Sementara itu, di tempat lain. Wolf sedang memandangi langit malam sambil memikirkan apakah perbuatannya terhadap Leon tadi benar atau salah. Ia menghela napas lalu menggelengkan kepala beberapa kali untuk menepis pikiran itu.
Di samping Wolf, ada seorang pemuda yang tidak lain adalah Morfin. Dia memiringkan kepala dan menatap heran pada Wolf.Pada dasarnya pemuda ini tidak mengerti kenapa Wolf begitu gelisah serta bimbang.
Akhirnya, Morfin pun bertanya, “Kenapa kau terlihat begitu bimbang?”
Wolf memalingkan pandangan ke arah Morfin. Saat ini, ia ingin memastikan apakah Morfin tengah berpura-pura tidak tahu, atau memang tidak peka sama sekali.
Melihat Wolf memperhatikan dirinya, Morfin semakin menjadi bingung kemudian bertanya sekali lagi, “Apa ada yang salah denganku?”
Dari gelagatnya itu, semua orang akan tahu kalau dia memang tidak peka akan keadaan atau perasaan Wolf saat ini.
Wolf menunduk, pasrah saat menyadari hal itu. Namun, Morfin malah semakin bertanya-tanya dalam hati.
“Ah, sudahlah. Tidak perlu terlalu dipikirakan. Sebaiknya kita segera pergi mencari Leon dan Ellise,” kata Wolf sembari berjalan menuju gubuk milik Roman.
Morfin semakin tak mengerti kenapa Wolf gelisah, tetapi dia dengan tunduk berjalan mengikuti Wolf.
Sesampainya di depan gubuk, mereka berdua mendengar keributan tengah terjadi di sana. Tanpa menunggu lagi, mereka masuk ke dalam gubuk dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Dalam sekejap, Wolf dipenuhi oleh amarah ketika melihat Roman bersama kelompoknya menyiksa Leon hingga terbaring lemah. Wolf secepat mungkin berlari ke arah mereka.
Salah satu rekan Roman melemparkan tombak ke arah Wolf. Menyadari hal itu, Wolf langsung melompat ke samping untuk menghindar, tombak yang dilemparkan padanya, melesat menembus dinding gubuk.
Tak lama kemudian, satu tombak dilemparkan lagi ke arah Wolf. Akan tetapi, sekali lagi ia menghindar ke samping sehingga tombak tersebut tidak mengenai dirinya dan tertancap tepat di sebelah kanannya.
Belum sempat Wolf menghela napas, sebuah anak panah melesat padanya. Ia tanpa sadar menyilangkan lengan kirinya di depan wajah, sehingga anak panah tadi mengenai lengannya itu.
Anak panah tersebut menembus lengan yang dijadikan perisai oleh Wolf. Darah mulai bercucuran dari lukanya. Rasa sakit menyebar ke seluruh tubuh Wolf, tetapi ia tidak mempedulikan hal itu dan mencabut anak panah tadi.
“Argh ....” Wolf menjerit kesakitan saat sembarangan mencabut anak panah yang tertancap pada lengannya. Beberapa saat kemudian, satu anak panah lain meluncur dan menembus kaki kirinya.
Wolf terjatuh, berlutut di tanah. Tangan kanan pemuda tersebut memegangi lengan kirinya yang terluka.
Roman melangkah maju, berhenti tepat di depan Wolf. Dia menatap Wolf—yang sedang meringkuk kesakitan—dengan tatapan dingin.
“Orang lemah sepertimu hanya bisa tunduk padaku.”
Wolf menengadah, menatap Roman dengan penuh amarah. Ia lalu melepaskan genggaman pada lengan kirinya. Telapak tangan kanan Wolf yang tadinya bersih, kini dipenuhi oleh darah. Namun, pemuda ini mengabaikannya lalu merentangkan tangan ke samping agar bisa mengambil tombak di sana.
Sebelum Wolf sempat mengambil tombak. Roman segera menendang perut Wolf sampai membuat pemuda ini menyemburkan darah dari mulut.
Wolf terluka parah, terbaring lemas dan rasa sakit menyebar ke seluruh tubuh. Tarikan napasnya sangat berat, dada sesak, dan pandangan matanya mulai kabur.
Ah, kenapa aku harus seperti ini? pikirnya. Dalam keadaan di mana ia merasa terpojokkan, memori masa lalu mulai mengisi pikiran pemuda itu. Ia mengingat semuanya, hari ketika sebuah kebakaran besar merenggut nyawa seluruh anggota keluarganya hingga membuatnya menjadi seorang yatim piatu.
Namun, suatu hari, di saat ia merasa begitu terpuruk. Seseorang datang memberinya nasehat serta bantuan agar bangkit kembali dari keterpurukan. Sejak saat itu, Wolf berjanji dalam hati kalau ia pasti akan membalas kebaikan orang itu.
Bagaimana mungkin aku bisa membalas kebaikannya, pikir Wolf, frustasi.
Tiba-tiba, jerit kesakitan terdengar di belakang Roman, Roman melirik ke arah belakang. Dia tercengang saat melihat seorang pemuda tengah berhadapan dengan rekan-rekannya. Pemuda tersebut adalah Morfin.
