Saat fajar mulai menyingsing diikuti terbitnya matahari pagi yang mulai
menampakkan diri menyinari
seluruh jagad raya ini. Semua yang berada didalam mobil diam tak ada yang bersuara sedang
meresapi indahnya pancaran mentari pagi
atau mungkun tengah sibuk dengan pikiran
masing-masing. Pikiran Exsan tengah berada pada orang yang sedang berada dalam
dekapannya, serta dia juga sedang berpikir
tentang keluarganya akankah ketakutan
istrinya akan terbukti bahwa Mutiara akan mengecewakan mereka.
Dengan sikap keras kepala kakek serta orang tuanya tentu saja mungkin terjadi. Yang masih
menjadi pertanyaan akan seperti apa sambutan mereka terhadap istrinya Exsan berusaha meyakinkan diri bahwa kakek beserta orang tuanya akan menyambut
baik Mutiara begitu juga kedua saudarinya pasti akan menyambut
Mutiara dengan tangan terbuka serta penuhkasih sayang.
Exsan harap ketakutan Mutiara tak beralasan, hanya kekhawatiran biasa. Sepertinya lambat laun Mutiara mulai lebih tenang, tubuhnya
tak kaku lagi dalam pelukannya, mulai rileks. Tangannya tak dia sadari
memainkan kancing kemeja yang Exsan kenakan dan diapun membiarkan, yang penting
istrinya nyaman berada dalam pelukannya.
Tak lama lagi mereka akan sampai
rumah keluarga Saptowardono, pastinya mereka telah bersiap-siap menyambut istrinya, sebab semalam Exsan sempat memberitahukan
kabar bahwa kemungkinan dini hari
mereka baru sampai dirumah.
Ketika jaraknya telah semakin dekat
Mutiara meminta beristirahat untuk merapikan
diri serta menyegarkan badan, jadi
Exsan mencari pemberhentian lalu memberi
waktu istrinya menyegarkan
diri serta menenangkan diri. Yang lainpun mengikuti bibi Sundari, Nur dan Exsan
melakukan hal yang sama. Saat keluar kamar mandi
Mutiara terlihat lebih segar serta bersih tidak ada
tanda-tanda kelelahan sama sekali dari wajahnya dan ketakutan yang tadi
terlihat diwajahnya ketika bangun
tidur. Exsan senang dengan perubahan itu walau
tak tahu bagaimana caranya bisa berubah seperti itu nyatanya Mutiara yang
sekarang itu Mutiara yang siap bertempur melawan siapa saja yang
menghalanginya. Exsan tersenyum sendiri saat dirinya juga menuju kamar mandi umum untuk membersihkan
diri, Mutiara yang ini seperti Mutiara yang dihadapinya kemarin saat masih di rumah bibi Sundari.
Setelah mandi dan berganti pakaian terbaru, pakaian yang dia kenakan pemberian dari
Pratama untuk hadiah ulang tahunnya yang dua puluh tiga.
Mutiara merasa lebih siap menghadapi
apapun situasinya, dia tak lagi merasa ketakutan
seperti tadi saat mendengar mereka akan segera sampai, kepanikan yang sempat tadi dia rasakan hilang dengan semangat baru. Mungkin karena dulu saat masih kecil dan
harus tinggal ditempat asing tanpa ada yang dikenal. Namun sekarang Mutiara tak perlu merada takuk ada banyak orang yang telah dia kenal seperti bibi Sundari akan ada bersamanya dia
orang yang bisa Mutiara sebut sebagai keluarga, juga ada Nur yang sudah sering bertemu
walau tak terlalu rutin serta suaminya Exsan
yang juga baru sebentar bertemu namun cukup
dikenalnya. Dengan sendiri kepanikan yang tadi datang hilang dari dadanya saat
sadar Mutiara tak sendirian serta Exsan telah berjanji akan selalu menjaganya.Andai dia bisa mempercayai janji Exsan.
