Episode 7

Mobil mulai melambat laju kecepatannya terlihat didepan mulai menampakkan

rumah bibi Sundari, terlihat bentuk dan wujudnya masih sama seperti terakhir

Exsan melihatnya masih sama seperti dalam ingatan Exsan, hanya ada beberapa

perbaikan tetapi tak mengubah banyak bentuk. Exsan tahu disinilah Mutiara dibesarkan serta di rumah ini

istrinya tinggal selama kurang lebih tujuh belas tahun. Exsan baru menyadari

bahwah dia tak tahu menahu bagaimana keadaan Mutiara tumbuh hingga dewasa.

Penyesalan menggerogoti

hati Exsan menyadari akibat dari

keegoisannya menjauhkan Mutiara dari keluarga Mutiara maupun keluarga Exsan. Rumah bibinya

sangat kecil hanya dua kali lebih

besar dengan kamar pribadi Exsan, memang rumah keluarga Saptowardono sangat luas rumah itu

biasa untung menampung ratusan tamu undangan di pesta yang kakek Exsan

selenggarakan. Walaupun rumah bibi Sundari berbentuk kecil tetapi terawat dengan baik serta bersih dan rapi namun Exsan menyadari kehidupan mereka pastilah sangat

sederhana. Exsan tak habis

pikir apa merasukinya

sehingga menyarankan Mutiara supaya tinggal bersama bibi Sundari.

Lingkungan dan sekitar rumah itu

sangat asri karena terdapat banyak sekali pepohonan besar. Mendengar gemericik

air pastinya tidak terlalu jauh ada sungai yang mengalir disekitar sini, sangat indah dan masih alami belum terjamah kehidupan perkotaan. Kalau ingatan Exsan tak salah dahulu ada sungai yang

terletak di belakang rumah letaknya tak terlalu jauh dari rumah bibi Sundari,yang

menarik dari sungai di desa ini adalah aliran air sungai yang sangat bersih dikelilingi

tanaman atau ilalang sepanjang aliran sungai, dulu setiap datang kerumah bibi Sundari,

Exsan dengan Raffa anak bibi Sundari sering berenang di sungai, ayah serta bibi

sering panik memarahi mereka berdua karena arus air sungai yang sangat kencang.

Mengingat kenakalan yang sering Exsan dan Raffa lakukan membuat Exsan tersenyum

sendiri. Walau Raffa telah tiada tetapi kenangan akan Raffa maupun tempat ini

akan selalu ada didalam hati Exsan.

Walaupun rumah bibi

Sundari sangat indah namun

ini tetapi tetap tak sebanding dengan keindahan rumah kediaman keluarga Sastrowardono tempat tinggal Exsan serta seluruh keluarga besar Saptowardono. Di sana

terdapat banyak danau maupun berhektar-hektar

lahan buah-buahan serta sayur mayur yang sedang dikembangkannya untuk ekspor keluar negeri. Exsan yang sekarang memegang seluruh kerajaan bisnis

keluarga Saptowardono di bantu kakek serta ayahnya.

Begitu mobil

berhenti terlihat tengah keluar dari dalam rumah seorang

wanita tua berjalan menuju kearahnya

dengan sangat lambat, dari wajahnya yang penuh dengan keriput sama seperti ayah Exsan. Terdapat banyak kemiripan diantara

mereka ayah dan bibi, Exsan dapat memastikan bahwa yang sedang berjalan

menuju ke arahnya pasti bibinya Sundari Prawesti. Sang bibi berjalan kearahnya

dengan senyum lebar tanda bawa dia mengenali Exsan, lalu merentangkan tangan meminta dipeluk seperti biasa,

Exsanpun memeluk sang bibi dengan sama eratnya, tentu saja Exsan juga

merindukan sang bibi karenatelah lama tidak pernah

bertemu.

“ Kaukah itu Exsan.... benarkan

mata tua ini melihatmu datang kemari ” tanya sang bibi dengan

tersenyum ceria lalu melanjutkan pertanyaan kearah asistennya “ jadi kamu telah berhasil

membujuk dia kemari Nur, bagus..... bagus... walau terlalu terlambat sangat

terlambat...ck....ck...ck... ” decak bibi sambil mengeleng-gelenhkan kepala. Saat memandang

Exsan bibir bibi Sundari tersenyun tetapi dengan

mata berkaca-kaca seolah ada kesedihan yang berusaha sang bibi tahan diantara senyumannya,

tetapi bibi Sundari akhirnya hanya memeluk lagi untuk

menyambut kedatangannya dan menyuruh mereka masuk kedalam rumah.

