Chapter 2 : Kebimbangan

Kami bertiga berjalan menyusuri hutan, sampai akhirnya menemukan sebuah pemukiman yang dikelilingi oleh pagar kayu. Di antara deretan pagar kayu tersebut, terdapat sebuah jalan masuk, tetapi dijaga oleh dua orang penjaga. Salah satu dari mereka adalah seorang pemuda tinggi berkulit hitam dan rambut kriting. Sedangkan satunya lagi, seorang pemuda pendek dengan rambut acak-acakan.

Wolf menuntun kami mendekati mereka. Dengan dia santai hendak masuk ke pemukiman. Namun, kedua penjaga tadi menghentikannya.

“Siapa kalian?” tanya penjaga berambut kriting, menghentikan Wolf.

“Hei, tenanglah! Kami baru saja terkapar di sini. Jadi secara otomatis, kami adalah rekan baru kalian. Bukankah begitu?” Wolf mencoba meyakinkan mereka.

Kedua penjaga itu saling pandang selama beberapa saat, lalu penjaga berambut kriting menjawab, “Baiklah, kalian boleh masuk. Tapi jika kalian adalah mata-mata, maka bersiaplah untuk mati.”

“Ya, terserah kalian saja.” Tanpa berlama-lama Wolf menerobos masuk ke dalam pemukiman.

Pemukiman yang kami masuki ini adalah sebuah lingkungan sederhana. Rumah-rumah di sini masihlah berbahan kayu serta berbentuk gubuk ala orang-orang primitif.

Masuk lebih jauh, kami menemukan sebuah gubuk dengan ukurannya lebih besar dari yang lain. Langsung saja Wolf masuk ke dalam gubuk tersebut tanpa permisi.

Aku dan Ellise bertukar pandang sambil berdiri mematung di depan gubuk. Beberapa saat kemudian, terjadi keributan dari dalam gubuk. Di saat yang bersamaan, Wolf melayang keluar dari sana.

Tanpa ada jeda, seorang pria paruh baya berbadan kekar, memasang raut wajah kesal, keluar dari gubuk itu juga. Pria tersebut berjalan mendekati Wolf—yang terbaring dengan wajah pucat—lalu memandanginya sambil membunyikan jari-jari tangan.

Wolf menegakkan tubuh sambil mengangkat kedua tangan kemudian mundur perlahan. Namun, pria paruh baya itu tidak mempedulikan tanda menyerah dari Wolf.

Saat pria itu semakin dekat dari Wolf, tiba-tiba Ellise berdiri di depannya sembari merentangkan kedua tangan.

Pria itu memasang raut wajah ganas. “Minggir!”

Ellise menggeleng untuk menanggapi. “Tidak bisa! Anda tidak boleh menyakiti teman saya.”

Pria itu bersikap tak acuh dan berjalan sampai hampir menabrak Ellise. Belum sempat pria tersebut melangkah lebih jauh, pria lain yang memiliki tubuh tinggi, lantas memegang pundak pria tadi hingga membuatnya berpaling ke belakang.

Suasana menjadi hening, pria paruh baya tadi menghela napas, dengan berat hati membiarkan masalah yang dibuat Wolf, berlalu begitu saja.

“Baiklah, Roman. Aku akan membiarkannya kali ini,” kata pria itu pada orang yang menghentikannya sembari kembali masuk ke dalam gubuk.

“Haih, lain kali jangan seperti ini, Eric,” jawab pria bernama Roman, sambil tersenyum.

Roman mengulurkan tangan untuk membantu Wolf berdiri. Uluran tangan tersebut disambut baik oleh Wolf, tetapi wajahnya masih saja pucat akibat kejadian tadi.

“Tolong maafkan perbuatan temanku tadi,” Roman berbicara selembut mungkin.

Menanggapi perkataan itu, Wolf mengangguk beberapa kali, lalu melepaskan genggaman tangannya dari tangan Roman. Kemudian, aku pun segera mendekati mereka.

