“Sayang. Mari kita duduk disana dulu, ayo” ajak Jakson pada putrinya yang masih menunduk dan menangis.
Nuri mengikuti Daddy nya yang sudah berjalan lebih dulu untuk duduk dibangku yang ada dipojokan lorong rumah sakit itu. Nuri duduk disebelah Daddy nya yang menatapnya namun Nuri tak berani memandang wajah Daddy nya karena merasa bersalah.
“Nuri Putri kesayangan Daddy. Apa kamu sayang sama Daddy Nak?” tanya Jakson sambil membelai rambut putrinya dengan lembut. Nuri menganggukkan kepalanya dan semakin menangis. Dia begitu malu pada Daddynya yang selalu memanjakannya.
“Jangan menangis Nak. Daddy gak akan marah kok sama Nuri.”
“Ma-maa-fin Nuri Dad. Nu-nuri benar-benar sudah buat malu Daddy sama Mammy.” Kata Nuri dengan terbata-bata karena isak tangisannya.
“Kenapa Nak. Kenapa Nuri harus buang janin itu Nak. Bisakah Nuri jelasin alasannya sama Daddy.” Ucap Jakson sambil memeluk putrinya agar tidak menangis lagi. Ditepuk-tepuknya punggung putrinya dengan lembut.
“Nuri gak tau lagi harus gimana Dad. Waktu itu Nuri benar-benar bingung, laki-laki brengsek itu ninggalin Nuri, waktu aku bilang lagi hamil anaknya dia. Dia malah nuduh janin Nuri itu anak orang lain. Nuri bingung Dad. Nuri malu sama teman-teman Nuri. Kalau aku kasih tau sama Kak Kai, yang aku takutin seperti sekarang Dad. Kakak malah jauhin Nuri, dan Mammy, Nuri takut Mammy bakalan jatuh sakit lagi Dad itu sebabnya aku gugurin kandungan aku, biar aku gak buat malu sama keluarga kita Dad.” Jawab Nuri. Dia benar-benar tidak ingin berbohong pada Daddy nya. Satu-satu orang yang masih mau mendengarkan dia adalah Daddynya. Dia takut didiamkan seperti yang yang dilakukan Mammy dan Kak Kai.
“Nak. Apakah kamu tidak memikirkan perasaan anak yang dikandungan kamu. Memang dia belum lahir Nak, tapi dia itu bisa merasakan. Kehadirannya itu bukan salahnya Nak. Melainkan sebuah hadiah dari Sang Pencipta buat Nuri. Anak itu bukan sebuah AIB Nak. Melainkan Berkat. Karena Nuri sudah gugurin anak itu, itu artinya Nuri udah buat Sang Pencipta kecewa sama Nuri.” Ucap Jakson, sambil melepaskan pelukannya dari putrinya.
“Maafin Nuri Dad.”
“Sejujurnya Daddy kecewa sekali sama Nuri. Tapi rasa sayang Daddy sama kamu ngalahin semuanya. Daddy maafkan kamu sayang, Tapi Nuri harus maafin diri sendiri dulu, habis itu kamu minta maaf dengan tulus sama Sang Pencipta. Setelah itu kamu harus minta maaf sama Mammy dan Kak Kai. Kalau Nuri minta maaf dengan tulus sama mereka, Daddy yakin mereka akan maafin Nuri.”
“Iya Dad. Nuri akan minta maaf. Terimakasih Dad, udah selalu ada sama Nuri. Nuri sangat sangat sayang sama Daddy. Daddy lelaki yang paling Nuri cintai di dunia ini..” Ucap Nuri sambil memeluk Daddynya, sangat lama mereka saling berpelukan. Siapapun yang melihat itu akan sangat iri melihat kasih sayang antar anak dan ayah itu.
Setelah Rangga selesai mendonorkan darahnya. Rangga keluar dari rumah sakit itu untuk pulang membersihkan dirinya, karena pakaiannya yang kotor terkena darah Kanaya Karena waktu didalam ambulance Rangga sempat memeluk Kanaya beberapa kali. Membuat darah yang dari kepala kanaya yang mengalir menetes ke pakaian Rangga yang awalnya sangat bersih itu.
Setelah membersihkan diri Rangga kembali melajukan mobilnya ke rumah sakit tempat Kanaya dirawat. Sesampainya Rangga dirumah sakit dia berjalan ke meja resepsionis untuk bertanya kamar perawatan Kanaya. Karena sewaktu Rangga meninggalkan rumah sakit Kanaya masih didalam ruang IGD. Setelah mendapat nomor kamar Kanaya, Rangga langsung bergegas menuju kamar itu. Sesampainya didepan kamar Kanaya Jakson melihat kedatangan Rangga. Jakson menyapa Rangga yang baru datang, sedangkan Nuri yang ingin menyapa justru disuruh masuk kedalam kamar Kaisar oleh Daddynya.
