Tubuhku terasa berat untuk dibangunkan, dan pandangan mata ini masih berkabut. Perlahan-lahan aku menyesuaikan tarikan napas agar stabil.
Beberapa saat kemudian, pandanganku mulai jelas dan tidak berkabut lagi. Namun, tubuhku masih terasa nyeri saat digerakkan.
Meskipun terasa begitu sakit, kupaksakan diri untuk bangun dan melirik ke sekitar. Dalam sekejap, aku mematung kaku. Tangan yang menopang badan ini, entah kenapa melemas hingga membuatku hampir terjatuh.
“Apa ini?” tanyaku karena saking bingungnya dengan situasi yang sedang terjadi.
Bagaimana mungkin aku tidak heran, di sekitarku saat ini, keadaannya sangat berantakan. Terdapat banyak jejak kaki hewan serta percikan darah di sini.
“Wolf ...? Ellise?” Aku bertanya lagi sembari terus melirik ke sekitar.
Tidak ada jawaban sama sekali.
Aku mencoba untuk berdiri, tetapi kaki terasa sangat sakit sampai tidak dapat kuabaikan. Selain itu, ada satu keanehan lagi yang terjadi di sini. Saat aku terbangun, tubuh ini begitu bersih, luka-luka yang ada juga sudah diperban dengan rapi.
Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa semuanya jadi seperti ini? Bukankah waktu itu aku sedang sedang berseteru dengan kelompok Roman lalu terjadi gempa?
Berbagai pertanyaan muncul di kepalaku. Namun, tidak ada satu pun yang berhasil kujawab.
“Argh ....” Aku merintih kesakitan saat memaksakan diri untuk bangun. Akan tetapi, hal itu tidak melemahkan tekadku untuk bangkit kembali.
Kaki ini tidak berhenti gemetar bersamaan dengan rasa nyeri yang juga tak kunjung membaik. Walaupun begitu, aku tetap melangkah maju.
Mataku sekali lagi terbelalak ketika melihat hamparan darah yang sudah mengering, menghitam terkena sengatan matahari. Darah tersebut bercampur robekan-robekan kain pakaian yang bertebaran.
Tanpa sadar, kaki ini sudah melangkah maju, lalu melemas hingga membuatku jatuh berlutut di atas tanah.
“Apa-apaan ini?” ucapku sembari memungut sepotong kain yang sudah usang.
Air mataku menetes dengan derasnya, dada terasa sesak saat mengingat kalau sobekan pakaian itu mirip dengan yang digunakan oleh Ellise.
“Ha!” Aku mengerang sekuat-kuatnya, sudah tidak tahan menahan rasa sedih.
Kutundukkan wajah, lalu menempelkan sobekan pakaian yang kupegang dengan kedua tangan. Tak perlu waktu lama, sobekan pakaian itu langsung basah oleh air mata.
Beberapa saat kemudian, suaraku menjadi parau, tenggorokan terasa sakit, mata membengkak, dan napas ini tersengal.
Kuusap air mata, kemudian menurunkan kedua tangan. Saat ini hatiku masih dipenuhi oleh kesedihan dan rasa bersalah. Namun, sebisa mungkin aku menahannya.
Aku berdiri, kedua tangan terkepal erat, seisi hati dipenuhi oleh dendam.
“Brengsek!” ucapku sembari menengadah. “Akan kubunuh siapa pun yang sudah membunuh Ellise. Tidak akan pernah ada yang kulepaskan, meskipun aku harus mati.”
Setelah membulatkan tekad, aku berjalan ke arah utara. Sepanjang perjalanan, aku tidak mendapati satu orang pun selain diriku di hutan ini.
Beberapa langkah di depan, mata ini melihat sebatang pohon yang memiliki lubang besar. Aku pun dengan cepat mendekat ke arah pohon itu lalu memasukkan tangan kanan ke dalam lubangnya.
Saat itu, tanganku menyentuh sesuatu yang kenyal dengan permukaan yang sedikit kasar. Tanpa menunggu lagi, aku langsung menarik keluar tangan ini.
Apa yang kudapatkan dari lubang pohon itu adalah sepotong roti yang dibungkus oleh kertas berwarna coklat. Aku pun merobek kertas yang membungkus roti itu, lalu memakan isinya.
Roti yang kumakan saat ini begitu hambar. Namun, entah kenapa, aku merasa puas saat memakannya. Sembari mengunyah, aku berjalan lebih jauh ke utara lalu menemukan sebuah sungai kecil.
“Kebetulan sekali aku sedang haus,” gumamku sembari berjalan ke tepi sungai.
Aku membuang kertas yang membungkus roti setelah selesai makan lalu menundukkan tubuh ke arah sungai. Kusatukan kedua telapak tangan dan memasukkannya ke dalam air. Dalam sekejap, air memenuhinya, lalu segera aku mengangkatnya dan meminum air tersebut.
Dinginnya air sungai memenuhi mulut dan menyegarkan tenggorokan. Aku pun berkali-kali mengambil air sungai dan meminumnya hingga merasa puas.