Bibi Sundari keluar setelah mandi
untuk menyegarkan diri dan terlihat sekarang lebih bersemangat, mendatangi Mutiara sambil tersenyum ceria dengan pakaian lebih terlihat rapi. Bibi Sundari mengenakan batik Pekalongan dengan warna
cerah biru dan merah model panjang seperti daster dengan rambut dibuat sanggul
cepol, sementara Mutiara mengenakan pakaian berwarna hijau daun
dengan corak bunga-bunga kecil mempercantik
gaun itudengan lengan pendek serta di padukan sandal berhak tak
terlalu tinggi serta rambut panjangnya di jepit sebagian dengan aksesoris karya
sendiri.
“ Tiar kau cantik sekali Nak,
pakaian baru ya….?” tanya
bibi Sundari sambil memandang dari kepala hingga kaki.
“ Pakaiannya bagus kan bi… pasti
Mba Mira yang memilihkan, soalnya nyaman dikenakan ” sahut Mutiara sambil memutar-butar gaunnya seperti model pragawati.
“ Ini pakaian hadiah ulang tahunmu
yang kemarin…. Masmu memang baik dan sayang padamu Nak, kamu beruntung masih
memilikinya ” kata bibi Sundari sedihserta sayang sambil tangannya mengelus bahu Mutiara.
“ Iya bi, makanya Tiar juga
menyayangi mereka terutama Leo ” jawab Mutiara santai.
Exsan mendengar percakapan antara
Mutiara dengan bibinya tentang pakaian pemberian Pratama untuk hadiah ulang tahunnya, serta
ungkapan rasa sayangnya untuk sang kakak dan keluarganya serta Leo. Siapa Leo sebenarnya, apa Leo
laki-laki yang juga istrinya sayangi.
Rasa sakit terasa mengiris relung hatinya
saat mendengar ungkapan sayang Mutiara untuk Pratama dan juga untuk Si Leo. Rasa penasaran
menggerogoti hatinya untuk menanyakan siapa sebenarnya Si Leo itu dan apa
hubungannya laki-laki bernama Leo dengan istrinya.
Mutiara dan bibinya tengah bernicara serius, terlihat dari samping wajahnya saat istrinya sedang membicarakan hal yang
sangat serius karena kedua alisnya berkerut hampir
menyatu tetapi kemudian sepertinya hal yang mereka bicarakan suatu hal yang membahagiakan
atau menyenangkan karena wajahnya Mutiara yang tiba-tiba berseri-seri bahagia. Exsan mulai bisa menbaca ekspresi Mutiara, pada saat
marah mata dan bibirnya kaku menunjukkan ketidak senangannya, namun saat senang
bibir tersenyu dan pancaran matanya terlihat ceria serta pada saat serius alis
matanya akan berkerut. Kemudian Exsan berjalan meninggalkan para wanita lalu menghampiri Nur untuk
menanyakan hal yang mengganjal hatinya, seberapa
dekat Mutiara dengan kakaknya dan juga Si
Leo itu.
“ Nur apa kakak istriku sering
datang mengunjunginya” Nur yang sedang
minum kopi hampir tersedak kopi panas mendengar pertanyaan dari Exsan, sebelum menjawab Nur
diam lama supaya kopi yang diminum masuk
kesalurannya bukan salah masuk bisa berbahaya, baru setelah kopinya tertelan kemudian menjawab
“ ya hanya kakaknya yang sering mengunjunginya sejak kecil, tetapi akhir-akhir ini makin
jarang dengan kesibukannya dan sekarang kakaknya sudah berkeluarga jadi sedikit banyak tidak terlalu bebas seperti
dulu saat masih bujangan ”
Nur kembali
meneruskan minum kopi sambil menatap Exsan yang masih menunjukkan wajah serius.
“ Bagaimana dengan orang tuanya?”tanya Exsan lagi masih penasaran.
“ Dari yang saya dengar menurut cerita bibi dan MbokNah mereka sama sekali
tak pernah mengunjunginya, bahkan terkesan tak perduli sama sekali dengan Non
Mutiara”
“ Kalau Leo itu siapa, apa kau
kenal dengannya Nur?” tanpa menunggu jawaban Exsan langsung melanjutkan
pertanyaannya “ apa dia laki-laki didesa yang kebetulan sedang dekat dengan
istriku ” suara Exsan seperti hanya suara desisan saat menanyakannya.
