Apa Herman bekerja di Jakarta? Dia mengurus cabang perusahaan keluarga di Bandung saat dia bergabung menjadi salah satu senior associate dulu. Apa sekarang dia meninggalkan cabang di Surabaya dan kembali ke Jakarta, atau ini kliennya dari Surabaya. Aku melihat data bahwa kliennya adalah kelahiran Surabaya.
Mungkin dia semacam direkomendasikan oleh keluarga dan mencari partner pengacara perdata yang lebih khusus. Aku ingin tahu tapi aku tak bisa meneleponnya tentu saja, kecuali jika kami bertemu untuk kasus. Sementara aku harus bicara dengan klienku soal fakta baru kasus yang kutangani.
Semua pertanyaan berputar di kepalaku. Aku penasaran tentang dia. Dan sekarang aku jadi stalking account media sosialnya lagi . Ada beberapa post, nampaknya dia memang di Jakarta sekarang. Tempat tinggalnya menjadi di Jakarta. Dan entah kenapa aku jadi senang dengan kenyataan dia berada di Jakarta sekarang, padahal aku sudah lama tidak pernah mengingatnya lagi.
“Cantik, aku bawain sarapan.” Sebuah box restoran fast food dan kopinya ada didepanku. Aku menatap Kenneth yang sudah tersenyum manis duduk didepanku Senin pagi itu. Plus dengan box-nya sendiri, tanpa ragu kemudian duduk didepanku dan mulai makan.
“Tumben beliin gue sarapan? Thanks,...” Aku memperhatikannya. Jangan bilang anak boss ini lagi PDKT, setelah kemarin dia menyimpulkan aku tak punya pacar sama sekali. Tapi gak mungkinlah cewe-cewe yang dideketnya cakepnya nauzubillah.
“Keinget lu, pas lagi beli ya udah sekalian,...” Hmm kenapa dia teringat padaku. Mencurigakan.
“Ini pake syarat?”
“Hah? Syarat? Maksudnya syarat?”
“Ini dalam rangka apa? Lagi baik-baikin gue buat apa?”
“Dalam rangka laper. Makan. Beli sarapan dalam rangka apa? Ckckck... Pengacara perceraian emang pikirannya canggih, dikit-dikit curiga. Ampe beli sarapan aja dicurigain,...” Dia mengomel panjang pendek didepanku. Membuatku mengulum senyum menanggapinya.
Aku mulai makan kemudian, sambil membaca email yang masuk ke ponselku.
“Makan ya makan, jangan sambil kerja.”
“Gak ada kunjungan ke klien lu.” Dia pengacara korporat. Juga sudah punya banyak klien perusahaan tetap.
“Sore gue ke Bandung ampe Rabu. Mau oleh-oleh apa?”
“Gak usah.” Aku menjawabnya singkat. Dia teman yang baik sering membawakanku oleh-oleh jika dia tugas keluar kota.
“Pak Keeeen.” Seorang melonggok di pintu. Marinka, masih junior associate. Berbeda hampir 5 tahun dariku. Cantik dan masih muda, posisinya adalah koordinator senior di front office. Menyapa Kenneth dengan manja, salah seorang pengemarnya dikantor ini kukira. Yang ini dijulukinya terlalu cerewet, makanya dia memang cocok di front office.
“Ihh sarapan. Kok sama? Pak Ken Mari kok gak dibeliin.” Selalu menyapa dirinya sendiri dengan Mari. Nampaknya dia melihat Ken dari pintuku yang masih terbuka.
“Sana, belilah sendiri dibawah suruh OB.”
“Mba Kayla dibeliin, aku kok engga.” Kenneth menarik napas dengan tak sabar.
“Terus maunya gimana. Harus saya yang turun?” Gadis cantik itu diam. Mungkin tak menyangka Kenneth akan seketus itu dengan candaannya. Tapi biasanya Kenneth memang jarang ketus entah kenapa kali ini dia begitu.
“Aku teleponin OB Mar, ... mau paket yang sama.” Aku turun menengahi.
“Gak usah Mba...” Dan dia memanggilku Mba karena aku lebih senior. “Saya ada kerjaan didepan. Saya pergi saja. Makasih Mba.” Dan dia langsung balik badan dan meninggalkan ruanganku.
“Ketus banget, dia kan becanda doang, marah tuh penggemar lu.”
“Gue bukan artis yang butuh penggemar.” Dia melanjutkan makan dengan tak perduli.
“Bukannya kau pernah jalan dengan Mari?” Pertanyaannya membuatnya melihat ke arahku.
“Darimana kau mendengar itu?”
“Buktinya dia bisa memanggilmu dengan akrab begitu.”
“Kan beberapa kali doang, dan seperti yang gue bilang dia terlalu berisik...” Gue senyum doang nanggepin dia. Dia tampaknya tak begitu suka pembicaraan soal Mari.
“Berarti dia ngarep Bro...” Komentarku tak ditangapinya sekarang. Kenapa dia jadi diam begitu. Biasanya dia mengomentari dengan bicara soal kesannya terhadap gadis yang kami bicarakan.
“Sudahlah, jangan ngomongin saya lagi.” Dia diam sebentar.”Sebentar lagi akhir tahun, kau tak kembali ke Surabaya?”
“Iya, tanggal 23 aku pulang sekaligus cuti.”
“Ohh, tanggal 23. Hari Jumat minggu depan ya...”
“Kenapa emang?”
“Engga nanya doang, udah beli tiket? Naik apa kesana? Tiket sekarang berapa kesana... ” Aku menyebutkan sebuah maskapai penerbangan, dia mengangguk dan tak bertanya lagi.
“Ya udah, sampai ketemu Kamis.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 360 Episodes
Comments
Tinna Augustinna
mo nyusul neng buat kejutan kyk bang Danil
2023-01-11
0
Gabrielle
Kenken❤️❤️
2022-09-03
0
Iis Yuniarti
kereeen
2021-11-08
0