Sebelum ini, Morfin hanya memperhatikan pertikaian antara Wolf dan kelompok Roman. Namun, di saat semua perhatian tertuju pada Wolf, ia dengan hati-hati menyelinap lalu memukul kepala salah satu rekan Roman hingga orang itu berteriak karena giginya copot.
Orang yang dipukul oleh Morfin, tersungkur ke tanah sambil memegangi mulut.
“Brengsek!” Orang bersenjatakan panah langsung memanah Morfin.
Anak panah melesat ke arah Morfin, tetapi pemuda itu masih dapat menghindar ke samping kemudian melesat memukul orang di depannya.
Orang yang terkena pukulan mundur beberapa langkah. Dua orang temannya serempak mengambil tombak untuk menyerang Morfin.
Morfin mundur beberapa langkah menghindari serangan. Namun dua orang tadi maju menyerang Morfin menggunakan tombak. Panik, Morfin tanpa sadar menahan serangan mereka dengan kedua tangan.
Kedua tombak itu menembus tangan Morfin. Tak lama berselang, anak panah meluncur ke pundak pemuda tersebut. Darah mengalir dari lukanya, tetapi ia masih tenang, tak sedikit pun terlihat kesakitan.
Orang-orang yang berusaha menyerang Morfin tadi, menarik napas lega di saat Morfin sudah tidak bergerak lagi. Lalu, orang bersenjatakan panah tadi kembali membuat ancang-ancang untuk memanah Morfin.
Mendadak tanah bergetar, semua orang di sini pun bergerak tak karuan. Si pemanah tadi tanpa sengaja menembakkan anak panahnya ke atas.
Di saat bersamaan, gubuk sederhana ini mulai rubuh.
Dalam kekacauan itu, Roman beserta kelompoknya segera pergi keluar dari gubuk. Sedangkan Wolf dan teman-temannya masih terkapar di dalam sini.
Di sini, Leon yang masih setengah sadar mencoba bangun, merangkak mendekati Ellise. Saat ini, pikirannya dipenuhi oleh rasa khawatir, bukan pada dirinya sendiri, melainkan pada kondisi Ellise.
"El ... lise ....” Leon merintih, tak kuasa kehilangan gadis di depannya.
Leon semakin memperpendek jarak dari Ellise. Tiba-tiba, sepotong kayu jatuh ke kepala pemuda itu. Pandangannya mulai bergoyang, tak melihat seperti sebelumnya. Kepalanya pun terasa berat. Meskipun begitu, Leon tetap bertahan supaya tidak pingsan.
“El ... lise.” Sekali lagi Leon merintih sampai akhirnya tidak mampu menahan rasa sakit juga lelah tubuhnya, lalu pingsan.
Di dekat Leon, terdapat Morfin yang hanya diam, terbaring, diguncang-guncangkan oleh getaran tanah.
Sementara itu, Wolf yang terluka parah, memaksa diri untuk bangun. Sekujur tubuhnya nyeri, dipenuhi oleh darah. Wolf merangkak mendekati Leon, berlutut di sebelah kanannya sambil merentangkan kedua tangan.
Beberapa saat berlalu, deru angin kian kencang hingga membuat bagian atas gubuk menjadi rubuh. Tiba-tiba, banyak hewan berlarian ke arah Wolf dan teman-temannya.
Saat hewan-hewan itu semakin mendekat, seekor kuda yang sedang berlari pun menabrak Wolf. Pemuda tersebut menahan tubuhnya, tengkurap dengan kedua tangan, menutupi tubuh Leon agar tidak terinjak-injak oleh para hewan.
Tak lama berselang, seekor banteng menginjak punggung Wolf. Menahan beratnya tubuh dan kerasnya kaki banteng itu, lengan dan tulang punggung Wolf pun patah.
“Argh ...,” rintih Wolf, tengkurap menindih tubuh Leon.
Akhirnya, tanah berhenti bergetar, hewan-hewan sudah tidak ada lagi. Tempat-tempat yang dilalui hewan-hewan tadi menjadi berantakan. Termasuk di mana Wolf dan teman-temannya berada.
“Argh ... sakit ....” Wolf—yang masih setengah sadar—kembali merintih.
Sekujur tubuhnya merasakan nyeri, tidak dapat bergerak lagi karena terluka parah.
Maafkan aku, Tuan, karena tidak dapat menepati janji untuk menjaga dia dengan baik. Dan sepertinya, ini adalah akhir bagiku, pikir Wolf. Semoga rencanamu tidak berantakan hanya karena hal seperti ini.
Wolf pun mengembuskan napas terakhir dengan sedikit perasaan bersalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
PHSNR👾
bangun oiii, baru bab 4 kenapa dah mati ajaaa 😢😢
2025-03-18
0
Dr. Rin
baru juga kenal dah pada mati aja 😅
2023-05-30
1
Dr. Rin
ini alasannya pke tanda pemisah seperti ini knapa thor?
2023-05-16
0