bisa menciptakan durian yang seenak itu dan

berterima kasih karena sudah digratiskan makanduriannya ”

“ Tentu saja dia cerdas ” jawab

kakek santai.

“ Eyang kenal dengan orangnya,

tolong dong Eyang Tiar kenalkan dengan orang itu ” gembira sekali Mutiara

karena bisa langsung berkenalan dengan orang itu dan bisa mengucapkan terima

kasih atas kebaikan yang dia berikan karena makan durian gratis

untuknya.

“ Kalau aku kenalkan dengannya apa

kau akan menciumnya seperti menciumku?” kata kakek geli menatap antusias cucu mantunya

untuk berkenalan dengan pemilik perkebunan durian.

Terpopuler

Comments

Aas Nurhayati

Aas Nurhayati

nah loh

2020-06-14

0

Susilawati Shasi

Susilawati Shasi

nahloh tiar kena nyium exsan nih

2020-06-12

0

BiancaRD

BiancaRD

hhhhhhhhh.... sukaaaaa sekali bahasa nya. santuuuuuuuuuuuunnnnn

2020-06-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!