Mova terpaksa pulang dengan dipapah oleh Raven. Yup, kakinya yang dipijak oleh Raven masih berdenyut. Mungkin jika tadi hanya dipijak biasa oleh Raven tidak akan sakit. Masalahnya Raven melompat di kaki Mova dan krekk. Tulang Mova bergeser rasanya.
"Ayolah ke dokter," bujuk Raven. Dari suara krek tadi siang, dia takut salah satu tulang jari kaki Mova benar-benar patah.
"Tidak perlu." Lagipula Mova sudah mengantuk. Dia mau tidur. Kalaupun perlu ke dokter mungkin besok.
"Kembali saja ke rumahku, nanti aku suruh dokter pribadi memeriksa." Raven khawatir sekali. Dia takut kaki Mova berdenyut lebih sakit dan membuat Mova tidak nyaman.
"Aku harus pulang ke rumah Nyonya Maverick," ujar Mova lemah.
"Dia pasti akan menyuruhmu bekerja. Kamu pulang ke rumahku saja."
Gerald di depan mobil sudah membuka pintu. Raven membantu Mova masuk, lalu menutup pintu pelan.
"Tenang saja, aku yang akan mengatakannya pada Nyonya Maverick."
"Jangan cari masalah! Nyonya Maverick akan berpikir aku merebutmu dari putrinya."
"Aku dan Samara tidak ada hubungan apa-apa."
"Tapi masalahnya Nyonya Maverick yakin kamu dan Samara itu ada hubungan apa-apa." Mova membanting tubuhnya ke punggung kursi. "Sudahlah, jangan mengursiku."
"Jadi apa?Menggemukkanmu?" ledek Raven.
"Apa sih," ketus Mova mencebikkan bibir.
"Jangan merajuk dong." Raven menjawili pipi Mova.
"Raven, tanganmu!" teriak Mova. Raven meledakan tawa, sama sekali tidak terganggu dengan suara nyaring Mova.
****
Sesampainya di kediaman Nyonya Maverick, Raven membantu Mova turun. Nyonya Maverick yang mendengar hal itu dari pembantunya mengerenyitkan dahi.
"Sejak kapan Raven sebaik itu pada Mova?"
"Mungkin karena Mova rekan kerjanya," kata Samara tidak curiga sama sekali.
"Menurut tidak." Kamara tidak setuju. "Aven bukan jenis orang yang baik kepada orang lain tanpa tujuan. Kalau bukan untuk manfaat pasti karena urusan hati. Karena Mova tidak ada manfaat sama sekali, kurasa Raven melakukannya karena urusan hati."
"Teorimu tidak masuk akal sama sekali. Tidak mungkin Aven menyukai perempuan norak serba pinj itu. Iya kan, Ma?"
Nyonya Maverick membenarkan perkataan Samara. Tidak mungkin anak gadisnya kalah dengan Mova di mata Raven.
"Kau kenapa?" Tidak ada nada sedih sedikitpun dalam kalimat Nyonya Maverick ketika melihat Mova dipapah oleh Raven.
"Kakiku sakit." Mova tetap saja membalas dengan sopan. Ya mau bagiamana lagi. Nyonya Maverick itu orang tua. Iya kan? Harus dihormati.
"Kenapa tidak meminta Elin atau Helen saja mengantar? Lihat, apa kau tidak malu menyusahkan bosmu? Dia pasti sudah capek. Samara siapakan minuman untuk Aven."
Oh jelas setelah itu Nyonya Maverick memanfaatkan kesempatan untuk menunjukkan putrinya.
"Nyonya Maverick, bolehkah malam ini aku menginap?"
Pertanyaan Raven langsung disambut senang ole Nyonya Maverick. "Tentu saja, Aven. Samara, cepat suruh maid menyiapkan kamar."
"Tidak perlu, aku menginap di kamar Mova saja."
"APA?" Bola mata Nyonya Maverick hampir lompat dadi tempatnya.
"Apa tidak boleh?" tanya Raven. Wajah terkejut Nyonya Maverick berubah menjadi senyum paksa.
"Tentu saja boleh. Tapi, kamar Mova berantakan dan bau. Kamu tidak akan nyaman, Aven. Biar tante siapakan kamar yang lain saja ya?"
"Tidak perlu." Raven memapah Mova lagi. "Dimana kamarmu?"
"Lurus saja dulu." Suara Mova lemah. Dia lemas membayangkan bagaimana nasibnya setelah ini. Nyonya Maverick pasti akan menyalahkan dirinya. Ini semua gara-gara mulut sembarang Raven.
"Tenang saja, mereka tidak akan berani menjahatimu."
Entahlah. Mova tidak mengerti dia harus percaya atau tidak akan ucapan Raven. Yang penting dia sampai di kamarnya dan tidur.Sudah, itu saja sudah cukup membuatnya senang.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments