Flicker yang dipenuhi oleh amarah, perlahan-lahan berjalan mendekatiku. Aku tahu kalau dia sangat kesal setelah melihat tingkah lakuku sebelumnya. Namun, diri ini tidak sedikit pun memiliki biat untuk bertahan dan terhindar dari luapan amarah Flicker.
Plak!
Flicker langsung menampar pipi sebelah kananku, menggunakan tangan kanannya, hingga membuat pandangan ini, mengarah ke samping kiri. Aku sangat tidak berniat untuk membalas perbuatannya itu. Bahkan, setelah menerima tamparan tersebut, diri ini tidak dapat merasakan apa-apa.
“Hei! Apa kau tuli?” bentak Flicker yang tidak menerima tindakanku.
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut yang tertutup rapat ini. Sesaat, aku dapat mendengar perkataan kasar dari Flicker. Namun, aku sama sekali tidak berniat untuk menggubris kata-kata itu.
“Ternyata, percuma kami menyelamatkanmu.”
Dalam hitungan detik, aku tersentak mendengar suara yang tak asing di telinga. Kupalingkan pandangan ke arah sumber suara tersebut, dan melihat Lize yang sedang berjalan ke arahku.
Segera setelah sampai, dia langsung menatap mata ini, sembari mengangkat dagu daguku. “Kau harus mengerti, betapa susahnya aku menyelamatkan nyawa kalian semua. Dan sekarang, kau malah seperti ini. Jadi, apa gunanya aku menyelamatkanmu?”
Menyelamatkan? Apakah aku perlu untuk diselamatkan? Lagipula, gadis ini pasti memiliki suatu tujuan, sehingga mau repot-repot menyelamatkan kami semua.
“Kenapa kau terdiam?” tanya Lize.
Aku menatap tajam bola matanya yang berwarna biru. “Ah, bagaimana aku menjawabnya, ya? Hm, kurasa aku perlu mengungkapkan terima kasih padamu.”
“Aku tidak memerlukan itu, aku hanya perlu kau kembali menjadi dirimu, dan bukan seperti kondisimu sekarang ini.”
Apa ada yang salah dengan diriku? Bukankah aku memang seperti ini sejak dulu? Dan yang membuatku seperti ini adalah hutan sialan ini. Karena di sini adalah lembah keputusasaan yang sangat lengkap.
Melihat aku tidak mau menjawab, Lize akhirnya kembali angkat bicara. “Baiklah, aku akan jujur kepada kalian,” katanya, sembari menarik kembali tangannya yang digunakan untuk mengangkat daguku. “Sebenarnya, alasanku menyelamatkan kalian sangatlah sederhana, yaitu untuk mengalahkan orang yang telah membuat kalian seperti sekarang.”
Hah? Apa yang sedang dibicarakan olehnya? Mana mungkin ada orang yang mempermainkan kami di sini. Perkataannya dipenuhi oleh omong kosong.
“Mungkin kalian pikir ini hanyalah omong kosong, tetapi faktanya, memang itu yang terjadi.”
Astaga, gadis ini sepertinya orang yang sangat ahli membaca pikiran. Nampaknya aku harus lebih berhati-hati menghadapi dia. Meskipun hal itu sangat merepotkan.
“Cepat katakan pada kami! Siapa orang itu?” sahut Geisa dengan nada tegas.
Aku tahu kalau dia menanyakan hal itu, karena sangat ingin membalas perbuatan orang yang dimaksud oleh Lize. Alasan dia melakukannya juga tidaklah rumit, sebab dia sangat ingin membalaskan dendam Gawk. Ya, mungkin saja Geisa dan Gawk memiliki hubungan spesial, sehingga membuat Geisa begitu benci pada orang yang mungkin membuat Gawk mati.
Walaupun begitu, bukan berarti apa yang akan dilakukannya itu adalah suatu hal yang benar. Namun, orang yang telah dikuasai oleh kebencian, tidak akan memikirkannya. Dan kebanyakan orang memang seperti itu, termasuk diriku. Akan tetapi, sekarang ini aku sedang tidak peduli pada segalanya setelah mimpi buruk yang terjadi beberapa waktu yang lalu.
Aku masih sangat takut jika mimpi itu sungguh terjadi dalam hidupku. Aku sangat tidak menginginkannya, karena itu adalah sebuah mimpi buruk yang ingin kuhapus dari ingatan, tetapi tidak bisa. Bahkan, ingatan tetang mimpi itu selalu terngiang di dalam kepala ini.
Tanpa kusadari, Lize mulai menjelaskan situasi yang sedang terjadi kepada kami.
“Jadi, orang bernama Andrew itu yang telah membuat kondisi kami seperti sekarang ini?” tanya James kepada Lize.
“Ya. Selain itu, dia bukanlah tipe orang yang bisa diajak negosiasi. Jadi, untuk menghadapinya hanya ada satu cara, yaitu dengan membunuhnya,” jawab Lize dengan tenang.
Aku tidak menyangka kalau dia dapat mengatakan kalimat sekejam itu, dengan sangat tenang. Mungkinkah itu pengaruh dari hutan ini juga? Sudah jelas kalau jawabannya adalah iya. Karena tempat ini sudah seperti hutan rimba, di mana manusia saling memburu satu sama lain layaknya hewan liar.
“Tidakkah kita bisa mengbicarakan hal ini baik-baik dengannya?” sahut Villy yang sedari tadi hanya diam dan mendengarkan.
Lize mendengus kesal. “Apa kau pikir Andrew akan mengindahkan semua itu dan mengasihani kita semua?”
“Tu-Tunggu, tunggu, tunggu, kenapa kau tampaknya sangat takut dengan orang bernama Andrew itu? Memangnya dia sangat kuat? Kupikir kita hanya perlu menghasut para pengikutnya saja.” Aku langsung masuk dalam diskusi.
“Jika masalahnya hanya seperti itu, aku tidak akan mau repot-repot mengajak kalian untuk bergabung melawannya.”
“Sehebat apa, sih? Seorang pemuda yang hanya bisa duduk di atas singgasana dan memerintah bawahannya dengan sesuka hati?”
“Tidak ada yang tahu dengan jelas sehebat apa dia sebenarnya. Namun, dari apa yang kudengar, dia pernah menghabisi sebuah kelompok yang beranggotakan sekitar 25 orang, hanya seorang diri. Selain itu, kita tidak dapat menghasut para pengikutnya, karena mereka semua tidak ingin orang yang mereka sayangi, dibunuh oleh Andrew.”
“Jadi maksudmu, Andrew mengancam para pengikutnya.”
“Ya. Begitulah adanya.”
“Lalu kenapa kau menghianatinya?”
Lize menundukkan kepala, dan sepertinya, ia tidak ingin aku mengangkat topik itu. Namun, aku tidak mau peduli dan hanya terus menatap dirinya. Mungkin sadar dan terganggu aku menatap dirinya, Lize akhirnya berkata, “Sebenarnya, aku malu mengakui ini, karena waktu itu, alasanku bergabung menjadi anggota kelompoknya, lantaran diri ini tidak ingin mati. Oleh sebab itulah, akhirnya aku selalu berada di dalam genggaman tangan Andrew.”
Itu benar-benar alasan paling sederhana yang selalu aku dengar. Ternyata semua manusia itu sama-sama tidak ingin mati, lantaran tidak tahu apa yang ada di alam sana.
“Baiklah.” Aku mamaksa tubuh ini untuk berdiri, dan dalam sekejap, rasa nyeri langsung menyebar ke sekujur raga. Mengabaikan itu semua, perlahan-lahan hati kembali memancarkan tekad, karena kupikir tidak ada gunanya terus menerus terlarut dalam kesedihan. “Aku juga akan ikut serta dalam rencanamu itu, tetapi aku tidak janji dapat banyak membantu.”
Seusai aku mengatakan hal itu, tatapan mata mereka semua, tertuju padaku. Melihatnya membuatku bertanya-tanya apa alasan mereka memandangiku.
“Kenapa kalian ini?” tanyaku kepada mereka dengan terheran-heran.
Satu persatu mereka memancarkan senyum indah mereka ke arahku, dan hal itu entah kenapa, membuat diri ini merasa sedikit malu.
“Akhirnya kau kembali menjadi dirimu sendiri,” ucap Villy sembari tersenyum lebar kepadaku.
“Haha, ini baru Leon yang kukenal.” Flicker menyahut sambil meletakkan tangan kanannya ke atas bahuku.
“Itu benar.”
Saling menyahut satu sama lain dengan penuh senyum, hatiku yang tadinya hampa kini dipenuhi oleh kehangatan. Lalu, tanpa kusadari, aku kembali tersenyum saat merasakan kehangatan itu.
“Oke, sekarang apa yang harus kita lakukan?” tanyaku.
Krik! Krik! Krik!
Tidak ada jawaban, mereka hanya terdiam dan tampak teringat akan sesuatu hal.
“Hah? Jadi kalian belum memikirkan rencana apa pun?” Aku berteriak dengan histeris.
Mereka tertawa lepas dan tak mau membahas hal yang serius itu sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Dr. Rin
Tapi si Lize punya death flag di sini kayanya 😅
2023-06-05
0
Dr. Rin
aku kok lebih nge ship MC sama cewe ini yak? 🤔 lbih punya koneksi di banding si beethooven 😁
2023-06-05
0
Rahma_adhn
Aku butuh pembatas kertas. Sampai di sini dulu deh ini sudah kutandai.
Btw, Mark tulisanmu makin rapi, pmbacamu juga makin bnyak. Sukses yak! Mau cuap-cuap boleh?
*Menyelonong tnpa diijinkan😂
Menurut pengamatan singkatku, novel ini kan pake pov 1. Nah tuh keunggulan pov satu kan bisa dapetin feel yg jeruh ke tokoh utamanya tapi sisi kurangnya jatuh ke tokoh lain. Duh belibet akunya ini nih, jadi kasus ini terjadi di bab awal2, bnyak tokoh yg mati tapi sedikit kurang berkesan, yah mungkin baru muncul berberapa bab. Seharusnya siksa aja sesadis-sadisnya tapi dng perasaan. Ah entahlah aku ngoceh apa
kalo soal penulisan, typo, eyd ... dah good pokoknya. Butuh pendalaman karakter sih menurutku ... sama aku juga masih belajar ini. Besok lanjut lagi laaah. Semngat pokoknya thor
2020-04-11
1