Maria memerhatikan setiap ruas wajah Kanaya, tiap sudut wajahnya mengingatkannya kepada seseorang, tapi siapa ? itulah yang dibenak Maria. Tidak ada pilihan daripada dia tersiksa memikirkan nasib anak ini, sebaiknya langsung ditanyakan saja.
“Kanaya sayang, bolehkah bibi bertanya padamu?” ucap Maria dengan nada yang sangat lembut.
Kanaya mengangkat kepalanya, ditatapnya wanita paruh baya itu dengan datar.
“Mau Tanya apa Bi?”
“Bibi, boleh tahu tidak siapa nama Mama kamu ?”
“Ada apa Bibi ? Kenapa Bibi bertanya nama Mama saya ?”
“Ehm, tidak, tidak apa-apa kok Nak” ucap Maria sambil tersenyum. Sebenarnya dia ingin sekali tahu nama Mama Kanaya, tapi kalau Kanaya keberatan dia bisa apa.
“Oh begitu Bi, nama Mama saya Martha Saramitha Bi,”
“Haaa, apa katanya Martha Saramitha? Bagaimana mungkin, ahhhh tidak bagaimana bisa ini ? Apa mungkin itu orang yang berbeda ? Ahh iya, iya mungkin itu adalah orang yang berbeda.”batin Maria.
Melihat Bibi Maria terdiam dengan kening berkerut, membuat Kanaya bertanya-tanya dengan heran.
“Ada apa Bibi, apa Bibi mengenal Mama saya ?” Tanya Kanaya
“Haa, ti-tidak, Bi-bi, hanya, hanya merasa seperti pernah mendengar nama itu saja, iya seperti itu Nak,” jelas Maria dengan terbata-bata, mendengar nama itu membuatnya sangat gugup, badannya seketika menjadi meriang.
“Oh benarkah, mungkin saja itu orang yang berbeda Bibi, karena Mama saya bukan orang yang suka berbaur dengan lingkungan sekitarnya jadi dia jarang dikenal orang lingkungan kami Bibi” ucap Kanaya
“Begitukah Nak, iya mungkin saja mereka orang yang berbeda “ ucap Maria sambil mengatur nafasnya agar tidak terlihat gugup. Suasana sejenak menjadi hening. Membuat Maria larut dalam berbagai pikirannya, dan Kanaya kembali memecahkan lamunan Maria.
“Bibi,,,” panggil Kanaya sambil memperhatikan wajah Maria dengan sangat intens, membuat Maria seketika sedikit gusar dan gugup.
“I-iy-ya Nak, kenapa ? Apa kamu butuh sesuatu Nak ?” Tanya Maria
“Tidak Bibi, bolehkah aku mengatakan sesuatu?” jawab Kanaya. Melihat Maria yang menganggukan kepala sebagai tanda setuju. Kanaya kembali melanjutkan perkataannya.
“Bibi, kalo dilihat secara teliti sebenarnya…”Kanaya terdiam sejenak mengatur nafasnya “ Wajah Bibi dan Mama saya sangatlah mirip, itu sebabnya saya sempat berpikir Bibi adalah Mama saya yang ada disurga sana,,,” tutur Kanaya dengan suara parau tak sadar air matanya kembali menetes.
Maria yang mendengar perkataan Kanaya kembali terdiam, ia kembali larut dengan pemikirannya “Ja-jadi Mamanya sudah meninggal, oh Tuhan benarkah ini? Kalau dia adalah Martha yang aku kenal, bagaimana ini, seumur hidupku aku tidak bisa memaafkan diriku ini.” Batin Maria.
“Nak, sudah berapa lama Mama kamu meninggal ?” Tanya Maria memastikan.
“Katanya Mama saya meninggal sekitar 10 tahun yang lalu Bi, tapi saya baru mengetahui hal itu 1 tahun terakhir ini Bi.” jawab Kanaya menundukkan kepalanya, wajahnya terlihat sangat sedih.
“Mengapa bisa seperti itu Nak? Apakah kamu tidak tinggal dengan Mama kamu ?" tanya Maria sambil mengelus lengan Kanaya dengan lembut.
“Tidak Bi.” Seru Kanaya sambil menggeleng-gelengkan kepala
"Mengapa itu bisa terjadi Nak?” tanya Maria
“Ketika saya berusia 15 tahun, saya dibawa oleh sepupu saya ke Luar Negeri, berhubung Mama saya sudah tidak sanggup membiayai sekolah saya, selama diLuar Negeri saya tidak diizinkan berkomunikasi dengan Mama, saya tidak diperbolehkan mengenal dunia maya makanya saya tidak bisa mencari tahu kabar Mama lewat teman-teman saya Bibi “kata Kanaya sambil mengingat-ingat setiap peristiwa dimasa lampau.
“Mengapa sepupu kamu begitu keterlaluan, tidak mengizinkan kamu berkomunikasi dengan Mama kamu Nak, lalu bagaimana dengan Papa kamu. Apa Papa kamu tidak mencoba bertanya pada kakak kamu tentang keadaan kamu Nak?
