“Baiklah, kita akan membuat ini sesederhana mungkin saya kira. Perceraian langsung tanpa bertele-tele. Bu Cathy minta tak ada wartawan, walaupun tak mungkin. Hak asuh akan ke Ibunya seperti biasa, plus Bu Cathy sama sekali tidak mau mempermasalahkan gono-gini, hanya tunjangan anak secara sukarela, jadi mari kita buat kasus ini selesai dan melanjutkan pekerjaan kita.” Aku langsung ke pokok pembicaraan dan mengatakan semua yang kupikir bisa berhasil.
Tapi langsung dipotong tentu saja. Ini tak sesederhana itu.
“Bu Kayla, masalah hak asuh akan tetap dikeluarga Pak Yongky. Itu tidak kita setujui.”
“Putri mereka baru berusia lima tahun. Bagaimana mungkin hak asuh ke Ayah. Ibu akan pasti menang soal itu.” Aku masih berusaha menyederhanakan kasus.
“Bu Kayla, lebih baik Ibu sudah bicara ke Bu Cathy lagi. Kenapa anak mereka ada di rumah Ibu Pak Yongky. Disini ada Pak Herman di bagian pidana, karena mungkin kita akan bicara tentang penganiayaan anak dan buktinya nanti jika ini diteruskan.” Penganiayaan anak! Jadi itu alasan kenapa Herman ada disini.
Aku langsung diam melihat kearah Alan. Dan saat paling kubenci adalah saat klienku tak mengatakan semua masalahnya sehingga aku terlihat bodoh di depan pengacara lawan. Bagaimana aku bisa membantu mereka jika mereka tidak menceritakan jelas apa masalah mereka. Alan tersenyum padaku. Dia mengangsurkan sebuah dokumen yang kubaca dengan cepat.
“Pak Yongky juga ingin membuat semua ini mudah. Dia menawarkan kesepakatan Bu Kesyha bisa mengunjungi anak mereka kapan saja. Tapi hak asuh akan tetap dipegang oleh keluarga Pak Yongky. Dan Pak Yongky menawarkan sejumlah yang saya rasa sangat cukup dan murah hati sebagai tunjangan perceraian selama dua tahun. Ini akan cepat, mudah, dan sama seperti Bu Cathy Pak Yongky juga tidak mau bertele-tele...”
Alan duduk menyender ke kursinya kemudian. Awalnya aku berharap kasus ini tak rumit, ternyata well... harapanku tak berhasil juga.
“Sepertinya tak bisa tanpa wartawan. Wartawan sudah bikin kasak-kusuk pas acara penghargaan televisi kemarin suami istri tak muncul bersama. Cuma Bu Cathy saja yang muncul di sana, plus Bu Cathy menuruti dorongan hatinya menghapus link media social mereka. Gosip sudah terlanjur menyebar, saat kita mendaftarkan sidang mereka wartawan akan langsung tahu...” Alan melanjutkan.
“Ini kasus perselingkuhan dan Pak Yongky yang berselingkuh. Kasus seperti ini tak pernah dimenangkan pihak yang berselingkuh.” Aku mempertahankan pendapatku.
“Kau pasti belum melihat ini...” Sekarang Herman yang bicara. Dia mengansurkan map lainnya.
Dan ini adalah, ...laporan visum! Foto memar dibeberapa tempat! Bekas cubitan seorang anak yang kutahu adalah anak mereka. Aku membeku ditempatku.
“Apa Ibu Kayla tahu, klien Anda punya kelainan bipolar.” Perkataan selanjutnya dari Herman membuatku langsung melihat kearahnya.
“Bipolar...” Aku mengulang phrase itu.
“Ya bipolar. Bu Kayla, jika ini diekspos akan besar dampaknya bagi karier Bu Cathy. Sangat disayangkan kariernya sedang di puncak popularitas. Lebih baik Ibu bicara ke Bu Cathy lagi untuk menerima pengaturan Pak Yongky. Dan kemudian kita akan lakukan ini dengan cepat tanpa banyak kerusakan di pihak manapun. Posisi tawar kami sangat jelas, walaupun ini diawali kasus perselingkuhan tapi perebutan hak asuh tidak bisa dimenangkan Bu Cathy, tapi tetap Pak Yongky berbaik hati tidak menghalangi pertemuan Ibu dan anak jika kasus ini selesai...”