“Apa kau baik-baik saja?” tanyaku pada Wolf.

Wolf mengangkat kepalanya yang tertunduk, mengatur napas perlahan-lahan untuk menenangkan diri.

“Ya, aku sudah tidak apa-apa,” jawab Wolf, datar.

Aku mengalihkan pandangan pada Ellise. “Bagaimana denganmu, Ellise?”

Ellise tersenyum hangat. “Aku juga baik-baik saja.”

Jujur, aku merasa malu kali ini. Pada saat mereka sedang dalam masalah, aku tak sanggup berbuat apa pun untuk menolong. Diriku sungguh orang yang buruk.

“Sebaiknya kalian mengikutiku agar dapat beristirahat dengan tenang. Meskipun hanya di dalam gubuk sederhana,” ajak Roman sembari menuntun kami menuju sebuah gubuk, tak jauh dari sini.

Sesampainya di sana, Roman langsung mempersilakan kami masuk. Gubuk yang kami masuki ini memiliki lantai beralaskan tikar berbahan daun pandan yang dikeringkan serta dianyam sedemikian rupa.

Bagian dalam gubuk ini juga sederhana, tidak memiliki banyak barang. Di pojok ruangan, aku dapat melihat perlatan berburu seperti tombak, busur, serta tas besar yang sedikit rusak. Sedangkan bagian lainnya tidak berisikan apa-apa.

“Silakan menunggu di sini.” Roman lantas pergi menuju pintu belakang gubuk.

Aku, Wolf, dan Ellise duduk membentuk setengah lingkaran. Suasana sangat sunyi, tidak ada percakapan. Kesunyian itu berlangsung selama beberapa saat, sampai akhirnya aku memutuskan memulai obrolan. "Kenapa kau sangat ceroboh, Wolf?" Kulirik Wolf yang sedari tadi hanya duduk diam sambil menundukkan kepala.

Selain karena aku tidak mengerti tindakan Wolf beberapa waktu lalu, pertanyaan itu juga dimaksudkan untuk memuaskan rasa ingin tahu pada alasan kenapa diriku hilang ingatan. Dan kenapa Wolf bisa tahu namaku. Aku mulai curiga kalau dia adalah penyebabnya.

Ah, nampaknya tidak mungkin.

Segera aku menepis kecurigaan tersebut, karena aku masih belum bisa memastikan kebenarannya.

Wolf menengadah, menatap langit-langit sembari menghela napas. “Awalnya kupikir gubuk itu adalah tempat yang digunakan oleh semua orang di sini.”

“Dengan kata lain, kau pikir gubuk besar itu digunakan untuk melakukan perkumpulan atau semacamnya?”

“Karena memang seharusnya begitu.”

Astaga, kenapa dia bisa sesuka hati mengambil kesimpulan tanpa pikir panjang? Tidakkah dia tahu kalau bangunan besar tidak selalu dijadikan sebagai tempat perkumpulan?

Tak lama kemudian, pintu belakang gubuk terbuka, seorang pria yaitu Roman, masuk ke dalam gubuk melalui pintu itu. Tangannya membawa sebuah karung kecil yang terbuat dari kain serta berisikan sesuatu.

Roman duduk bersila di depan kami bertiga. Dia mengeluarkan beberapa potong roti dan botol air minum, lalu meletakkannya di tengah-tengah kami.

“Silakan dinikmati! Semoga saja kalian tidak bosan memakan makanan seperti ini,” kata Roman.

“Ini sudah lebih dari cukup,” jawabku sambil tersenyum lebar.

“Ya, itu benar. Justru kami yang harus berterimakasih karena Anda telah menolong kami,” sahut Ellise.

“Hahaha, jangan terlalu sungkan padaku.” Roman tertawa kecil. “Oh iya, namaku Roman, salam kenal.”

Sebenarnya aku sudah tahu namanya, tetapi aku tidak ingin mengaku.

“Aku Leonal, salam kenal.” Aku memperkenalkan diri, diikuti oleh Ellise dan Wolf.