Nur tertawa keras dia tak menyangka pertanyaan itu yang Exsan ajukan, dia
kesal dengan santai Nur tertawa. Nur merasa heran tak menduga ternyata Exsan memiliki rasa cemburu juga ketika mendengar ada
laki-laki lain yang bernama
Leo yang juga sangat
disayangi oleh istrinya. Timbul keisengan dalam dirinya untuk mengerjai bos kecilnya, banyak yang
telah Exsan lewatkan dalam hidupnya akibat telah mengabaikan sertamenyia-nyiakan Mutiara.
“ Ya... saya kenal...., Leo itu anaknya
tampan ” Nur berusaha menyembunyikan tawanya saat melihat reaksi Exsan tahu apabila Leo itu tampan yang
terlihat semakin marahnya dia dari rahang yang mengeras dan genggaman tangan yang mengencang seakan ingin memukul Nur yang ada
dihadapannya sekarang “ dia juga lucu, manis
dan baik hati semua orang suka dengan Leo, tetapi
dia bukan anak desa disana dia berasal dari daerah lain”
lanjutnya untuk memancing pertanyaan Exsan yang lain.
“ Terus bagaimana meraka saling
kenal ”
“ Mungkin ada yang mengajaknya atau
saat Non Tiar sekolah saya tak tahu pastinya ” katanya sambil membelakangi Exsan supaya tak terlihat kalau dia sedang menahan tawa.Lucu sekali melihat tampang Exsan saat marah, apalagi
kemarahannya timbul karena rasa cemburu kepada wanita yang telah dia asingkan
darinya.
“ Kakaknya tak mempermasalahkan istriku
dekat-dekat dengan laki-laki lain”
“ Sepertinya tidak, kalau aku
perhatikan sepertinya sangat mendukung kedekatan mereka, mungkin karena
berpikir adiknya tak memiliki kekasih”Nur berkata sambil lalu terus memanas-manasi, bagaimana
Pratama tak mendukung kedekatan bibi dengan keponakan. Hanya saja Nur belum
ingin memberitahu Exsan. Nur kemudian mengembalikan gelas kopi yang telah habis
kepada pedagang yang menunggu.
“ Sialan akan aku bunuh kakaknya
membiarkan Mutiara didekati laki-laki lain, apa dia tak sadar kalau adiknya
sudah memiliki suami ” teriak Exsan marah dengan suara menggelegar, untung mereka cukup
jauh dari pendengaran Mutiara serta bibi
Sundari untuk ikut mendengar pembicaraan mereka.
“ Kakaknya sadar kalau adiknya
punya suami, hanya saja mungkin berpikir kalau
suaminya tak pernah perduli dengan
adiknya. Lagian suami adik Pratama belum pernah datang
bahkan tak pernah menunjukkan keinginannya untuk menjemput sang adik, jadi dia pikir
apa salahnya kalau ada yang tertarik
dengan adiknya serta bisa
membahagiakan Non Tiar yang tak dia dapatkan dari suaminya”jelas Nur panjang tetap dengan ekspresi santai, padalah
sang suami yang sedang dia bicarakan adalah Bos dia sendiri yang dengan tatapan
garang diarahkan kepadanya.
“ Sialan kamu Nur, kamu juga tahu mereka dekat dan tetap mendukung Pratama untuk mendekatkan
istriku dengan lelaki lain ”
muka Exsan semakin merah saat mendengar Pratama semakin mendekatkan
istrinya dengan laki-laki lain. Exsan sadar semua karena dirinya yang tak
memperdulikan istrinya bertahun-tahun lamanya tetapi bukan berarti pernikahan
mereka tak mengikat. Tak
menemukan alasan untuk menjawab perkataan Nur kesan hanya diam dengan pikiran yang berkecamuk.
“ Saya tak mendukung hanya
memperhatikan, saya tak berani melarang apapun kegiatan atau pertemanan yang bisa membahagiakan Non Tiar, apalagi saya tahu Mas Exsan selama ini memiliki banyak kekasih jadi apa hak
saya melarang Non Tiar untuk tak dekat-dekat dengan laki-laki lain ataupun
memiliki kekasih ” katanya sambil tersenyum antara geli juga takut apabila Exsan sampai marah besar, bisa-bisa dia akan
dipecat.