“Halo Pak Rangga. Apa Bapak mau menjenguk Kanaya ?” tanya Jakson.
“Emm iya Pak. Emm panggil saya Rangga saja Pak. Saya jauh lebih muda dari Bapak. Saya tidak enak” kata Rangga sungkan.
“Ah iya baiklah Nak Rangga, Mari kita masuk” ajak Jakson untuk masuk kedalam kamar Kanaya.
Sesampai didalam kamar, Rangga mendekati tempat tidur Kanaya. Dilihatnya wajah wanita pujaannya itu begitu pucat dan lemah tak berdaya sangat mengiris hati.
“Apa nona Kanaya belum sadarkan diri Pak? Tanya Rangga
“Belum Nak, tadi Dokter bilang dia akan sadar setelah 6-7 jam. Sedangkan ini baru 2 jam lewat setelah operasi Nak.” Jelas Jakson membuat Rangga mangut-mangut.
“Nak Rangga boleh saya bertanya sesuatu ?” kata Jakson sambil duduk disamping di sofa dalam kamar itu, berhubung Kanaya berada diruangan VIP jadi fasilitas dalam kamar itu sangatlah mewah. Rangga mengikuti Pak Jakson dan duduk disebelahnya.
“Apa yang ingin bapak tanyakan pada saya ?”
“Apa Nak Rangga mengenal Kanaya jauh sebelumnya ?”
“Saya baru mengenalnya beberapa minggu ini Pak. Perusahaan saya dan tempat nona Kanaya bekerja baru saja menjalin kerja sama”
“Oh begitu ya. Lalu bagaimana Nak Rangga bisa membawa anak dan keponakan saya ini kemari. Saya sangat berterimakasih akan hal itu.”
“Aa, Sebenarnya waktu itu saya baru pulang kerja, posisi mobil saya tepat berada dibelakang mereka. Saya menyaksikan kejadian itu Pak, Saya mendekati mobil anak bapak ternyata salah satu dari mereka saya kenali. Bapak tidak usah merasa tidak enak, sesama manusia bukankah tugas kita untuk saling tolong menolong.” Ucap Rangga dengan senyuman khasnya (kecil namun masih terlihat)
“Iya, iya Nak Rangga benar. Dan saya sangat bersyukur juga Nak Rangga sudah mau mendonorkan darahnya pada Ponakan saya ini. Jujur kami sangat mengasihani dia, kami baru saja tau dia adalah anak kembaran istri saya yang sudah lama menghilang, kami ingin bertemu dengannya, membawanya makan bersama dengan kami, dan sebelum kami bertemu dia justru mengalami kejadian yang mengerikan ini.” Ucap Jakson sambil menatap Kanaya yang masih terbaring.
“Saya turut perihatin Pak.” Ucap Rangga yang juga ikut menatap wanita pujaannya.
“Kamu tau Nak, semasa hidupnya sangatlah tidak mudah, usia 15 tahun dia dijual oleh ayah kandungnya sendiri, kemudian dia dibawa keluar Negeri oleh saudara jauh dari ayahnya. Selama disana dia tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan ibunya. Hampir 11 tahun dia di Negeri orang. Dan sejak dia pulang, dia baru tahu Ibunya sudah meninggal 10 tahun yang lalu.” ucap Jakson dengan suara parau ia menahan tangisnya, ia begitu sedih mengingat nasib Kanaya.
Rangga tercengang mendengar kisah kehidupan Kanaya yang begitu menderita. Membuat ia semakin merasa kasihan dengan Kanaya. Rasa ingin melindungi semakin timbul didalam hatinya.
“Ah maaf Nak. Saya jadi menceritakan kisah ponakan saya yang begitu pilu, kamu pasti merasa tidak nyaman.” Ucap Jakson tidak enak hati sambil menghapus airmata nya yang tidak terasa sudah jatuh tiba-tiba.
“Tidak apa Pak. Saya juga tidak keberatan Pak.” Jawab Rangga, sejenak dia seperti menimang-nimang sesuatu dipikirannya, kemudian dia berkata dengan hati-hati. “Pak, apa saya boleh meminta sesuatu ?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
❤️⃟WᵃfJonathan
15jempol telah mendarat. salken dari author "love stifled by destiny"
2021-06-07
0
Jodira
wahhh. mantep thor
2020-10-21
2