“Aku Ellise.”

“Aku Wolf.”

Roman tersenyum ramah pada kami. “Salam kenal juga, kalian bertiga.”

Aku sangat senang sebab ada orang baik seperti dia di sini. Namun, aku juga tidak boleh lengah sedikit pun dilingkungan yang masih sangat baru ini.

***

Tidak terasa, hari sudah gelap ketika kami selesai bercakap-cakap. Kuakui kalau hal itu tidaklah buruk untuk membuang waktu sembari mengakrabkan diri dengan orang-orang baru.

Aku duduk di depan gubuk milik Roman, memandangi bintang-bintang sambil diterangi oleh cahaya bulan. Beberapa saat kemudian, Ellise datang, duduk di sebelah kananku. Aku memalingkan pandangan, melirik wajahnya yang manis. Entah kenapa, mata ini tidak bisa beralih darinya.

Semakin lama kupandang, kian sejuk juga hati melihat rambutnya yang terurai dan lesung pipi Ellise yang manis bagai gula. Sejenak aku terpikir untuk dapat lebih dekat dengan gadis cantik ini. Namun, sesegera mungkin pikiran itu kutepis dari dalam kepala.

“Ekhm ....” Ellise berdeham sambil memalingkan wajah ke arah lain, kemudian berkata dengan nada gugup. “Apa ada yang aneh dengan wajahku?”

Sesaat setelah dia mengatakan itu, aku jadi tersadar kalau ternyata diriku memandanginya terlalu lama.

Aku secepat mungkin memalingkan wajah ke arah lain. “Ng, maaf ... aku tidak bermaksud. I-tu, anu, maksudku ....”

Ah, sialan. Kenapa aku menjadi gugup seperti ini? Dan kenapa juga aku tidak bisa berkata dengan jelas?

Sebuah tawa kecil bernada lembut, terdengar oleh telinga. Mendengarnya membuat aku semakin malu menunjukkan muka pada Ellise, yang berada tepat di sampingku.

“Aku tidak menyangka kalau kau adalah orang yang pemalu.”

Astaga, tolong hentikan itu!

Meskipun aku tidak dapat melihat raut wajah Ellise saat mengatakan kalau diriku pemalu. Dari cara dia mengatakannya sambil sedikit tertawa, aku dapat tahu kalau dia sedang mengejek. Namun, sudahlah, tidak ada gunanya terus berdebat di sini.

Aku menghela napas sembari menenangkan diri. Kemudian, memalingkan pandangan ke arah Ellise. Nampaknya dia masih tertawa sambil menutup mulut menggunakan tangan kanan, serta memalingkan wajah ke arah lain.

“Hm ... ngomong-ngomong, Wolf ada di mana?” tanyaku, mengubah topik pembicaraan.

Mendengar itu, Ellise mencoba berhenti tertawa, tetapi tubuhnya masih gemetar menahan tawa.

“Sepertinya dia pergi ke arah sana,” jawab Ellise—yang sudah berhenti tertawa—sambil menunjuk ke arah kanannya.

Aku pun berdiri. “Baiklah, aku akan memeriksa keadaannya.”

Aku mengatakan itu karena merasa sedikit khawatir pada keadaan Wolf sekarang. Takutnya, nanti dia malah tersesat jika terus menyusuri hutan luas ini seorang diri.

“Ya, baiklah. Aku akan menunggu di dalam gubuk,” kata Ellise sembari berdiri dan berjalan menuju gubuk.

“Tunggulah, aku tidak akan lama.”

Kakiku melangkah menuju arah yang ditunjuk oleh Ellise tadi, walaupun aku tidak membawa penerangan sebab bulan tengah bersinar terang.

***

Aku masuk ke dalam tenda setelah berpisah dari Leon. Jika boleh jujur, diriku masih ingin mengobrol lebih lama dengannya. Namun, nampaknya dia sedang khawatir pada Wolf. Hm ... apakah mereka memiliki hubungan khusus?