“ Sialan kamu Nur, dia tak boleh
mencintai laki-laki lain selain aku sendiri
yaitu suaminya, dia harus tahu itu ” katanya
sambil menggeram.
“ Terus kalau Non Tiar bertanya kepada
Mas Exsan, apa Mas Exsan juga hanya akan mencintai Non Tiar tidak akan pernah mencintai wanita lain,
apa Mas Exsan akan menyetujuinya dan hanya akan setia sertamencintai Non Tiar
seorang ” pancing Nur.
Menatap Nur dengan tatapan marah
atas kelancangannya tetapi Exsan tahu kalau asistennya benar, Nur akan selalu membela Mutiara tak
perduli apa yang akan terjadi dengan
dirinya sendiri walaupun telah menyebabkan
Exsan marah. Masih ingat pembelaan Nur pada
istrinya saat Exsan menjelekkan Mutiara
padahal saat itu dia belum tahu atau pernah bertemu dengan Mutiara, jadi Exsan tahu sama sekali tak ada
gunanya memarahi asistennya.Yang ada dia
hanya akan kehilangan asisten yang cekatan.
Satu-satunya cara mendapatkan
jawaban adalah dari Mutiara langsung, istrinya itu tak boleh mencintai siapapun
selain dirinya hanya Exsan yang boleh dekat maupun mendapatkan cinta Mutiara bukan laki-laki
bernama Leo. Berjalan ketempat Mutiara dan bibinya yang sedang duduk-duduk dibangku sambil beristirahat, dia harus menyelesaikan masalah ini sekarang dengan
cara meminta menjelaskan dari sang istri sebelum mereka
mencapai rumah, di rumah Exsan khawatir
privacy mereka akan sering terganggu. Exsan tahu
asistennya mengikutinya berjalan tepat
dibelakangnya mungkin untuk membela Mutiara atau hanya untuk berjaga-jaga apabila Exsan sampai emosi lepas kontrol.
Setelah sampai didekat Mutiara dia menarik dengan memegang
tangan istrinya sambil berjalan menjauh dari bibi Sundari yang terkejut melihat kemarahannya. Mutiara terkejut tangannya ditarik sedemikian rupa, melihat
tatapan marah yang Exsan tujukan kepadanya membuat sang istri ketakutan walau ada
sikap perlawanannya mendapat perlakuan seperti itu.
“ Mas Exsan apa-apaan sih” teriak Mutiara sambil berusaha menyentakkan tangannya
lepas dari cengkraman suaminya.
Bukannya menjawab Exsan semakin
menarik istrinya kesudut jauh dari pendengaran bibi Sundari dan asistennya Nur “ lepasin tanganku
Mas…..kenapa sih……. lepasin Mas sakit tanganku.....” suara Mutiara tercekat karena menahan marah dan sakit pada
tangannya yang diremas keras Exsan.
“ Disini kita akan bicara Tiar dan
dengarkan aku baik-baik” Exsan berhenti
untuk menurunkan tensi kemaran “ aku tak akan mengijinkanmu dekat dengan laki-laki
lain selain aku, kamu ngerti ” Exsan semakin gusar melihat tatapan bingung sang istri “ apalagi
sampai memiliki kekasih, itu tak akan terjadi ” walau tetap tak melepaskan tangan Mutiara hanya
melonggarkan supaya tangan istrinya tak sampai terluka.
“ Apa maksudnya itu ” wajah Mutiara
merah padam menahan marah dan terheran-heran mendengar tuduhanExsan.
“ Tiar….” mengambil napas
dalam-dalam untuk meredakan kemarahan yang masih berkobar dalam dadanya “ kamu tak boleh berdekatan
ataupun mencintai laki-laki lain selain aku suamimu,
ngerti....” jelas
Exsan dengan mata melotot marah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Afnita
exsan lg bucin 😂😂
2021-03-16
0
My Harry
asyeekk...bikin Exsan trus cemburu thor..biar tambh serru
2020-06-15
1
nia
jangan kalah tiar tunjukan klw kamu pantas untuk di gilai Exsan
2020-02-29
0