Episode 4

"Sama siapa bang?", akupun mengulang pertanyaanku. "Dia sama siapa tinggal jawab apa susahnya sih!", seruku kesal.

"Sama oranglah, mana abang tau lagian kamu pikir abang babysister Mas Juan", jawab Beni ketus. "Lagian kalau kamu penasaran tanya saja langsung sama Mas Juan. Lebih yakin kan, kalau abang yang kasih tau emang kamu percya sama abang?".

"Abang rese ", sahutku.

"Besok kalau Rena ketemu Mas Juan, Rena bakal tanyain ke Mas Juan,".

"Baguslah, setelah itu kamu kasih tau abang dia jawab apa pertanyaanmu itu".

"Abang ribet amat sih", gerutuku.

"Orang dewasa itu ribet, makanya anak kecil sama anak kecil, jangan main-main sama orang gede. Emang kamu gak tau beda umur kalian tuh jauh, hampir 10tahun. Kamu kalau pacaran sama dia kayak pacaran sama om-om".

"Sejak kapan sih abang jadi over gini, biasanya kalo aku pacaran sama siapa aja juga abang gak pernah kayak gini", keluhku.

"Udah ahh abang bikin bete!",seruku sambil berjalan masuk kekamar.

Keesokan harinya, kulihat Beni duduk diruang makan sambil sibuk ngutak-atik laptopnya.

"Tehnya dingin bang..", kataku sambil menaruh kembali teh Beni ke meja.

"Kamu kalau mau teh anget bikin sendiri jangan minum punya abang", sahut Beni tanpa menengok sedikitpun padaku.

"Nanti aku mau ketemu sama Barun bang, di Cafe Poppi, dia bilang butuh MC buat acaranya pembukaan galery furniture punya Kakaknya. Barun juga bilang kalau kakaknya itu butuh pegawai jadi nanti sekalian dikenalin kalau cocok mungkin aku bisa langsung kerja bang".

"Baguus...", puji Beni.

"Nanti abang antar kamu sekalian, kamu hari ini gak ketemuan sama mas Juan kan?".

"Gak, dia sibuk lagi banyak kerjaan",kataku ketus sambil meninggalkan Beni. Ahh semoga saja kakaknya Barun mau nerima aku jadi pegawainya nanti. Harus pakai baju yang sopan. Oke baju hitam sepertinya terlihat lebih dewasa, kataku dalam hati sambil tersenyum sendiri. Tak lupa aku mengirim pesan pada mas Juan tentang rencana hari ini, tapi gak dibaca mungkin dia sibuk.

Beni mengantarku ke Cafe, "Good Luck!", serunya sambil meninggalkanku di Cafe. Aku pun masuk kedalam setelah melambaikan tangan ke Beni.

"Lemon tea satu", kataku pada mas waitres yang datang menghampiriku. Ku lihat handphoneku, masih belum dibaca juga. Barun juga belum datang, bosen banget rasanya.

Drrrrttt,handphoneku bergetar. Ada panggilan dari Yani, "Halo Yan, untung kamu telpon". Akupun bercerita banyak tentang mas Juan dan sikap Beni yang mendadak overprotektiv.

Ditengah-tengah pembicaraan kami, aku melihat seseorang yang familier melintas didepanku berjalan menuju kasir.

"Yan,ntar ku telpon lagi", kataku sambil beranjak dari kursi.

Ku berdiri tepat dibelakangnya, dan ku tepuk punggungnya. Diapun menoleh dan berkata, "Ehh Rena, udah lama ya nunggunya".

"Setengah jam aku nungguin kamu Run", kataku kesal.

"Maaf, tadi ada kecelakaan di jalan. Jadi aku nunggu jalan dibuka baru bisa jalan", Barun menjelaskan.

"Kamu gendutan Ren hahaha", tambahnya lagi.

"Udah gak usah ngledek deh, jadi gak kita ke galeri funiturenya kakakmu itu".