Ah, mana mungkin itu benar.

Aku segera menepis pemikiran tersebut dari dalam kepala. Tidak mungkin kalau hubungan mereka lebih dari sekedar teman. Dan, jauh di dalam lubuk hati, aku tidak ingin itu terjadi.

Kenapa bisa begitu?

Jika ada yang bertanya, aku dengan tegas akan menjawab kalau diriku juga tidak tahu.

Sembari tenggelam di dalam ruang pikiran, aku duduk bersila di atas tikar, meskipun duduk sini tidak terlalu nyaman.

Beberapa saat kemudian, telingaku mendengar suara langkah kaki. Aku pun segera menoleh ke sumber suatu.

Mendadak, seseorang menyekapku dari belakang. Tangan kiri orang itu menutup hidungku, hingga membuat diriku susah bernapas. Sedangkan tangan kanannya mengarahkan sebuah pisau pendek, tepat di depan mata.

Eh, Siapa orang ini?

Aku mencoba memberontak dengan mengerakkan tubuh sekuat tenaga. Semakin berusaha memberontak, pisau yang diarahkan padaku kian mendekat.

Gawat, jika terus begini, aku bisa mati.

Keringat dingin mulai bercucuran membasuh sekujur tubuh, detak jantung kian kencang, dan dada menjadi sesak karena tidak dapat bernapas.

Ah, matilah aku.

Rasa takut menghantui benakku. Lama-kelamaan raga ini semakin lemas dan tak bertenaga. Sekujur tubuh yang tadinya kering, menjadi basah kuyup oleh keringat.

Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Apakah aku sudah ditakdirkan untuk mati hari ini?

Saat aku diombang-ambingkan oleh perasaan tak menentu, orang yang menyekap berbisik dengan pelan di telingaku.

“Berhenti bergerak! Atau pisau ini akan menancap di kepalamu.”

Mentalku menjadi ciut setelah dia mengatakan itu, dengan pasrah, aku melemaskan badan, berhenti memberontak.

Leon ... tolong a—

Kepalaku menjadi pusing karena kehabisan oksigen. Tak lama kemudian, penglihatanku menjadi gelap dan tidak ingat apa-apa lagi.

