Episode 7

Mas Andra menghampiri mobil putih tersebut sambil mengetok kaca jendela, kaca jendela pun turun perlahan dan oh My God...!

Bodohnya aku! Ternyata mas Juan yang bawa mobilnya. Badanku benar - benar serasa tak bertulang, hari apa ini kenapa hari ini terasa begitu menyedihkan.

Mas Andra pun masuk, aku dan Barun duduk di kursi belakang supir. Terlihat jelas mas Juan menatapku tajam lewat kaca mobil. Mobil pun melaju kencang ke arah galeri.

Sesampainya di galeri, mas Andra menawarkan diri untuk beli makanan di minimarket 24 terdekat, disusul oleh Barun yang katanya mau ambil duit di atm.

"Maaf merepotkan mas", kataku malu malu. Perasaanku gak enak banget dengan mas Andra, dia bosku tapi malah dia yang belanja.

Mas Andra tersenyum dan berkata, "Titip Rena dulu bro".

Mas Juan mengangguk dan melambaikan tangan pertanda menyuruh mereka cepat pergi. Dan tinggalah kami berdua di galeri. Mas Juan masih terdiam sambil memutar mutar handphonenya entah apa yang ada dipikirannya. Akupun enggan bertanya, aku masuk ke ruanganku dan membereskan barang-barangku.

BRAKK!! Suara itu jelas terdengar dari belakangku. Aku langsung menoleh mencari sumber suara, terang saja suara itu begitu jelas.

Ternyata mas Juan membuka pintu ruanganju dengan kerasnya.

"Kamu benar-benar ya Ren", katanya marah.

"Kenapa gak kamu sodorkan langsung badanmu ke Andra, dia itu playboy apa kamu gak takut Barun dan Andra nglakuin hal buruk sama kamu", lanjut mas Juan.

"Mas, aku emang gak kenal mas Andra tapi aku percaya sama Barun, dia sahabatku juga teman baik Beni", kataku tak menghiraukan kata kata mas Juan.

"Oke kalo kamu percaya sama Barun, tapi harus kamu nginep disini? Kenapa gak di hotel atau di rumah mas?".

"Mas..", kataku menghela nafas.

"Rena gak punya duit buat nginep di hotel".

"Kenapa kamu gak pernah peduli dengan perasaan mas? Gak nginep di hotel oke tidak apa apa mas ngerti, kenapa kamu gak mau nginep rumah mas? ", tanya mas Juan lagi.

Ku tatap mata mas Juan, aku tau apa yang mas Juan khawatirkan.

"Alasannya karena Rena gak kenal mas Juan", jawabku ketus.

"Apa maksudmu gak kenal aku, Ren...",dan mas Juan terdiam dan memalingkan wajahnya dariku sepertinya dia tau apa maksudku.

Mas Juan menunduk, "Maaf...", ucapnya lirih.

"Kenapa minta maaf mas?".

"Mas bilang aku gak peduli perasaan mas, lalu apa kabar mas yang selalu pura pura gak kenal Rena di depan teman teman mas?".

Akupun tertunduk dan menitikkan airmata, dadaku rasanya sesak sekali. Walau tak pernah ada kata kata pacaran pada umumnya, namun perasaanku benar benar telah jatuh pada mas Juan.

Aku berusaha memahami kesibukannya, aku berusaha menjadi lebih dewasa untuknya. Tetapi disaat yang bersamaan seolah olah dia ingin menyembunyikanku dari dunianya.

Mungkin kebanyakan gadis yang seumuran denganku pasti akan nonton film, jalan jalan, pergi ke pasar malam, pakai baju couple. Tetapi tidak denganku, aku memahami betul mustahil mas Juan mau melakukan hal seperti itu di umurnya yang mendekati 30 tahun.

"Ren...", panggilnya lirih

"Maafkan mas, mas belum siap buat mengenalkan Rena, nanti pasti akan tiba saatnya mas akan tunjukan pada semuanya bahwa Rena itu adalah segalanya bagi mas".

Aku hanya bisa terdiam, mulutku benar benar terkunci. Hatiku justru semakin sesakk dan pedih mendengar kata kata itu.

Mas Juan berjalan menghampiriku, dia memelukku dengan erat. Hangat dan nyaman sekali ini yang kurasakan saat ini. Tanpa sadar aku pun mengulurkan tanganku dan memeluk erat mas Juan.

"Benar benar nonton drama nih"

Aku dan mas Juan terkejut, kami melepaskan tangan kami dan berusaha berpura pura tak terjadi apa apa.

Slruupp, terdengar suara Barun meminum minuman kalengnya sambil duduk di ranjangku.

Terlihat mas Juan berusaha untuk menjelaskan, "Ini gak seperti yang kamu lihat Run".

"Tenang mas Juan... Amaan", kata Barun.

Aku sendiri tak mengerti mengapa raut muka mas Juan masih terlihat tidak tenang.

"Aku hanya heran sama mas Juan, kenapa mas selalu dekat dengan gadis gadis disekitar Beni?",lanjut Barun lagi.

Aku benar benar semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, hanya sebuah pelukan mengapa jadi ada hubungannya dengan Beni.

Wajah mas Juan terlihat sedikit marah dan langsung mencengkram baju Barun," Mas!! ",seruku terkejut.

"Tenang Ren, dia gak akan pernah berani mukul aku",kata Barun sambil melepaskan diri dan berjalan mendekati mas Juan.

"Aku menghargai mas Juan Widigdo yang terhormat karena kamu adalah teman mas Andra, jika bukan teman mas Andra aku benar-benar udah menghajar mas Juan", kata Barun sambil pergi meninggalkan kami.

"Mas ada apa si sama Barun, kenapa Barun begitu?", kataku sambil menenangkan mas Juan.

Seumur hidupku baru ku lihat Barun yang periang dan suka bercanda begitu serius, dan kenapa juga dia bawa bawa nama Beni. Akupun semakin ingin tahu.

"Masalah ini sudah lama Ren tapi mungkin Barun masih mengingat ingat kejadian masa lalu", kata mas Juan

"Apa itu mas? Ada hubungannya dengan bang Beni?", tanyaku.

"Sudahlah Ren, kapan kapan mas ceritakan sudah malam kamu istirahat. Besok pagi mas datang ke sini". Lagi lagi mas Juan seperti menghindar.

Aku tidak bisa tidur, ku buka handphoneku Beni sama sekali tidak mencariku hanya ada pesan dari mas Juan . Apa mungkin Barun kasih tahu Beni kalau aku di sini. Pasti Barun kasih tahu Beni, ya sudahlah kalau begitu gak usah berharap Beni bakal nyari aku, kataku pada diriku sendiri. Dan pelukan mas Juan masih sangat terasa, pipiku benar benar terasa panas. Apa ini cinta... Aku tersipu malu sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!