CH-6

Ia sudah tidak sanggup membayangkan bagaimana keadaan Martha pada saat itu, tak sadar ia pun meneteskan air matanya.

Maria pun memecahkan tangisannya, ia menangis sangat histeris, akibat keegoisannya, keserakahannya, tanpa sengaja ia mendorong saudara kembarnya itu kedalam jurang kematian. Ia sungguh merasa bersalah, tangannya memukul-mukul dadanya, sangat sesak rasanya, mendengar kematian saudara sendiri, dengan sangat menyedihkan tanpa ada satupun keluarga disisi saudaranya itu.

Maria menangis sangat histeris, para pelayan yang ada dilantai bawah terkejut mendengar Nyonya mereka menangis seperti itu, berbagai macam pertanyaan muncul dibenak mereka, mereka menghampiri kamar Tuan dan Nyonya mereka, mengetuk-ketuk pintu kamar.

Jakson yang menyaksikan istrinya menangis seperti itu merasa sangat kasihan dia khawatir Maria drop lagi, diraihnya tangan Maria, dituntunnya untuk duduk kembali disofa. Namun tak berapa lama, mungkin karena terlalu lelah menangis, Maria jatuh pingsan. Jakson sangat panik.

Didengarnya suara ketukan pintu, ia pun segera membuka pintu, dilihatnya para pelayannya datang, ia pun langsung memerintahkan supir mereka agar menyiapkan mobil untuk kerumah sakit, ia sangat takut terjadi hal buruk pada Maria, dibopongnya istrinya dengan bantuan para pelayan itu, sesampai dilantai bawah mereka memasukan mobil yang sudah disiapkan, Jakson dan supirnya pun langsung melarikan Maria kerumah sakit.

Kanaya yang berada dikamar tamu yang terletak dilantai bawah, sayup-sayup mendengar suara-suara ribut dari luar sana, ia ingin melangkahkan kakinya turun dari tempat tidur, tapi kepalanya tiba-tiba sangat pusing, ia pun memutuskan untuk duduk sambil menyandarkan kepalanya.

Bik Atik pembantu rumah tangga disitu datang memasuki kamar Kanaya, membawakan makanan siang untuk Kanaya.

“Sudah bangun Non,” tanya bik atik sembari tersenyum, Kanaya hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum kecil.

“Ini saya bawakan makanan siang untuk Non,” kata bik Atik sambil menyerahkan nampan berisi makanan tersebut.

Kanaya menerimanya, dan meletakkannya dimeja samping tempat tidurnya. Mengingat suara-suara tadi Kanaya pun bertanya pada bik Atik.

“Bik, kalo boleh tahu tadi pas saya tidur, saya mendegar suara-suara ribut diluar, ada apa ya bik, apa terjadi sesuatu bik ?” tanya Kanaya penasaran.

“Em, itu Non, anu, Nyonya besar tadi menangis histeris dan jatuh pingsan, kita tidak tahu apa penyebabnya, cuman kalo dilihat dari wajah Tuan besar, Tuan juga sepertinya habis menangis, tapi tidak tahu apa penyebabnya Non,” ucap bik Atik dengan wajah kebingungan.

“Oh begitu ya bik, terus bibi Maria dimana sekarang bik ?”

“Nyonya dibawa kerumah sakit non,”

“Kenapa bik ? Apa bibi Maria parah ?”

“Tidak Non, Nyonya besar menderita riwayat penyakit Gagal Ginjal, mungkin saja Tuan takut Nyonya drop lagi, kalo begitu saya permisi yah, jangan lupa makanannya dihabisin Non,” pamit bik Atik untuk mengakhiri pembicaraannya dengan Kanaya, karena bagaimanapun seorang pembantu tidak pantas mengumbar cerita tentang majikannya. Apalagi iya tahu Kanaya hanyalah tamu tidak dikenal.

“Terimakasih bik, iya nanti saya habisin” ucap Kanaya sambil tersenyum menatap kepergian bik Atik.

Bik Atik pun mengundurkan dirinya, ia meninggalkan Kanaya didalam kamar. Kanaya yang ditinggalkan pun mulai bertanya-tanya kira-kira apa yang terjadi. Padahal sebelumnya mereka terlihat baik-baik saja setelah keluar dari kamar Kanaya.