Mendengar kata ‘PAPA’ Kanaya membisu.
“Nak….” Panggil Maria memecahkan kebisuan Kanaya
“Sebenarnya Bibi….” Kanaya tidak menyelesaikan perkataannya karena tiba-tiba saja Jakson sudah pulang, dan datang menghampiri mereka berdua.
“Hai gadis kecil bagaimana keadaanmu, mengapa mata mu sembab?” Tanya Jakson penasaran sambil mencium pucuk kepala istrinya yang duduk ditepi tempat tidur dihadapan Kanaya. Pemandangan yang baru saja dilihatnya, seingatnya belum pernah dilakukan oleh Papanya dulu kepada Mamanya.
“Tidak apa-apa Paman, saya baik-baik saja”
“Oh. Baguslah kalau begitu”
“Dad, sudah pulang, ada apa, tumben banget siang begini sudah pulang. Apa tidak ada meeting dengan klien Dad ?” Tanya Maria pada suaminya yang tumben-tumbennya sudah pulang kerumah.
“Ehm, tidak ada Mam, Daddy lagi tidak ada kerjaan dikantor jadi Daddy putuskan untuk pulang. Hitung-hitung menemani istri tercinta “ ucap Jakson berbohong, ia memegang lengan istrinya bermaksud untuk mengajaknya keluar dari kamar itu.
“Mom, ikut Daddy kekamar ada yang mau Daddy ceritain sama Mammy”
“Ada apa Daddy?”
“Tidak ada apa-apa Mam, hanya ingin bercerita saja sama Mammy,” ucap Jakson dengan tersenyum, menandakan tidak ada yang serius. Ia memandang Kanaya yang sedang menatap mereka berdua bergantian.
“Gadis kecil, kamu lanjutkan saja untuk beristirahat ya, Paman dan Bibi mau kembali ke kamar. Kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan panggil Paman atau para pelayan yang ada disini.” Tuturnya pada Kanaya.
“Iya Paman, saya sudah tidak membutuhkan apa-apa lagi, terimakasih Paman dan Bibi karena sudah begitu baik kepada saya.” Ucap Kanaya sungkan sambil menatap Jakson dan Maria bergantian.
“Ya sudah Nak, lanjutkan saja tidurmu, jangan berpikir yang lain-lain, nanti kalo kondisi kamu sudah membaik baru kamu ceritakan lagi kepada Bibi siapa tahu Bibi bisa bantu kamu Nak, jangkan sungkan kepada Bibi yah Nak.” Ucap Maria sambil mengelus lengan Kanaya dengan lembut.
Maria dan Jakson beranjak dari kamar Kanaya, sebelum mereka menutup pintu kamarnya, Maria tersenyum pada Kanaya yang sedang ingin berbaring kembali. Maria dan Jakson pun naik ke lantai 2, rumah itu memiliki 4 lantai, mereka menggunakan lift berhubung mereka sudah lanjut usia sudah tidak sanggup lagi bila menaiki tangga, maka mereka membuat lift didalam rumah. Keluarga William sangatlah kaya raya mereka memiliki cabang perusahaan diberbagai kota, dan anak sulung mereka sudah memiliki rumah sakit sendiri dan cabangnya sudah mulai ada diberbagai kota, itu sebabnya keluarga William sangatlah terpandang dikota itu, sekalipun kaya raya mereka tidak sombong, Perusahaan yang dipegang oleh Jakson sangatlah berpengaruh pada perusahaan-perusahaan dikota tersebut. Banyak orang yang menghalalkan cara agar bisa menjadi kolega Jakson tapi namanya keturunan William sangatlah cerdas dan teliti, menyebabkan mereka sangat hati-hati memilih calon klien yang bertanggung jawab.
Tingg…
Lift sudah berhenti dilantai kedua. Maria dan Jakson langsung masuk kekamar mereka. Sesampai dikamar Jakson mengajak istrinya untuk duduk di sofa. Sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu yang sangat serius kepada istrinya. Ditatapnya istrinya seksama, memastikan keadaan istrinya apakah baik-baik saja, berhubung istrinya itu memiliki kondisi tubuh yang sangatlah lemah, karena memiliki riwayat gagal ginjal. Dan minggu yang lalu baru saja melakukan cuci darah, itu sebabnya tubuh istrinya mudah lemah, dia takut kabar yang akan dibawakannya mempengaruhi kondisi istrinya.
Maria yang melihat wajah suaminya dengan tatapan sangat serius, pun menjadi heran, ada apa kira-kira pikirnya.
“Dad, ada apa? Kok Mammy perhatiin wajah Daddy serius banget sih.” Tanya Maria
“Emm. I-itu sebenarnya Mam.” Ucap Jakson dengan gugup.
“Apa Dad, itu apa, Daddy jangan buat Mammy gugup dong.”
“Mam, apapun yang Daddy katakan nanti, Daddy harap Mammy jangan syok yah, Mammy harus tegar, Mammy harus pikirkan kondisi Mammy oke.” Tegas Jakson mengingatkan istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
_OFF_
lanjut thor
2020-11-24
3
kelpin
mlanjut
2020-10-23
3