Episode 12

Saat fajar mulai menyingsing diikuti terbitnya matahari pagi yang mulai

menampakkan diri menyinari

seluruh jagad raya ini. Semua yang berada didalam mobil diam tak ada yang bersuara sedang

meresapi indahnya pancaran mentari pagi

atau mungkun tengah sibuk dengan pikiran

masing-masing. Pikiran Exsan tengah berada pada orang yang sedang berada dalam

dekapannya, serta dia juga sedang berpikir

tentang keluarganya akankah ketakutan

istrinya akan terbukti bahwa Mutiara akan mengecewakan mereka.

Dengan sikap keras kepala kakek serta orang tuanya tentu saja mungkin terjadi. Yang masih

menjadi pertanyaan akan seperti apa sambutan mereka terhadap istrinya Exsan berusaha meyakinkan diri bahwa kakek beserta orang tuanya akan menyambut

baik Mutiara begitu juga kedua saudarinya pasti akan menyambut

Mutiara dengan tangan terbuka serta penuhkasih sayang.

Exsan harap ketakutan Mutiara tak beralasan, hanya kekhawatiran biasa. Sepertinya lambat laun Mutiara mulai lebih tenang, tubuhnya

tak kaku lagi dalam pelukannya, mulai rileks. Tangannya tak dia sadari

memainkan kancing kemeja yang Exsan kenakan dan diapun membiarkan, yang penting

istrinya nyaman berada dalam pelukannya.

Tak lama lagi mereka akan sampai

rumah keluarga Saptowardono, pastinya mereka telah bersiap-siap menyambut istrinya, sebab semalam Exsan sempat memberitahukan

kabar bahwa kemungkinan dini hari

mereka baru sampai dirumah.

Ketika jaraknya telah semakin dekat

Mutiara meminta beristirahat untuk merapikan

diri serta menyegarkan badan, jadi

Exsan mencari pemberhentian lalu memberi

waktu istrinya menyegarkan

diri serta menenangkan diri. Yang lainpun mengikuti bibi Sundari, Nur dan Exsan

melakukan hal yang sama. Saat keluar kamar mandi

Mutiara terlihat lebih segar serta bersih tidak ada

tanda-tanda kelelahan sama sekali dari wajahnya dan ketakutan yang tadi

terlihat diwajahnya ketika bangun

tidur. Exsan senang dengan perubahan itu walau

tak tahu bagaimana caranya bisa berubah seperti itu nyatanya Mutiara yang

sekarang itu Mutiara yang siap bertempur melawan siapa saja yang

menghalanginya. Exsan tersenyum sendiri saat dirinya juga menuju kamar mandi umum untuk membersihkan

diri, Mutiara yang ini seperti Mutiara yang dihadapinya kemarin saat masih di rumah bibi Sundari.

Setelah mandi dan berganti pakaian terbaru, pakaian yang dia kenakan pemberian dari

Pratama untuk hadiah ulang tahunnya yang dua puluh tiga.

Mutiara merasa lebih siap menghadapi

apapun situasinya, dia tak lagi merasa ketakutan

seperti tadi saat mendengar mereka akan segera sampai, kepanikan yang sempat tadi dia rasakan hilang dengan semangat baru. Mungkin karena dulu saat masih kecil dan

harus tinggal ditempat asing tanpa ada yang dikenal. Namun sekarang Mutiara tak perlu merada takuk ada banyak orang yang telah dia kenal seperti bibi Sundari akan ada bersamanya dia

orang yang bisa Mutiara sebut sebagai keluarga, juga ada Nur yang sudah sering bertemu

walau tak terlalu rutin serta suaminya Exsan

yang juga baru sebentar bertemu namun cukup

dikenalnya. Dengan sendiri kepanikan yang tadi datang hilang dari dadanya saat

sadar Mutiara tak sendirian serta Exsan telah berjanji akan selalu menjaganya.Andai dia bisa mempercayai janji Exsan.

