Dua bulan berlalu, jeng ayu pertama diadakan dikampung Sindang, setiap gadis di kampung bahkan gadis sebrang berbondong-bondong untuk mengikutinya. Wardani tak mau ketinggalan momentum ajang yang terkenal di kampungnya. Wardani sudah menyiapkan kebaya yang dihasilkan dari kerja kerasnya selama ini. Wardani mampu membuat kebaya terbagus di kampunnya. Perjuangan Wardani dari modal mengumpulkan kayu bakar di hutan belantara.
" Doa Nenek tua itu terkabul, Aku ingin bertemu dengannya, dimana aku bisa bertemu. untuk mengucapkan Terima kasih atas doa yang ia berikan padaku, " Batin mengharap
Wardani berharap bertemu sang Nenek tua yang ia temu di tengah hutan belantara, ia mengharapkan untuk mengucapkan terima kasih atas semua doa yang ia panjatkan ke Wardani.
Wardani mencoba untuk mencari dan menemuinya. ia pergi ke hutan belantara untuk mencoba. siapa tau ia akan bertemu Nenek tua lagi, sontak ia teringat dengan pesan Nenek tua tersebut. Namun hati Wardani kangen ingin bertemu dengan Nenek tua tersebut, akhirnya ia menyiapkan bekal untuk nanti malam berangkat ke hutan belantara. Wardani sejenak beristirahat.
Dong !!!
Pukul 12.00 telat, Wardani segera bersiap-siap. Wardani meninggalkan rumah dengan diam-diam melewati jendela kamarnya. Ia terburu-buru untuk segera sampai di hutan belantara. Wardani berjalan secara terburu-buru jalan yang begitu gelap gulita, ia hanya membawa setenteng ocor yang dipegang ditangannya menuju ke hutan tersebut. Jalan yang penuh semak-semak, pohon bambu yang luas yang begitu seram serta kicauan suara seram menghampiri, dengan keberanian Wardani ia terus meneruskan perjalanan untuk sampai di hutan belantara tepat waktu.
Hutan belantara mulai kelihatan dari arah jalan, Wardani menyempatkan jalan kaki untuk menuju ke hutan tersebut. Ia tak sabar untuk menemui Nenek tua itu. akhirnya Wardani sesampai di hutan. suasana yang sepi, sunyi , hening dan penuh suara kicau burung yang menakutkan. Namun Wardani menyiapkan selembar daun untuk tidur sejenak sambil menunggu Nenek tua itu datang menghampirinya.
Muncullah nenek yang berpenampilan seram buruk rupa yang menjelma menjadi nenek yang bertemu Wardani. Yang menghampiri Wardani yang sedang beristirahat.
" Cu bangunlah..., " Ucap Nenek tua
Wardani membuka matanya.
" Nenek, Wardani menunggu Nenek, akhirnya datang juga Nek, " Jawab Wardani sambil membangunkan badannya.
" Kenapa Cucu mencari Nenek, apa ada yang ingin di sampaikan, " Tanya Nenek tua.
" Iya Nek, Wardani ingin berterima kasih atas doa yang Nenek panjatkan buat Wardani, " Jawab Wardani.
" Iya sama-sama Cu, " Jawab Nenek tua.
" Sudah tidak ada yang diceritakan lagi, segeralah pulang sebelum waktu semakin larut, jangan pernah kesini jika tidak ada perlu, " Ucap Nenek tua.
" Siap Nenek, " Jawab Wardani sambil berjalan meninggalkan hutan.
Wardani bergegas pulang ke rumah disaat masih larut malam, ia bergegas pulang agar cepat sampai di tujuannya.
Nenek Ripa yang menjelma menjadi sosok Nenek yang menemuinya saat itu. Seketika berubah menjadi buruk rupa. Namun datanglah Nenek Sumali, Nenek asli yang saat bertemu dengan Wardani.
" Hey... Nenek buruk rupa yang jahat, berhenti menganggu gadis yang terjebak di hutan ini. Jangan kau mengajar orang lain Sekutu untuk menjadi budak mu. " Ucap Nenek Sumali.
" Diam kau Sumali, jangan ikut campur dengan ku. Kau salah satu yang membuat ku menjadi murka dengan ulah mu itu, " Jawab Nenek Ripa dengan suara keras serta tertawa.
" Itu bukan salah ku, itu salah mu mengapa kau melakukan hal sebodoh itu?, " Sahut Nenek Sumali.
" Aku akan menjadikan Wardani sebagai pengikutku, dia akan menjadi wanita tercantik yang akan menyembahkan tumbal para jaka yang akan kuambil darahnya serta kehormatannya agar aku awet muda, " Jawab Nenek Ripa.
" Silakan jika kau bisa, " Sahut Nenek Sumali sambil menantangnya.
Nenek Ripa menghilangkan diri, namun Nenek Sumali harus melindungi Wardani dari rencananya. apa yang terjadi, Apakah Wardani mengikuti Nenek Ripa atau yang lainnya.
###
Keesokan harinya, di dekat kantor desa Sindang terdapat tempat yang di beri nama sirona ayu yang digunakan untuk tempat jeng ayu dilaksanakan setiap tahunnya. Warga sibuk mempersiapkan semua keperluan untuk acara puncak di kampung Sindang yang terkenal itu. Riasan panggung yang begitu mewah, tempat lurah dan para tamu desa sebrang yang begitu memukau, para gadis di seluruh penjuru berdatangan dan menuju ke tempat yang sudah di sediakan. Makanan dan minuman pun berdatangan dari kota pesanan pak lurah.
Kesibukan para remaja dan gadis di kampungnya, sangat antusias dalam acara jeng ayu. Semua telah siap, semua tertata dengan konsep.