Terpopuler

Comments

Dr. Rin

Dr. Rin

Fujo kah? 🤔

2023-05-30

0

Dr. Rin

Dr. Rin

baru nemu pargraf panjang gini di novelmu klw ga salah

2023-05-30

0

🎸️ᴋᴀɢᴜʀᴀ

🎸️ᴋᴀɢᴜʀᴀ

maaf baru mampir kesini lagi 😬
aku tinggalin jejak disini 🍃

2020-06-04

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Awal
2 Chapter 2 : Kebimbangan
3 Chapter 2 part 1
4 Chapter 2 part 2
5 Chapter 3 : Lembaran Baru
6 Chapter 3 part 1
7 Chapter 3 part 2
8 Chapter 3 part 3
9 Chapter 4 : Beruntung atau Sial
10 Chapter 4 part 1
11 Chapter 4 part 2
12 Chapter 4 part 3
13 Chapter 4 part 4
14 Chapter 5 : Didalam Gelapnya Terowongan
15 Chapter 5 part 1
16 Chapter 5 part 2
17 Chapter 5 part 3
18 Chapter 5 part 4
19 Chapter 6 : "Ellise?"
20 Chapter 6 part 1
21 Chapter 6 part 2
22 Chapter 6 part 3
23 Chapter 7 : Taman Kematian
24 Chapter 7 part 1
25 Chapter 7 part 2
26 Chapter 7 part 3
27 Chapter 7 part 4
28 Chapter 8 : Perjalanan Baru
29 Chapter 8 part 1
30 Chapter 8 part 2
31 Chapter 8 part 3
32 Chapter 9 : Rubah Licik
33 Chapter 9 part 1
34 Chapter 9 part 2
35 Chapter 9 part 3
36 Chapter 10 : Gubuk Tua Di Dalam Gua
37 Chapter 10 part 1
38 Chapter 10 part 2
39 Chapter 10 part 3
40 Chapter 11 : Menentukan Sebuah Nasib
41 Chapter 11 part 1
42 Chapter 11 part 2
43 Chapter 11 part 3
44 Chapter 11 part 4
45 Chapter 12 : Berubah
46 Chapter 12 part 1
47 Chapter 12 part 2
48 Chapter 12 part 3
49 Chapter 13 : Jika Orang Baik Tersiksa, Maka Aku Akan Berubah
50 [S2] Chapter 1 : Diriku Yang Baru
51 [S2] Chapter 1 part 1
52 [S2] Chapter 1 part 2
53 [S2] Chapter 2 : Dinding Raksasa
54 [S2] Chapter 2 part 1
55 [S2] Chapter 2 part 2
56 [S2] Chapter 2 part 3
57 [S2] Chapter 2 part 4
58 [S2] Chapter 2 part 5
59 [S2] Chapter 3 : Jalan Yang Kupilih
60 [S2] Chapter 3 part 1
61 [S2] Chapter 3 part 2
62 [S2] Chapter 3 part 3
63 [S2] Chapter 3 part 4
64 [S2] Chapter 4 : Sesuatu
65 [S2] Chapter 4 part 1
66 [S2] Chapter 4 part 2
67 [S2] Chapter 4 part 3
68 [S2] Chapter 4 part 4
69 [S2] Chapter 5 : Target
70 [S2] Chapter 5 part 1
71 [S2] Chapter 5 part 2
72 [S2] Chapter 5 part 3
73 [S2] Chapter 5 part 4
74 [S2] Chapter 6 : Semuanya Baru Saja Dimulai