Bibi Sundari keluar setelah mandi

untuk menyegarkan diri dan terlihat sekarang lebih bersemangat, mendatangi Mutiara sambil tersenyum ceria dengan pakaian lebih terlihat rapi. Bibi Sundari mengenakan batik Pekalongan dengan warna

cerah biru dan merah model panjang seperti daster dengan rambut dibuat sanggul

cepol, sementara Mutiara mengenakan pakaian berwarna hijau daun

dengan corak bunga-bunga kecil  mempercantik

gaun itudengan lengan pendek serta di padukan sandal berhak tak

terlalu tinggi serta rambut panjangnya di jepit sebagian dengan aksesoris karya

sendiri.

“ Tiar kau cantik sekali Nak,

pakaian baru ya….?” tanya

bibi Sundari sambil memandang dari kepala hingga kaki.

“ Pakaiannya bagus kan bi… pasti

Mba Mira yang memilihkan, soalnya nyaman dikenakan ” sahut Mutiara sambil memutar-butar gaunnya seperti model pragawati.

“ Ini pakaian hadiah ulang tahunmu

yang kemarin…. Masmu memang baik dan sayang padamu Nak, kamu beruntung masih

memilikinya ” kata bibi Sundari sedihserta sayang sambil tangannya mengelus bahu Mutiara.

“ Iya bi, makanya Tiar juga

menyayangi mereka terutama Leo ” jawab Mutiara santai.

Exsan mendengar percakapan antara

Mutiara dengan bibinya tentang pakaian pemberian Pratama untuk hadiah ulang tahunnya, serta

ungkapan rasa sayangnya untuk sang kakak dan keluarganya serta Leo. Siapa Leo sebenarnya, apa Leo

laki-laki yang juga istrinya sayangi.

Rasa sakit terasa mengiris relung hatinya

saat mendengar ungkapan sayang Mutiara untuk Pratama dan juga untuk Si Leo. Rasa penasaran

menggerogoti hatinya untuk menanyakan siapa sebenarnya Si Leo itu dan apa

hubungannya laki-laki bernama Leo dengan istrinya.

Mutiara dan bibinya tengah bernicara serius, terlihat dari samping wajahnya saat istrinya sedang membicarakan hal yang

sangat serius karena kedua alisnya berkerut hampir

menyatu tetapi kemudian sepertinya hal yang mereka bicarakan suatu hal yang membahagiakan

atau menyenangkan karena wajahnya Mutiara yang tiba-tiba berseri-seri bahagia. Exsan mulai bisa menbaca ekspresi Mutiara, pada saat

marah mata dan bibirnya kaku menunjukkan ketidak senangannya, namun saat senang

bibir tersenyu dan pancaran matanya terlihat ceria serta pada saat serius alis

matanya akan berkerut. Kemudian Exsan berjalan meninggalkan para wanita lalu menghampiri Nur untuk

menanyakan hal yang mengganjal hatinya, seberapa

dekat Mutiara dengan kakaknya dan juga Si

Leo itu.

“ Nur apa kakak istriku sering

datang mengunjunginya” Nur yang sedang

minum kopi hampir tersedak kopi panas mendengar pertanyaan dari Exsan, sebelum menjawab Nur

diam lama supaya kopi yang diminum masuk

kesalurannya bukan salah masuk bisa berbahaya, baru setelah kopinya tertelan kemudian menjawab

“ ya hanya kakaknya yang sering mengunjunginya sejak kecil, tetapi akhir-akhir ini makin

jarang dengan kesibukannya dan sekarang kakaknya sudah berkeluarga jadi sedikit banyak tidak terlalu bebas seperti

dulu saat masih bujangan ”

Nur kembali

meneruskan minum kopi sambil menatap Exsan yang masih menunjukkan wajah serius.

“ Bagaimana dengan orang tuanya?”tanya Exsan lagi masih penasaran.

“ Dari yang saya dengar menurut cerita bibi dan MbokNah mereka sama sekali

tak pernah mengunjunginya, bahkan terkesan tak perduli sama sekali dengan Non

Mutiara”

“ Kalau Leo itu siapa, apa kau

kenal dengannya Nur?” tanpa menunggu jawaban Exsan langsung melanjutkan

pertanyaannya “ apa dia laki-laki didesa yang kebetulan sedang dekat dengan

istriku ” suara Exsan seperti hanya suara desisan saat menanyakannya.