RUMAH SAKIT KAI WIL

Jakson tiba di Rumah Sakit milik Kaisar, Kaisar yang sudah mendapat kabar Mammynya pingsan langsung menghampiri Jakson yang terlihat memasuki area Rumah Sakit, mereka membawa Maria kedalam ruangan VVIP untuk diperiksa keadaannya. Kaisar ikut memeriksa keadaan Mammynya, sedangkan Jakson menunggu diluar ruangan. Setelah beberapa menit selesai melakukan pemeriksaan Kaisar mengajak Daddynya untuk masuk, didalam Kaisar bertanya pada Daddynya tentang penyebab Mammynya pingsan.

“Dad, Mammy kenapa bisa pingsan begini Dad? Tekanan darah Mammy sangatlah rendah Dad,” ucap Kaisar

“Mungkin Mammy kamu kurang istirahat Nak, kamu tahukan Mammy ini sedang stres memikirkan tingkah adik mu,” ucap Jakson berbohong.

Dia tak ingin anak-anaknya tahu tentang masa lalu mereka, itu sebabnya dia menjadikan putrid nya sebagai alasan karena putrinya itu memang susah diatur, kuliah sudah 5 tahun lebih tapi tidak tamat-tamat, Universitas bolak-balik ganti karena tingkah anaknya yang terlalu sombong dan angkuh.

“Jadi Nak, Mammy tidak parahkan kondisinya, apa perlu kita rawat inap Nak ?” Tanya Jakson khawatir

“Untuk sementara Dad biarkan saja Mammy tinggal disini selama 2 hari, toh besok kan jadwal Mammy harus cuci darah Dad,” tutur Kaisar

“Iya kamu benar Nak, baiklah Daddy akan suruh Pak Ujang (Supir pribadi Tuan Jakson) membawa perlengkapan Daddy dan Mammy, biar Daddy nginap disini jaga Mammy kamu.”

“Iya Dad.”

Jakson pun menginap di Rumah Sakit untuk menjaga istrinya. Biar mendapat perawatan yang baik karena kondisi Maria memang lemah. Selama dua hari di Rumah Sakit mereka melupakan keberadaan Kanaya yang ada tinggal di Rumah.

Kanaya yang ditinggalkan di Rumah itu pun kebingungan mencari bibi Maria dan Paman Jakson pasalnya sudah dua hari dia tak melihat kehadiran mereka, Kanaya sering bertanya pada pelayan dirumah itu termasuk bik Atik, tetapi tidak ada jawaban yang memuaskan didapatkannya.

Merasa enggan dirumah orang lain selama beberapa hari Kanaya mengemasi barang-barangnya, dia berencana untuk meninggalkan rumah itu, dan mencari tempat tinggal untuk dirinya sendiri. Dia ingin memulai kehidupan yang baru. Berhubung Kanaya sudah merasa tubuhnya sehat, ia pamit pada bik Atik, dia juga meninggalkan sepucuk surat ucapan terimakasih untuk bibi Maria dan Paman Jakson. Ia tidak bisa merepotkan orang lain lebih lama lagi apalagi itu orang yang baru dikenal.

“Bik Atik, saya boleh titip surat ini gak untuk bibi Maria dan paman Jakson.” Ucap Kanaya sambil memberikan surat itu kepada bik Atik.

Bik Atik yang melihat Kanaya yang sudah menarik kopernya itu pun sudah paham bahwa Kanaya akan pergi dari rumah itu, ia pun menerima tanpa bertanya pada Kanaya mau kemana.

“Baik Non, nanti saya sampaikan pada Nyonya besar.” Ucap bik Atik sambil menerima surat itu.

Selesai memberi surat itu pada bik Atik, Kanaya pun pamit pada semua orang yang dirumah itu, tanpa ada yang bertanya satu pun kemana Kanaya akan pergi, selesai pamit Kanaya melangkahkan kakinya keluar dari area rumah mewah itu, sampai didepan pintu gerbang Kanaya bertemu seorang gadis cantik, seksi, penampilannya seperti orang bule yang usia nya sepertinya sepantaran dengan Kanaya baru turun dari taxi. Merasa tidak kenal Kanaya mengabaikan kedatangan gadis itu.

Gadis itu melihat Kanaya keluar dari rumahnya dengan membawa koper pun mulai mengernyit heran dan bertanya pada Kanaya, sehingga Kanaya menghentikan langkahnya.

“Hei. Kamu Siapa !” kata gadis itu dengan nada kasar.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!