" Wardani sungguh meriah acara nanti malam, kau siap sahabat, " Ucap Ningsih.
" Siap, kalian selalu ada buat ku, Terima kasih sahabat, " Jawab Wardani sambil memeluknya.
" Lihat itu, Trimoko terlihat tampan dan gagah, " Sahut Suwarni terheran.
" Wau tampannya... , " Sahut Ningsih.
" Cie... Ada yang terpesona tu, seneng banget kayaknya, " Sahut Rahma sambil berjalan mengambil perlengkapan.
" Hust memang aku suka dia , " Jawab Wardani dengan senang.
Tak disangka terdapat gadis didesa sebrang yang menghampiri Wardani.
" Jangan ngimpi lho gadis jelek, Trimoko itu milih ku tidak ada yang bisa memilikinya, " Ucap Endah.
" Hey lo juga jangan dekati Trimoko, dia juga milikku, " Sahut Ratna.
" Sudah Wardani tinggal gadis yang gak jelas, " Sahut Ningsih sambil menariknya.
" Dasar gadis buruk rupa, " Sahut Ratna dengan marah.
Lima jam kemudian jeng ayu di mulai, para pemimpin desa berbondong-bondong datang dengan menaiki kuda dari arah pintu masuk. para gadis untuk bersiap merias secantik mungkin, larut malam acara pun di mulai, para wanita menampilkan kecantikannya. Trimoko datang bersama kawannya mencari tempat untuk melihatnya tak melainkan Hartono melihat dari kejauhan.
Acara pun dimulai para gadis bergilir untuk keluar di atas panggung. Saatnya Wardani keluar dari dalam ruang rias, namun Trimoko langsung membuat malu Wardani di depan panggung dengan ucapannya, Jeng ayu menjadi kacau penuh dengan sorakan dan penuh dengan hinaan yang diperoleh Wardani sekeluarganya.
" Turun gadis buruk rupa, pembawa kutukan di kampung ini, " Ucap Trimoko sangat keras.
" Diam... Kau ngomong ngawur, " Jawab Biyung dari tempat duduk belakangnya.
" Kau anak lurah disini harusnya kau mampu memberikan kenyamanan dan tidak menghina dari anak kampung mu sendiri, jika Wardani putri- putriku pembawa sial sudah kampung ini terkenal musibah atau yang semacamnya, lihat sekarang tidak ada apa-apa, " Ucap Abah dengan marah.
" Dasar kak Trimoko jahat, bejat dan asal bicara, " Sahut Rahma dengan marah menghina kakaknya.
Wardani hanya menangis di atas panggung dengan terbata-bata, sahabatnya menghampiri keatas Panggung untuk menghibur dan menyemangatinya.
" Sudah sahabat aku tau perasaan mu, " Ucap Ningsih dan Suwarni sambil memeluknya.
" Ku tak Terima di hina dan dipelecehkan keluargaku di hadapan semua kampung Sindang," Jawab Wardani dengan penuh rencana balas dendam.
" Hey Trimoko yang terhormat, gimana dengan dirimu sendiri , yang kejadian di rumahku kau dalang semuanya kan, kamu lupa ya, " Tanya Wardani dengan berani.
" Apa yang kau ucap gadis buruk rupa, " Jawab Trimoko tertawa terbahak.
" Kau boleh lupa tapi kau tak akan lupa dengan cincin akik hitam pemberian Romomu yang terjatuh di belakang rumahku saat kau memiliki rencana buruk terhadapku, Trimoko, " Jawab dengan sengit.
" Mengapa cincin itu bisa jatuh, Romo sudah bilang padamu jangan boleh jatuh, " Sahut Romo dengan marah.
" Kemari Trimoko, " Ucap Romo memanggilnya.
Plak!!!
Pipi Trimoko merah dengan tamparan sang Romonya.
" Dasar gadis buruk rupa, gadis pembawa sial kutukan kampung dan keluarga setan, " Ucap Trimoko.
" Diam kamu Aku tak setuju kau memalukan keluarga ku lagi, " Jawab Wardani dengan berlari meninggalkan panggung.
Seketika itu Hartono mengikutinya dan menemuinya serta memberikan hiburan untuknya.
" Assalamu'alaikum Wardani, bolehkan aku kesitu, " Ucap Hartono dengan halus.
" Waalaikumsalam mas Hartono, ada apa mas, " Jawab Wardani dengan meneteskan air mata.
" Sudah jangan kau hiraukan ucapan Trimoko tadi, lupakan buka lembaran baru dan kau perlu bahagia, " Jawab Hartono dengan lembut.
" Terima kasih mas Hartono selalu ada buat Wardani, " Jawab Wardani.
" Kalau begitu ayo pulang, gadis tak boleh sendiri di hutan, Abah dan Biyungmu pasti khawatirkan kamu, " Ucap Hartono dengan membujuknya agar pulang.
" Mari mas Hartono, " Jawab Wardani.
Akhirnya mereka berjalan untuk pulang kerumahnya masing -masing, malam semakin larut dan mulai tengah malam yang begitu sepi. Apakah Wardani mengikuti Jeng ayu di tahun depan dana apakah ada perubahan pada dirinya.
###
Assalamu'alaikum minta dukungan author dalam berkarya ya, vote, like, serta share karya author ke teman kalian ya,
Karena vote, like dan share adalah penting untuk saya.
Ojo lali lho yo komentar, kritik dan saran untuk perbaikan.
Ayo tungguin kelanjutan ceritanya seru banget....
Matur suwun salam oc ( ochim chim).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
mama aca
aku sudah memberikan like dan vote ya Thor,, tetap, semangat dgn karyamu 💪😁
2021-06-01
2