Nur tertawa keras dia tak menyangka pertanyaan itu yang Exsan ajukan, dia

kesal dengan santai Nur tertawa. Nur merasa heran tak menduga ternyata Exsan memiliki rasa cemburu juga ketika mendengar ada

laki-laki lain yang bernama

Leo yang juga sangat

disayangi oleh istrinya. Timbul keisengan dalam dirinya untuk mengerjai bos kecilnya, banyak yang

telah Exsan lewatkan dalam hidupnya akibat telah mengabaikan sertamenyia-nyiakan Mutiara.

“ Ya... saya kenal...., Leo itu anaknya

tampan ” Nur berusaha menyembunyikan tawanya saat melihat reaksi Exsan tahu apabila Leo itu tampan yang

terlihat semakin marahnya dia dari rahang yang mengeras dan genggaman tangan yang mengencang seakan ingin memukul Nur yang ada

dihadapannya sekarang “ dia juga lucu, manis

dan baik hati semua  orang suka dengan Leo, tetapi

dia bukan anak desa disana dia berasal dari daerah lain”

lanjutnya untuk memancing pertanyaan Exsan yang lain.

“ Terus bagaimana meraka saling

kenal ”

“ Mungkin ada yang mengajaknya atau

saat Non Tiar sekolah saya tak tahu pastinya ” katanya sambil membelakangi Exsan supaya tak terlihat kalau dia sedang menahan tawa.Lucu sekali melihat tampang Exsan saat marah, apalagi

kemarahannya timbul karena rasa cemburu kepada wanita yang telah dia asingkan

darinya.

“  Kakaknya tak mempermasalahkan istriku

dekat-dekat dengan laki-laki lain”

“ Sepertinya tidak, kalau aku

perhatikan sepertinya sangat mendukung kedekatan mereka, mungkin karena

berpikir adiknya tak memiliki kekasih”Nur berkata sambil lalu terus memanas-manasi, bagaimana

Pratama tak mendukung kedekatan bibi dengan keponakan. Hanya saja Nur belum

ingin memberitahu Exsan. Nur kemudian mengembalikan gelas kopi yang telah habis

kepada pedagang yang menunggu.

“ Sialan akan aku bunuh kakaknya

membiarkan Mutiara didekati laki-laki lain, apa dia tak sadar kalau adiknya

sudah memiliki suami ” teriak Exsan marah dengan suara menggelegar, untung mereka cukup

jauh dari pendengaran Mutiara serta bibi

Sundari untuk ikut mendengar pembicaraan mereka.

“ Kakaknya sadar kalau adiknya

punya suami, hanya saja mungkin berpikir kalau

suaminya tak pernah perduli dengan

adiknya. Lagian suami adik Pratama belum pernah datang

bahkan tak pernah menunjukkan keinginannya untuk menjemput sang adik, jadi dia pikir

apa salahnya kalau  ada yang tertarik

dengan adiknya serta bisa

membahagiakan Non Tiar yang tak dia dapatkan dari suaminya”jelas Nur panjang tetap dengan ekspresi santai, padalah

sang suami yang sedang dia bicarakan adalah Bos dia sendiri yang dengan tatapan

garang diarahkan kepadanya.

“ Sialan kamu Nur, kamu juga tahu mereka dekat dan tetap mendukung Pratama untuk mendekatkan

istriku dengan lelaki lain ”

muka Exsan semakin merah saat mendengar Pratama semakin mendekatkan

istrinya dengan laki-laki lain. Exsan sadar semua karena dirinya yang tak

memperdulikan istrinya bertahun-tahun lamanya tetapi bukan berarti pernikahan

mereka tak mengikat. Tak

menemukan alasan untuk menjawab perkataan Nur kesan hanya diam dengan pikiran yang berkecamuk.

“ Saya tak mendukung hanya

memperhatikan, saya tak berani melarang apapun kegiatan atau pertemanan yang bisa membahagiakan Non Tiar, apalagi saya tahu Mas Exsan selama ini memiliki banyak kekasih jadi apa hak

saya melarang Non Tiar untuk tak dekat-dekat dengan laki-laki lain ataupun

memiliki kekasih ” katanya sambil tersenyum antara geli juga takut apabila Exsan sampai marah besar, bisa-bisa dia akan

dipecat.

