"Kay, punya partner itu harusnya membahagiakan. Bukan sebaliknya... Jangan menutup diri buat bahagia." Perkataan Kenneth membuatku tersenyum saat kami berjalan ke tempat makan.
"Kata siapa aku tak bahagia? Aku punya banyak hal yang membuatku bahagia...." Aku melihat Kenneth dengan tersenyum diantara makan malam kami. "Ken, mungkin kau harus menurunkan harapanmu untuk mencari yang sempurna. Kau terlalu pemilih."
"Aku tidak mencari yang sempurna, hanya mencari seseorang yang cocok di hati..."
"Hatimu sangat pemilih." Aku menyambung perkataannya dengan cepat.
"Tidak juga." Dia tertawa, kenapa pria setampan ini laj*ang. Tak heran banyak wanita di kantor yang berani bikin drama di kantor untuk memperebutkannya. Jika aku ketahuan single dan jalan dengannya akan banyak pengemarnya yang membenciku di kantor.
"Jangan bilang ke yang lain aku single. Aku ingin tetap begitu." Kenneth memandangku tapi tak menjawab.
"Sudah mau akhir tahun lagi, tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Tahun ini kita mengkilap ya. Dan kau mungkin sekali tahun depan sudah jadi partner. Laporan keuangan tahunan diumumkan Maret... aku melihat laporan sementara. Namamu ada di urutan ke 3. Tahun sebelumnya kau juga masuk sepuluh besar, walaupun ke 6."
"Aku partner..." Mataku membulat, aku baru bekerja hampir 6 tahun. Partner adalah pencapaian luar biasa di tahun ke 6.
"Beneran Ken?!" Aku memegang lengannya saking terkejutnya.
"Hmm tergantung rapat para partner nanti, tapi kurasa gak disangsikan lagi. Kalo gak kau bisa diambil firma lain. Yang pasti gue akan ngedukung lu di rapat..."
"OMG. Partner!" Aku mer*emas lengannya dengan kuat. Tak ada yang bisa menghentikan senyumku lagi malam ini.
"Aku belum tahu pastinya, tapi melihat gelagatnya sepertinya tak salah lagi..." Sekarang aku bergelayut ke lengannya.
"Thanks ya Ken, pas aku masuk sini juga kamu banyak banget support aku. Aku hutang budi sama kamu." Dia sebenarnya kakak kelasku waktu di universitas. Kami pernah bekerja sama waktu terlibat di Senat.
"Apapun buat kamu sayang..."Dia ketawa.
"Jangan sayang-saya*ngan ama gue deh. Nanti pasaranmu turun." Dia ngakak dengen komentar asal aku.
"Kayla." Seseorang memanggilku, aku menoleh sepertinya suaranya kukenal. Bukankah suara ini....
“Oh, Herman.” Aku sontak melepas tangan Ken. Tapi seorang gadis cantik ada disampingnya. Mungkin pacarnya. Perasaan kecewa menyeruak begitu saja membuatku jengah. Tapi apa yang kuharapkan, dia di Jakarta saja dia tak pernah menghubungiku.
“Tidak disangka kita bertemu...”
“Temanmu sayang. Hai aku Mila\, pacarnya.” Wanita itu langsung menyalamiku langsung\, tentu saja dia pacarnya. Aku bo*doh heh! Setelah bertahun-tahun aku masih mengharapkan dia... Kau sungguh bod*oh Kayla.
“Hai, aku Kayla. Ini pacarku Kenneth.” Dan seketika keinginanku untuk membalasnya muncul.
“Hai, Kenneth.” Gantian Kenneth yang menyalami mereka. Tapi dia tidak protes apapun soal klaimku, sandiwara itu berjalan mulus tanpa hambatan. “Temanmu?” Tapi sekarang Kenneth penasaran dan bertanya didepan siapa aku harus membuatnya menjadi pacar.
“Ohh iya, dulu dari Surabaya. Sekarang ketemu di kasus baru...”Aku terpaksa menjelaskan, semoga dia tidak mengambil hati, aku tak sadar terbawa perasaan marahku sendiri saat mengakui itu.
“Ohh kasus bipolar itu.”
“Iya...” Aku menjawab singkat. Sementara Kenneth menatap lekat mataku. Setelah ini aku pasti kena masalah. Dia tak mungkin melepaskanku begitu saja tanpa keterangan lebih lanjut.
“Ohh, pacarmu pengacara juga.” Herman yang bertanya sekarang.
“Partner di Jonathan Tulos.” Kenneth yang menjawabnya langsung.
“Aku Partner di Hutomo.” Kedua laki-laki ini apakah sedang pamer posisi mereka sekarang? Ohh, Herman Partner di Hutomo?
“Wahh, kalian keren semua, hanya aku yang profesinyanya berbeda.” Pacarnya Herman yang bernama Mila itu ikut dalam pembicaraan.
“Ohh ya, kau profesional bidang apa...”
“Aku seorang model.” Kenapa aku sekarang ingin tersenyum sinis, baiklah aku tak meremehkan, tapi kurasa Herman tak menganggapnya serius. Aku tahu siapa dia, bagaimana pikirannya bermain. Tapi baiklah anggap saja aku salah mungkin gadis ini berbeda.
“Ohh, itu keren tentu saja.” Aku akhirnya memuji sambil tersenyum. Tapi jika Herman tahu itu bisa berarti sarkasme, aku yakin dia tahu.
“Kita baru mau makan malam. Kalian mau ikut...” Kata-kata Kenneth membuat aku menoleh padanya. Dia tersenyum kecil padaku, apa yang sedang direncanakannya.
“Boleh...” Dan Herman langsung menerima ajakannya.
“Kami mau ke restoran sushi favorit Kay tadinya. Apa boleh...” Dan Kenneth merangkul bahuku dan berbisik. “Ingat kita pacaran.” Dia berbisik kecil sambil tersenyum padaku. Kali ini aku terperangkap sandiwara yang kumulai.
“Oke, bagaimana Mila,...”
“Boleh, aku mau-mau saja.” Persetujuan Mila memastikan bahwa siks*aan ini ternyata masih berlanjut. Aku terpaksa menurut saat Kenneth membimbing tanganku.
“Tenanglah, kau bisa mengatasi ini.” Dia berbisik sambil tersenyum, saat kami berjalan didepan. Apa yang ada dikepalanya. Tak bisakah dia membiarkan aku lolos dari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 360 Episodes
Comments
Dyah Oktina
kent kayaknya suka sm kay.. tp yg d suka dah nutup diri krn cinta sebelah kah?k herman
2024-01-11
0
Aurora
Pengen dukung kenken deh🤗🤗
2022-09-03
0
Evelyne
terperangkap sandiwara sendiri karena cemburu ya Thor...
2022-05-18
0