"Ayok sekarang, kakakku dah nunggu Ren"

Aku dan Barun segera pergi dari Cafe menuju galeri. Perjalanan kurang lebih 10 menit menggunakan motor, kamipun sampai di galeri. Sebuah toko furniture dengan desain klasik minimalis yang sangat manis, penataan meja kursi sofa lemari yang akan dijual pun sangat menarik, seperti rumah pribadi bukan seperti toko.

Terlihat seorang laki-laki datang menyambut kami. "Hai pasti kamu Rena", katanya sambil menyalamiku, "Aku Priyandra, kakak Barun".

"Halo mas Priyandra", sapaku gugup.

"Panggil saja Andra, Barun udah cerita semuanya semuanya. Tapi aku gak nyangka Rena ternyata semanis ini hahaha".

Aku agak terganggu dengan kata-kata mas Andra. Kesan pertamaku sedikit... Yah begitulah, sepertinya dia agak sedikit berlebihan. Semoga saja dia gak seperti yang ku pikirkan, harapku.

"Nanti Barun yang jelasin semua masalah acara pembukaan galeri ini dan masalah gaji juga, saya hari ini ada janji meeting dengan suplaiyer", tambahnya lagi.

Mas Andra pun pergi meninggalkan kami, terlihat dia sibuk menelepon seseorang. Hufff.... Aku menghela nafas.

"Tenang Ren itu tandanya Andra nerima kamu jadi pegawainya, tapi ada satu hal yang kamu harus tau Ren"

"Apa?", tanyaku penasaran.

"Kalau udah gajian traktir aku hahahahah", canda Barun. Ahh dasar, ada - ada aja si Barun ini. Aku bersyukur banget akhirnya dapat kerja juga. Aku dan Barun pun melanjutkan pembicaraan tentang kontrak kerja, gaji, komisi, jam kerja dan lain - lain.

Sales woman, posisi yang ditawarkan Barun saat itu langsung ku terima. Dan juga ada pekerjaan tambahan, jadi MC bersama Barun, jadi teringat masa-masa di SMA dulu saat mengikuti ekstrakurikuler radio sekolah. Tak terasa waktu pun berlalu, kami berpisah dipelataran galeri.

Aku berjalan menuju halte dan terlihat mobil hitam melintas dihadapanku, mobil itu tidak asing. Mobil itu berhenti di area parkir sekitar galeri, benar saja mas Juan keluar dari mobil itu.

Jantungku berdegub kencang, tanpa pikir panjang aku mengambil handphoneku dan meneleponnya.

"Halo, Ren"

"Mas di mana?", tanyaku sambil mengatur nafas.

"Kamu sakit?"

"Kamu di mana sekarang? Mas jemput kamu", tanya mas Juan cemas.

"Tadi aku lari kejar bus mas", jawabku berbohong. "Mas bisa angkat telponku kenapa gak bisa balas pesanku?", tanyaku lagi.

Mas Juan terdiam sejenak, terlihat dari jauh dia membuka-buka handphonenya. Dia menepuk kepalanya sendiri, entah kenapa melihat itu aku tersenyum sendiri.

"Maafin mas ya, mas tadi gak sempat buka. Gimana interviuw kamu lancar?"

Belum sempat ku jawab mas Juan bertanya lagi, "Kamu interviuw dimana kenapa kamu gak kerja di kantor mas saja?".

"Lancar mas, Rena udah diterima. Maaf Rena gak mau merepotkan orang-orang terdekat Rena"

"Selamat ya Ren, semoga sukses"

"Mas katanya sibuk?"

"Ahh iya, mas mau ketemu teman mas. Sekarang mas lagi di Jalan Simpang Tiga, ada galeri furnitur disini itu punya teman mas"

"Oh gitu ya udah, Rena takut ganggu", kataku lirih.

"Abis ini mas telpon kamu yah"

Mas Juanpun menutup telponnya, dia sama sekali tidak berbohong padaku. Apa yang perlu ku takutkan, dia juga belum jadi pacarku resmi. Ahh bodohnya aku.

Tiba-tiba mataku terbelalak melihat mas Andra keluar dari galeri dan menyambut mas Juan, mungkinkah......

Bersambung................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!