“ Sialan kamu Nur, dia tak boleh

mencintai laki-laki lain selain aku sendiri

yaitu suaminya, dia harus tahu itu ” katanya

sambil menggeram.

“ Terus kalau Non Tiar bertanya kepada

Mas Exsan, apa Mas Exsan juga hanya akan mencintai Non Tiar tidak akan pernah mencintai wanita lain,

apa Mas Exsan akan menyetujuinya dan hanya akan setia sertamencintai Non Tiar

seorang ” pancing Nur.

Menatap Nur dengan tatapan marah

atas kelancangannya tetapi Exsan tahu kalau asistennya benar, Nur akan selalu membela Mutiara tak

perduli apa yang akan terjadi dengan

dirinya sendiri walaupun telah menyebabkan

Exsan marah. Masih ingat pembelaan Nur pada

istrinya saat Exsan menjelekkan Mutiara

padahal saat itu dia belum tahu atau pernah bertemu dengan Mutiara, jadi Exsan tahu sama sekali tak ada

gunanya memarahi asistennya.Yang ada dia

hanya akan kehilangan asisten yang cekatan.

Satu-satunya cara mendapatkan

jawaban adalah dari Mutiara langsung, istrinya itu tak boleh mencintai siapapun

selain dirinya hanya Exsan yang boleh dekat maupun mendapatkan cinta Mutiara bukan laki-laki

bernama Leo. Berjalan ketempat Mutiara dan bibinya yang sedang duduk-duduk dibangku sambil beristirahat, dia harus menyelesaikan masalah ini sekarang dengan

cara meminta menjelaskan dari sang istri sebelum mereka

mencapai rumah, di rumah Exsan khawatir

privacy mereka akan sering terganggu. Exsan tahu

asistennya mengikutinya berjalan tepat

dibelakangnya mungkin untuk membela Mutiara atau hanya untuk berjaga-jaga apabila Exsan sampai emosi lepas kontrol.

Setelah sampai didekat Mutiara dia menarik dengan memegang

tangan istrinya sambil berjalan menjauh dari bibi Sundari yang terkejut melihat kemarahannya. Mutiara terkejut tangannya ditarik sedemikian rupa, melihat

tatapan marah yang Exsan tujukan kepadanya membuat sang istri ketakutan walau ada

sikap perlawanannya mendapat perlakuan seperti itu.

“ Mas Exsan apa-apaan sih” teriak Mutiara sambil berusaha menyentakkan tangannya

lepas dari cengkraman suaminya.

Bukannya menjawab Exsan semakin

menarik istrinya kesudut jauh dari pendengaran bibi Sundari dan asistennya Nur “ lepasin tanganku

Mas…..kenapa sih……. lepasin Mas sakit tanganku.....” suara Mutiara tercekat karena menahan marah dan sakit pada

tangannya yang diremas keras Exsan.

“ Disini kita akan bicara Tiar dan

dengarkan aku baik-baik” Exsan berhenti

untuk menurunkan tensi kemaran “ aku tak akan mengijinkanmu dekat dengan laki-laki

lain selain aku, kamu ngerti ” Exsan semakin gusar melihat tatapan bingung sang istri “ apalagi

sampai memiliki kekasih, itu tak akan terjadi ” walau tetap tak melepaskan tangan Mutiara hanya

melonggarkan supaya tangan istrinya tak sampai terluka.

“ Apa maksudnya itu ” wajah Mutiara

merah padam menahan marah dan terheran-heran mendengar tuduhanExsan.

“ Tiar….” mengambil napas

dalam-dalam untuk meredakan kemarahan yang masih berkobar dalam dadanya “ kamu tak boleh berdekatan

ataupun mencintai laki-laki lain selain aku suamimu,

ngerti....” jelas

Exsan dengan mata melotot marah.

Terpopuler

Comments

Afnita

Afnita

exsan lg bucin 😂😂

2021-03-16

0

My Harry

My Harry

asyeekk...bikin Exsan trus cemburu thor..biar tambh serru

2020-06-15

1

nia

nia

jangan kalah tiar tunjukan klw kamu pantas untuk di gilai Exsan

2020-02-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!