75 [S2] Chapter 6 part 1
76 [S2] Chapter 6 part 2
77 [S2] Chapter 6 part 3
78 [S2] Chapter 6 part 4
79 [S2] Chapter 7 : Orang Berjubah
80 [S2] Chapter 7 part 1
81 [S2] Chapter 7 part 2
82 [S2] Chapter 7 part 3
83 [S2] Chapter 8 : Mimpi Paling Indah
84 [S2] Chapter 8 part 1
85 [S2] Chapter 8 part 2
86 [S2] Chapter 8 part 3
87 [S2] Chapter 9 : Pertarungan Paling Monoton
88 [S2] Chapter 9 part 1
89 [S2] Chapter 10 : Titik Darah Penghabisan
90 [S2] Chapter 10 part 1
91 [S2] Chapter 11 : Kekuatan Asli Darwis
92 [S2] Chapter 11 part 1
93 [S2] Chapter 12 : Memori Masa Lalu
94 Side Story : Mimpi atau Kenyataan 1
95 Side story : Mimpi atau Kenyataan 2
96 Side Story : Mimpi atau Kenyataan 3
97 [S3] Prolog
98 [S3] Chapter 1 : Jenius Sejati √
99 [S3] Chapter 2 : Jalan Pulang
100 [S3] Chapter 3 : Di Balik Pintu
101 [S3] Chapter 4 : Pelahap Energi
102 [S3] Chapter 5 : Hanya Ini Kemampuanmu
103 [S3] Chapter 6 : Ti dan Tan
104 [S3] Chapter 7 : Pertemuan
105 [S3] Chapter 8 : Negosiasi
106 [S3] Chapter 9 : Baru Dimulai
107 [S3] Chapter 10 : Tan
108 [S3] Chapter 11 : Keajaiban
109 [S3] Chapter 12 : Penyesalan
110 [S3] Chapter 13 : Kekuatan
111 [S3] Chapter 14 : Akhir Hari Bahagia
112 [S3] Chapter 15 : Roda Takdir
113 [S3] Bagian 2 : Kembalinya Sang Pemburu (Chapter 16)
114 [S3] Chapter 17 : Malam Hari
115 S3 Chapter 18 : Pembantaian
116 S3 Chapter 19 : Prinsip
117 S3 Chapter 20 : Tak Terduga
118 [S3] Chapter 21 : Lautan Api
119 [S3] Chapter 22 : Prince of Shadow
120 [S3] Chapter 23 : Menerima Kenyataan
121 [S3] Chapter 24 : Lembah Evolusi
122 [S3] Chapter 25 : Tengkorak
123 [S3] Chapter 26 : Halangan Terakhir
124 [S3] Chapter 27 : Hanya Sekumpulan Orang Cacat
125 [S3] Chapter 28 : Dunia Memang Sudah Kacau
126 [S3] Chapter 29 : Pengakuan Sun
127 S3 Chapter 30 : Sun dan Night
128 [S3] Chapter 31 : Jauh Lebih Buruk
129 [S3] Chapter 32 : Peringkat 21
130 [S3] Chapter 33 : Sifat Asli Vord
131 [S3] Chapter 34 : Kebenaran
132 [S3] Chapter 35 : Penentuan
133 [S3] Chapter 36 : Air Mata
134 [S3] Chapter 37 : Terlalu Gegabah
135 [S3] Chapter 38 : Tujuan
136 [S3] Chapter 39 : Marvin Klaurius
137 [S3] Chapter 40 : Regret
Episodes