Aku diam. Penderita bipolar, alasan tindakannya yang mungkin dipicu stress kasus perselingkuhan. Ini tetap punya peluang menang tapi seperti yang dikatakannya pertaruhan yang dibuat besar, jika tetap berkeras, karena pihak lawan juga tak akan membuat ini mudah bagi kami. Dan Cathy tak mengatakan ini padaku. Aku menghela napas frustasi...
“Saya rasa saya tidak bisa memutuskan apapun sekarang,...” Aku perlu mundur sekarang. Tak ada gunanya berkoar-koar di pertemuan pertama.
“Saya kira juga begitu.” Alan menyambung perkataanku dan ikut mundur.
“Bagaimana kasus Jennifer dan Derrick , itu ramai sekali. Perceraian biasa saja bisa seramai itu. Anda sangat sering wira-wiri di televisi belakangan bersama Jennifer.” Dia tertawa mengomentari kasusku yang lain.
“Mereka artis, perceraian juga sumber uang bagi mereka. Semangkin heboh, semangkin banyak drama semangkin bagus... Saya hanya ikut berperan dalam dramanya plus setengahnya penulis naskah.” Aku tersenyum dan Pak Alan mengangguk mendengar perkataanku. Kami pengacara membela kasus dan kepentingan klien kami, diluar itu kami biasa saja tidak bermusuhan secara pribadi. Jadi pembicaraan seperti ini sebenarnya biasa-biasa saja.
“Bu Kayla juga jadi artis nampaknya belakangan... Sebentar lagi rubah profesi jadi pemain sinetron.” Sekarang Herman yang bicara. Aku tersenyum kecil.
“Mungkin bisa... Tapi kurasa Pak Herman lebih berbakat.” Aku melirik pada Herman sekarang. Dia melihatku tanpa berkomentar.
“Oh Bu Kayla kenal dengan Pak Herman, beliau pengacara pidana. Belum pernah ke perdata saya kira, saya tidak tahu kalau dia juga bisa jadi pemain drama.” Pak Alan melihat ke Herman.
“Ohh, dia pemain yang baik. Tak diragukan.” Aku membalas Pak Alan. Tapi Herman tak menjawabku dan Pak Alan tidak berkomentar lagi tentang Herman kemudian.
Pertemuan berakhir tak lama kemudian. Karena aku harus bicara ke klienku tentang apa yang sebenarnya terjadi.
“Bisa kita bicara sebentar.” Herman tiba-tiba meminta waktu bicara denganku saat kami keluar dari ruangan meeting. “Bro Alan, aku belakangan.” Aku menghela napas.
“Fine.” Dan tak keluar dari ruangan meeting
“Bro Alan, aku belakangan.” Dia berputar menghadap ke arahku setelah kami berdua sementara aku menghenyakkan diriku ke kursi.
“Ada apa?” Aku sebenarnya malas berbasa-basi. Lagipula kami sudah lama tak bertemu.
“Bagaimana kabarmu.”
“Masih hidup, lebih baik dan tambah kaya.” Jawabanku memang seenaknya. Tapi itu kebenaran.
“Kau masih membenciku. Sudah bertahun-tahun kau masih tidak bisa menerima aku melakukan itu untuk membuat semuanya mudah?”
“Saya bodo amat soal masa lalu... Bisa kita fokus ke kerjaan kita saja. Lagipula kita gak harus kerjasama sekarang. Kenapa harus mempermasalahkan masa lalu.” Dia menghela napas.
“Fine...”
“Fine...” Aku tak tahu aku memberi tekanan kepada suaraku sendiri, harusnya ini bukan sesuatu yang membuatku terpengaruh lagi. Kami berdiam diri sekian lama dan menyisakan ruang sunyi diantara kami, di masa lalu ruang sunyi seperti ini diisi saling berpegangan tangan dan bertatapan satu sama lain. Sebelum semuanya kemudian jadi kenangan menyakitkan.
“Aku senang kita bisa bertemu lagi. Dan melihatmu baik-baik saja.” Kata-katanya membuatku melihatnya, sebelum dia pergi meninggalkanku.
Apakah aku senang melihatnya lagi?
Tidak, dia menambah roller coaster yang tidak perlu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 360 Episodes
Comments
anisa f
keysha itu sapa?
2023-04-12
0
Tinna Augustinna
ad berita ap d masa lalu,
2023-01-11
0
⏤͟͟͞͞R❦︎
baca ulang
2022-12-15
0