“Kenapa kau menjebakku seperti ini, aku hanya minta bantuanmu tadi, lain kali aku tak akan menyusahkanmu?” Menyesal, harusnya aku memikirkan akibat tindakanku tadi. Sekarang situasi menjadi kacau. Aku tak menyangka Kenneth akan menganggap ini serius. Kupikir ini hanya permintaan tolong sederhana dan tidak akan panjang.
“Aku tak menjebakmu. Kau yang memulainya sendiri dan harus diselesaikan.” Kenneth berkeras tak memberikan kompromi padaku.
“Aku hanya terbawa perasaanku sendiri tadi. Aku akan menanganinya sendiri...”
“Aku tak bisa didebat olehmu Kay. Pilihanmu dua, kau jalan denganku atau aku langsung bilang pada Herman kau menangisinya. Aku akan mempermudah ini buatmu.” Dia memotong perkataanku dan sama sekali tak melihatku saat kami mengemudi pulang ke kantor. Kenapa dia serius sekali. Kenapa dia mau jalan denganku.
“Kenapa kau membuang waktumu denganku.” Dia mendengus mendengar pertanyaanku tapi sama sekali menolak menjawab. Kami sama-sama diam dan sampai di lobby kantor yang tak jauh dari mall tempat kami makan.
“Pikirkan jawabanmu besok, jalan bersamaku atau kuberitahu pada mantanmu itu.”
“Ken, jangan lakukan ini.” Aku memohon sambil memegang tangannya.
“Oh, sudah terlambat kau memohon. Berhentilah mencoba. Aku serius aku akan mengatakan pada mantanmu itu.” Dia menatapku, keremangan cahaya memantulkan kilau tekad dimatanya. Aku tahu dia serius dengan ancamannya dan demi apapun aku tak mau terlihat bodoh didepan Herman yang tidak pernah memperdulikanku. “Pulanglah, hati-hati di jalan...” Dia turun dari mobilku dan masuk ke lobby gedung tanpa melihatku lagi.
Astaga masalah cinta ini, kenapa harus muncul sekarang.
\=\=\=\=\=\=\=\=
Aku bangun dengan pikiran lebih jernih. Kupikir Ken entah bagaimana hanya ingin membantuku, seperti biasa kami memang terkadang jalan berdua. Kurasa dia tidak terlalu serius soal pacaran seterusnya bukan? Selama enam tahun kami jadi teman, tak pernah dia maju lebih jauh. Mungkin juga nanti menganggapku terlalu pintar, atau terlalu pembangkang jadi kami tak melanjutkan ... Dia mungkin tak serius seperti dengan wanita-wanita sebelumnya.
Itu lebih baik daripada membuang harga diriku di depan Herman. Aku memang mungkin bodoh selama enam tahun ini tak bisa lepas dari perasaanku sendiri. Baiklah,mungkin aku sedikit bisa membuat peraturan tentang term pacaran kami.
Sudah mau akhir tahun, aku akan cuti sepuluh hari diakhir tahun. Kembali ke Surabaya. Tinggal semingguan lagi. Masalah pacaran ini tak akan mempengaruhiku terlalu banyak. Lagipula ini hanya akan bertahan paling lama enam bulan, dia juga tak pernah bertahan lebih dari enam bulan kurasa. Jika dia menemukan pacar lain aku tak akan menghalanginya.
“Pagi Ayang,...” Dia datang begitu saja keruanganku pagi ini saat melihat aku datang dari ruangannya yang terletak satu lantai denganku, dengan senyumnya seperti biasa plus dua kotak makanan ditangannya. Kadang kalau dipikir-pikir dia memang baik. “Sarapan.” Dia membuka kotak mie itu dan memberikannya padaku.
“Thanks.” Dan aku terbiasa menerima kebaikannya tanpa memikirkan dia ingin sesuatu dariku.
“Aku ada harus keluar kota lagi besok, aku harus ke Manado. Baru kembali Selasa,...” Tiba-tiba dia langsung ke pemberitahuan kemana dia harus pergi. Dia tak membahas masalah kami malam sebelumnya? Mungkin dia berubah pikiran. Baguslah.
“Ohh oke.” Mungkin lebih baik aku mendiamkannya saja. Dia fokus ke handphonenya sambil makan. Entah apa yang diketiknya. Aku memilih melihat handphoneku sendiri.
“Orang-orang bodoh ini... “ Dia menggerutu sambil mengetik lagi di ponselnya. Nampaknya banyak yang membuatnya sibuk pagi ini selain sarapannya. Dia makan sambil mengetik dan membalas chatnya. Lebih baik aku tak menggangunya.
“Sayang, aku harus pergi. Ada meeting diluar. Kita akan bertemu untuk makan malam...” Ehh tunggu dulu? Sayang? Dia langsung beranjak... Dan aku merasa aku harus bertanya dengan jelas soal sayang ini.
“Ken...” Dia menoleh karena panggilanku.
“Hmm, apa?” Hampir membuka pintu tapi belum keluar dan setengahnya masih memperhatikan ponselnya.
“Kenapa kau memanggilku sayang.” Dia melihatku sekarang.
“Kau pacarku. Apalagi? Kau memutuskan untuk kembali mengejar Herman?” Pertanyaannya mengatakan seakan ini adalah masalah kecil antara memilih antara makan padang dan makan bakso.
“Tidak...”
“Ya sudah, baguslah. Aku pergi dulu. Kita ketemu nanti malam.” Dan dia pergi begitu saja tanpa memberi kesempatanku lagi untuk bicara. Aku binggung sekarang. Dia menganggap aku pacarnya seperti kami sudah lama pacaran. Seperti tak ada sesuatu yang besar terjadi semalam.
Ini sebenarnya aku yang salah menanggapi situasi, atau bagaimana? Atau mungkin dia rancu antara teman dan pacaran. Mungkin pacaran hanya sebuah kata, dimana dia bebas memanggil Sayang!
Astaga aku bisa gila memikirkan ini! Sementara pekerjaanku menunggu. Fokus Kay! Cinta adalah omong kosong yang harus kau tinggalkan. Kenapa kita harus memikirkan cinta.
Kenneth paling banter hanya bertahan 6 bulan! Semangat Kay! Aku hanya bisa meyakinkan diriku sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 360 Episodes
Comments
Rahmadina
Kay terjebak cinta Kenp😄😄😄
2022-04-04
0
salmiah
Kenneth jangan hanya jajdi Cameo dong
2021-08-19
0
Fatrizia
Kenneth punya senjata ampuh
2021-08-19
0