Begitu mereka telah

duduk di masing-masing kursi yang ada di tengah-tengah ruangan bibi Sundari

kembali melanjutkan pertanyaan kepada keponakannya “ jadi bagaimana kabarmu

Nak, sekarang sudah dewasa dan tentu saja sangat tampan seperti ayahmu, menurutku seandai

Raffa masih hidup pasti akan sepertimu gagah” kata bibi Sundari sambil matanya menatap Exsan

dari atas ke bawah “ andai saja Tuhan tak mengambilnya Raffa lebih cepat pasti kalian seperti kembar ” tambah bibi Sundari dengan sedih mengenang anak semata

wayangnya yang harus meninggal dalam kecelaan di jalan raya saat akan pulang

dari sekolah dengan suami bibi Sundari.

“ Sudahlah bi, Raffa sama paman sudah tenang di surga sekarang, bibi jangan

sedih lagi ” mencoba menenangkan bibinya sambil beranjak ke kursi bibi Sundari duduk.

“ Ya...Raffa ditemani ayahnya pasti....pasti mereka bahagia disana ” katanya sambil mengambil tisue yang ada di meja untuk mengusap

air matanya, bibi Sundari berusaha tersenyum lalu melanjutkan pertanyaan ke keponakannya “ jadi Exsan sekarang kamu telah menyadari

kesalahanmu dan mau menjemput istrimu?”katanya sambil sesekali mengusap mata serta hidungnya.

“ Ya bi.... mama dan papa semakin mendesak

sekarang serta kakek semakin tua jadi mulai sering sakit-sakitan belakangan ini. Beliau ingin bertemu cucu mantunya sebelum ajal menjemput juga ingin menggendong cicit

penerus keluarga besar Saptowardono” jawab

Exsan menjelaskan alasan kedatangannya ke rumah bibi Sundari.

“ Jadi maksud kedatanganmu hanya

mengambil mesin pencetak anak bukan seorang istri yang telah kamu

terlantarkan sekian lama?” tanya bibi Sundari dengan nada tak setuju.

“ Jangan sekasar begitu bi, bibi kan tahu pernikahan ini terjadi saat kami masih

anak-anak dan bibi perlu ketahui pernikahan ini tak

dapat dibatalkan, jadi walau bagaimanapun besarnya

kesalahanku terhadap Mutiara, kalaupun terlambat tetapi akhirnya aku tetap menjemput dia juga bukan bi..... tolong bibi mengerti saat itu kami sama-sama belum

paham betul tentang pernikahan. Kalau yang bibi khawatirkan bagaimana nantinya kehidupan bibi kedepannya, Exsan akan

selalu mengirimkan biaya hidup

sehari-hari, bibi tak perlu khawatir soal

itu ” ujar Exsan menjelaskan supaya bibinya tidak perlu takut setelah istrinya tak lagi tinggal dengan bibi Sundari Exsan tidak akan menelantarkan sang bibi.

Bibi Sundari

memukul meja dengan kencang sehingga Exsan dan asistennya Nur terperanjat

terkejut, begitupun ibu yang membantu bibi beberes rumah ikut keluar dari dapur

untuk melihat keributan yang sedang terjadi “ mbok bikin minum buat anak kurang

ajar ini sama Nur, aku air putih hangat seperti biasa” kata bibi kepada si Mbok,

tatapan tajam bibi kembali terarah kepada Exsan dengan expresi penuh kemarahan “

Exsan kamu sama saja dengan

kakekmu tak ada bedanya, beruntung bapakmu

sedak dulu sayang denganku, selalu membangkang papa untuk ikut menjauhiku ” saat melihat Exsan akan menjawab bibinya mengangkat

tangannya untuk menghentikan

Exsan menyela pembicaraan “ kamu diam, sekarang kamu dengar perkataan

orang yang sudah tua ini. Memangnya uang yang

kalian kirim kemari cukup untuk biaya hidup Mutiara...... pernahkah kalian pikirkan pendidikannya....

tidak.....tentu saja tidak. Kalian sama sekali tak

memperdulikan anak itu. Kalau bukan karena kakak Mutiara aku tak tahu apa yang akan terjadi

dengan anak itu, jadi tak perlu menyombongkan diri

seperti itu Exsan ” emosi yang meluap membuat Exsan khawatir telah menyinggung bibi Sundari.

“ Maaf bi bukan maksudku

menyinggung bibi, kalau selama ini kurang menurut

bibi, kenapa bibi tidak pernah memberi tahu ” bantah Exsan. Wajah Exsan merah menahan malu, karena

selama ini untuk urusan Mutiara dia tak mau tahu, semua dia serahkan kepada

kakek atau ayah.

“ Siapa yang kami mintai tolong,

Nur mana dia berani melawan kakekmu, dia

hanya memberikan apa yang telah kakekmu setujui,

dari dulu dia memang terkenal pelit ”

Nur hanya diam mendengar perdebatan antara Exsan dan bibi Sundari, tak

sekalipun ikut menyela. “ Kehidupan kakak istrimu tak seberuntung kalian,

ayah mereka selalu menghabiskan hartanya untuk berjudi tanpa mengingat

akan seperti apa kehidupan keturunannya.