Updated 137 Episodes

1
Chapter 1 : Awal
2
Chapter 2 : Kebimbangan
3
Chapter 2 part 1
4
Chapter 2 part 2
5
Chapter 3 : Lembaran Baru
6
Chapter 3 part 1
7
Chapter 3 part 2
8
Chapter 3 part 3
9
Chapter 4 : Beruntung atau Sial
10
Chapter 4 part 1
11
Chapter 4 part 2
12
Chapter 4 part 3
13
Chapter 4 part 4
14
Chapter 5 : Didalam Gelapnya Terowongan
15
Chapter 5 part 1
16
Chapter 5 part 2
17
Chapter 5 part 3
18
Chapter 5 part 4
19
Chapter 6 : "Ellise?"
20
Chapter 6 part 1
21
Chapter 6 part 2
22
Chapter 6 part 3
23
Chapter 7 : Taman Kematian
24
Chapter 7 part 1
25
Chapter 7 part 2
26
Chapter 7 part 3
27
Chapter 7 part 4
28
Chapter 8 : Perjalanan Baru
29
Chapter 8 part 1
30
Chapter 8 part 2
31
Chapter 8 part 3
32
Chapter 9 : Rubah Licik
33
Chapter 9 part 1
34
Chapter 9 part 2
35
Chapter 9 part 3
36
Chapter 10 : Gubuk Tua Di Dalam Gua
37
Chapter 10 part 1
38
Chapter 10 part 2
39
Chapter 10 part 3
40
Chapter 11 : Menentukan Sebuah Nasib
41
Chapter 11 part 1
42
Chapter 11 part 2
43
Chapter 11 part 3
44
Chapter 11 part 4
45
Chapter 12 : Berubah
46
Chapter 12 part 1
47
Chapter 12 part 2
48
Chapter 12 part 3
49
Chapter 13 : Jika Orang Baik Tersiksa, Maka Aku Akan Berubah
50
[S2] Chapter 1 : Diriku Yang Baru
51
[S2] Chapter 1 part 1
52
[S2] Chapter 1 part 2
53
[S2] Chapter 2 : Dinding Raksasa
54
[S2] Chapter 2 part 1
55
[S2] Chapter 2 part 2
56
[S2] Chapter 2 part 3
57
[S2] Chapter 2 part 4
58
[S2] Chapter 2 part 5
59
[S2] Chapter 3 : Jalan Yang Kupilih
60
[S2] Chapter 3 part 1
61
[S2] Chapter 3 part 2
62
[S2] Chapter 3 part 3
63
[S2] Chapter 3 part 4
64
[S2] Chapter 4 : Sesuatu
65
[S2] Chapter 4 part 1
66
[S2] Chapter 4 part 2
67
[S2] Chapter 4 part 3
68
[S2] Chapter 4 part 4
69
[S2] Chapter 5 : Target
70
[S2] Chapter 5 part 1
71
[S2] Chapter 5 part 2
72
[S2] Chapter 5 part 3
73
[S2] Chapter 5 part 4
74
[S2] Chapter 6 : Semuanya Baru Saja Dimulai
75
[S2] Chapter 6 part 1
76
[S2] Chapter 6 part 2
77
[S2] Chapter 6 part 3
78
[S2] Chapter 6 part 4
79
[S2] Chapter 7 : Orang Berjubah
80
[S2] Chapter 7 part 1
81
[S2] Chapter 7 part 2
82
[S2] Chapter 7 part 3
83
[S2] Chapter 8 : Mimpi Paling Indah
84
[S2] Chapter 8 part 1
85
[S2] Chapter 8 part 2
86
[S2] Chapter 8 part 3
87
[S2] Chapter 9 : Pertarungan Paling Monoton
88
[S2] Chapter 9 part 1
89
[S2] Chapter 10 : Titik Darah Penghabisan
90
[S2] Chapter 10 part 1
91
[S2] Chapter 11 : Kekuatan Asli Darwis
92
[S2] Chapter 11 part 1
93
[S2] Chapter 12 : Memori Masa Lalu
94
Side Story : Mimpi atau Kenyataan 1
95
Side story : Mimpi atau Kenyataan 2
96
Side Story : Mimpi atau Kenyataan 3
97
[S3] Prolog
98
[S3] Chapter 1 : Jenius Sejati √
99
[S3] Chapter 2 : Jalan Pulang
100
[S3] Chapter 3 : Di Balik Pintu
101
[S3] Chapter 4 : Pelahap Energi
102
[S3] Chapter 5 : Hanya Ini Kemampuanmu
103
[S3] Chapter 6 : Ti dan Tan
104
[S3] Chapter 7 : Pertemuan
105
[S3] Chapter 8 : Negosiasi
106
[S3] Chapter 9 : Baru Dimulai
107
[S3] Chapter 10 : Tan
108
[S3] Chapter 11 : Keajaiban
109
[S3] Chapter 12 : Penyesalan
110
[S3] Chapter 13 : Kekuatan
111
[S3] Chapter 14 : Akhir Hari Bahagia
112
[S3] Chapter 15 : Roda Takdir
113
[S3] Bagian 2 : Kembalinya Sang Pemburu (Chapter 16)
114
[S3] Chapter 17 : Malam Hari
115
S3 Chapter 18 : Pembantaian
116
S3 Chapter 19 : Prinsip
117
S3 Chapter 20 : Tak Terduga
118
[S3] Chapter 21 : Lautan Api
119
[S3] Chapter 22 : Prince of Shadow
120
[S3] Chapter 23 : Menerima Kenyataan
121
[S3] Chapter 24 : Lembah Evolusi
122
[S3] Chapter 25 : Tengkorak
123
[S3] Chapter 26 : Halangan Terakhir
124
[S3] Chapter 27 : Hanya Sekumpulan Orang Cacat
125
[S3] Chapter 28 : Dunia Memang Sudah Kacau
126
[S3] Chapter 29 : Pengakuan Sun
127
S3 Chapter 30 : Sun dan Night
128
[S3] Chapter 31 : Jauh Lebih Buruk
129
[S3] Chapter 32 : Peringkat 21
130
[S3] Chapter 33 : Sifat Asli Vord
131
[S3] Chapter 34 : Kebenaran
132
[S3] Chapter 35 : Penentuan
133
[S3] Chapter 36 : Air Mata
134
[S3] Chapter 37 : Terlalu Gegabah
135
[S3] Chapter 38 : Tujuan
136
[S3] Chapter 39 : Marvin Klaurius
137
[S3] Chapter 40 : Regret

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!