Setelah selesai minum, aku langsung bergegas menuju ke arah utara. Di jalan yang kutapaki saat ini, terdapat banyak sekali jejak kaki hewan yang mengarah ke tempat tujuanku.
Kuikuti jejak kaki itu, hingga sampai di bagian ujungnya. Di sana hanya terdapat beberapa jejak kaki, dan ada juga yang berbelok ke arah lain.
Sekarang, mari pikirkan, apa yang menyebabkan hewan-hewan ini bergegas ke arah utara? Mungkinkah ada sesuatu yang menakuti mereka? Tapi apa?
Aku meletakkan tangan di dagu sambil memikirkan jawaban atas pertanyaan tersebut. Sejenak aku terdiam dan memutar otak untuk menemukan jawaban. Beberapa saat kemudian, aku terpikir pada sesuatu.
Jawaban atas pertanyaanku tidak lain adalah keanehan hutan ini sendiri. Sebab di sini, aku dapat dengan mudah menemukan roti pada dalam lubang di batang pohon. Selain itu, masih banyak misteri yang belum terpecahkan.
Dari sini aku berteori, kalau sebenarnya ada hal lain yang disembunyikan di sini.
Tiba-tiba aku teringat pada perkataan Wolf, yaituyaitu, 'Cara bertahan di hutan ini hanya satu, yakni membunuh atau dibunuh, hanya itu.'
Awalnya aku sangat takut akan hal itu, tetapi sekarang aku sudah tidak peduli lagi jika memang harus mengotori tangan dengan darah musuh. Aku menurunkan tangan lalu berhenti memikirkannya sembari berjalan tak tentu arah.
***
Hari sudah hampir gelap, aku berhenti berjalan dan duduk bersandar di bawah pohon besar. Suasana begitu hening, karena sejak mulai melakukan perjalanan, aku tidak menemui satu orang pun di sini.
Ini aneh, seharusnya aku dapat bertemu dengan beberapa orang. Akan tetapi, kenapa aku tidak dapat menemukan mereka?
Aku bertanya-tanya pada diri sendiri, tetapi tak kunjung menemukan jawaban atas pertanyaan itu.
Klang! Klang! Klang!
Sontak aku berdiri dan melirik ke sana kemari saat mendengar suara benturan pedang. Beberapa saat kemudian, suara itu terdengar lagi oleh telinga ini. Aku langsung berbelok ke kiri, berjalan dengan perlahan ke arah sumber suara.
Beberapa langkah di depan, terdapat 2 orang pemuda yang sedang bertarung menggunakan pedang. Melihat itu, aku mengendap-endap di balik sebatang pohon dan memperhatikan mereka.
Salah satu dari dua orang itu, yaitu pemuda berambut hitam pendek melompat ke belakang setelah serangannya berhasil ditahan oleh lawan, yaitu pemuda berambut kribo.
Pemuda berambut kribo melesat maju ke arah pemuda berambut pendek. Dia dengan cepat mengayunkan pedangnya secara horizontal dari kanan ke kiri. Menanggapi serangan itu, pemuda berambut pendek langsung melompat ke belakang. Serangan pemuda berambut kribo pun meleset.
Karena serangan pertamannya meleset, pemuda berambut kribo mengangkat pedangnya ke kanan atas, lalu kembali menebaskannya secara vertikal.
Untuk menahan serangan, pemuda berambut pendek berjongkok dan menyilangkan pedangnya di atas kepala.
Dentingan benturan pedang menggema di telingaku. Kedua pemuda tadi masih saling beradu pedang satu sama lain. Sedangkan aku hanya diam dan terus menyaksikan mereka.
Setelah beberapa saat menonton, aku mengendap-endap beranjak pergi menjauh dari tempat kejadian.
Hari sudah malam, tetapi cahaya bulan menerangi jalanku hingga sampai di depan sebuah gua. Aku berhenti sejenak, merasa ragu untuk masuk.
Tiba-tiba terdengar suara desisan ular dari dalam gua, dan tanpa sadar aku mundur beberapa langkah. Aku pun mengurungkan niat untuk masuk, kemudian pergi meninggalkan gua itu.
Semakin jauh berjalan, kakiku seolah tak kuasa menahan berat badan. Keringat bercucuran di sekujur tubuh, dan napas mulai sesak.
Ketika aku hendak berhenti, tiba-tiba ujung pedang yang berkilauan terkena sinar rembulan, di arahkan ke wajahku.
Ah, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?
Saat berbagai pertanyaan muncul di kepala, tubuhku menjadi kaku dan semua saraf seolah menegang.
Kenapa nasibku selalu saja sial?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Dr. Rin
Survival phase kayanya bakal memakan beberapa bab ya jika cerita udh masuk ke pase ini
2023-05-30
0
Dr. Rin
klw buat suara apa gtu lbih baik pke onomatope ya? 🤔 klw untuk gelut lebih baik detail deskripsi ya thor?
2023-05-16
0
li
kemana jasad perempuan nya,jasad morfin dan jasad wolf?kok hilang naeh
2020-07-01
1