Kakak Mutiara membantu kami sebisanya, tetapi dia mengusahakan Mutiara menyelesaikan pendidikannya. Aku bersyukur Mutiara masih memiliki saudara yang

menyayanginya daripada keluarganya yang lain suami serta ayah dan ibu tirinya ”

kata bibinya panjang lebar.

Exsan tak berani membantah takut semakin menyulut emosi bibi Sundari, berbahaya kalau

sampai terjadi apa-apa dengan bibi Sundari.

Setelah mengambil napas panjang Exsan beranikan diri menanyakan keberadaan

istrinya sekarang ini. “ Bi dimana Mutiara dari tadi tak terlihat ”

Bibi Sundari diam cukup

lama sambil tetap menatap marah kepada Exsan setelah cukup lama baru menjawab sambil menghela napas “

sedang keluar, sebentar lagi dia juga datang, mungkin ada yang sedang dicari di luar sana, sepertinya itu yang Mutiara katakan sebelum keluar

rumah tadi ”

Menunggu dengan diawasi bibinya

membuat Exsan salah tingkah di tempat

duduk namun sialnya asistennya Nur tampak tenang-tenang saja melihat kemarahan bibi Sundari sebab bukan dia yang menjadi sasaran

amarahnya. Exsan bukan anak kecil lagi sudah diatas tiga puluh tahun usianya namun saat

sedang dimarahi bibi Sundari dia merasa

seperti kembali menjadi anak kecil yang

telah melakukan kenakalan.

Berdiri untuk meregangkan otot-otot

kakinya yang kaku Exsan berjalan keliling ruang tamu, melihat-lihat

karya seni cinderamata yang sangat bagus, perkiraan Exsan jika terjual ada nilai ekonomis, semua bentuknya dengan nilai seni

tinggi.  Exsan ingin bertanya semua ini bibi dapat dari mana karena ada banyak sekali cinderamata yang dipajang dalam lemari kaca. Tetapi Exsan tak berani mengambil untuk melihat takut merusaknya.

Tetapi Nur dengan santai mengambil

dan memegang sambil mengamati tanpa ada rasa takut akan dimarahi bibi Sundari.

Nur sedang memegang pernak-pernik tempat kosmetik sangat cantik yang ada tulisan nama

pasangan menikah. Sepertinya ini

souvenir pernikahan atau bisa juga kado ulang tahun maupun  hadiah untuk pasangan.

“ Mas bagus gak nih? ” tanya Nur sambil

mengulurkan kedepannya untuk dilihat Exsan yang hanya mengangguk

sebagai jawaban “ Bi....dapat dari mana ini?” lanjut Nur sambil mengamati aksesoris yang berjejer rapi.

“ Istrinya Exsan yang membuatnya” jawab bibi Sundari dengan nada bangga “ dia memang anak yang pintar seperti

yang sering aku katakanmu Nur ” sambil memandang cinderamata yang sedang diamati Nur, Bibi menerawang seperti sedang mengingat-ingat sesuatu hal “ Mutiara bukan hanya cantik

tetapi juga baik sekali,

anak itu membuat ini semua saat

aku dan kakaknya tidak mengijinkannya bekerja ditempat temannya yang jauh dari rumah” bibirnya tersenyum sambil menunjuk aksesoris

buatan Mutiara “ anak itu sempat marah karena laranganku sama kakannya, dia kebingungan tak tahu harus melakukan apa, sementara masa depannya tak ada kejelasan ” bibi Sundari kembali diam cukup lama setelah

lama sebelum kembali melanjutkan “ Cinderamata itu dibuat dari daur ulang sampah karena kecintaan Mutiara dalam melukis, jadilah semua ini” tangan bibi Sundari terentang menunjuk semua barang

pernak pernik yang ada di ruang tamu “ barang yang Nur pegang hasil limbah daun dan pelepah pisang tetapi karena imajinasinya yang tinggi

dia bisa menghasilkan bahan yang tak

berguna menjadi sebuah cinderamata yang bagus dan

unik-unik bernilai ekonomistinggi”

pungkas bibi dengan bangga. “ sekarang Mutiara telah dapat banyak pesanan, ada

yang untuk souvenir pernikahan, ada juga yang buat kado atau hadiah banyak yang

memang hanya untuk pribadi ” tambah sang bibi.

Sambil menatap

Exsan dengan tajam bibi Sundari berkata “ kamu menikah dengan gadis yang

mandiri Mutiara bukan anak yang cengeng seperti anak-anak seusia dia dari

kalangan kalian ”

Setelah berkata

bibi Sundari beranjak meninggalkan Exsan dan asistennya Nur untuk meresapi

semua perkataannya. Exsan hanya menunduk menatap frame dengan bunga-bunga

kering mengelilingi bentuk frame.

Terpopuler

Comments

Susana Setyawati

Susana Setyawati

fotonya mn kak

2020-06-15

0

Purwanti Idar

Purwanti Idar

sukurin lo,klo aku jd mutiara.ga bakal mau nerima exsan

2020-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!