Episode 9

"Ren...", panggil Barun.

"Apa", sahutku.

"Kamu beneran suka sama mas Juan?", tanya Barun.

"Aku sayang sama mas Juan, sayang banget tapi..",

"Tapi apa Ren? ", tanya Barun lagi.

"Tapi aku selalu merasa ada yang mengganjal, ada yang aneh dengan sikapnya. Dan tidak hanya mas Juan yang aneh, kamu dan Beni juga. Kalian seakan akan menyembunyikan sesuatu dariku".

"Jauhi Juan", kata Barun sambil mencuci mangkok mangkok kotor.

"Kenapa ?"

Barun hanya diam, persis seperti Beni.

"Run, antar dokumen ke Nisa", perintah mas Andra.

"Kenapa gak suruh Juan ah,, males aku", kata Barun terdengar kesal.

"Juan pergi ke kantor cabang ketemu investor yang di Kalimantan",

"Rena tuh", tunjuk Barun.

"Rena aja gak papa mas", kataku menawarkan diri.

"Rena, mas boleh tanya gak?", kata mas Andra.

Aku sempat di buat bimbang, kalau mau nanya kan tinggal tanya aja kenapa haru pakai ijin segala.

"Boleh mas", kataku.

"Kalian pacaran?", tanya mas Andra.

Jantungku serasa berhenti berdetak, Barun yang sedang asyik main gamepun berdiri.

"Mmmaksud mas?", tanyaku terbata, aku gak akan bilang apapun tanpa seijin mas Juan.

"Kamu dan Barun", kata mas Andra lagi.

"Ohh!!", seruku dan Barun kompak.

Hatiku merasa lega, aku kira mas Andra akan menanyakan hubunganku dan mas Juan.

"Kita teman biasa mas", kataku

"Syukurlah", kata mas Andra, "Kalau kamu gak keberatan jadi pacar mas aja, gak perlu jawab sekarang. Kamu pikirkan dulu aja".

Aku melongo kaget mendengar pernyataan mas Andra, begitu juga dengan Barun.

"Dokumennya ada di ruangan kerjaku, diamplop cokelat. Kamu ambil aja ya Ren", kata mas Andra sambil mengusap rambutku.

Barun langsung berdiri sambil berkata, "Bang, kalau mau main main jangan sama Rena".

"Ah Rena, kamu punya bodyguard brisik kaya dia", kata mas Andra sambil menarik rambut Barun yang ikal itu.

Aku hanya tersenyum dan berjalan mengambil dokumen lalu kembali menemui mas Andra.

"Diantar kemana mas?", tanyaku

"Ke Cafe ini", jawab mas Andra sambil menyodorkan secarik kertas bertuliskan alamat sebuah cafe.

"Ada nomer teleponnya gak mas? Gimana caranya aku tau Nisa itu yang seperti apa?"

"Kamu gak kenal Nisa?", tanya mas Andra heran. Aku gelengkan kepalaku, melihatku bingung Barun pun bersuara, "Dasar bodoh".

Aku melihat ke arah Barun dengan kesal, "Maksudmu apa!".

"Kamu benar benar adiknya Beni kan Ren?", tanya mas Andra lagi. "Bagaimana bisa kamu gak kenal Nisa".

Aku berusaha keras mengingat namun aku benar benar tidak yakin dengan jawaban yang ada dipikiranku.

"Anisa Putri?", ucapku lirih

"Ya benar, Anisa Putri mustahil kamu gak mengenal dia kan".

"Oh ya mas, aku tau. Aku pergi sekarang".

Dengan mengendarai motor Barun aku melaju ke Cafe yang dimaksud, Anisa Putri...benar kata mas Andra tidak mungkin aku tidak mengenalnya. Orang yang pernah membuat hidup Beni hancur berantakan, pantas saja Barun enggan menemuinya. Sial kenapa jadi aku yang kena getahnya, hufff aku menghela nafas.

Ahh sampai juga, ku parkirkan motor dan berjalan masuk. Dan terlihat mba Nisa duduk di pojok cafe sambil minun teh. Dia memang cantik anggun dan feminim tapi dia jahat, pikirku. Yah jelas saja dia pacaran 3 tahun dengan Beni. Lalu disaat Beni akan melamarnya dia meninggalkan Beni. Ahh jantungku mau melompat karena kesal.

Akupun berjalan menghampiri mba Nisa, "Hai mba", sapaku.

"Rena lama sekali gak jumpa, wah kamu sudah gadis sekarang", kata Nisa sambil memegangi pipiku.

"Rena bukan anak kecil lagi mbak", kataku sambil menyerahkan dokumen. "Mas Andra suruh Rena kasih ini".

"Makasih Ren", ucap Nisa

"Kamu mau langsung pulang Ren, duduk dulu sini".

"Makasih mba gak usah repot repot lagian mba bareng teman kan", kataku pada mba Nisa setelah melihat di meja ada cangkir lain selain punya mba Nisa.

"Iya, lebih dari sekedar teman. Kamu sekarang kerja sama mas Andra?", tanya Nisa

"Iya", jawabku singkat.

"Kamu masih belum bisa melupakan kejadian dulu ya Ren? Padahal sepertinya Beni sudah biasa saja", kata Nisa tanpa dosa. Sikap dia benar benar membuatku geram.

"Bagaimana mba tau Beni biasa aja?", tanyaku heran.

"Kita satu perusahaan hanya berbeda departemen saja, dia dibagian pengembangan, aku dibagian personalia".

"Ahh aku ingat kamu pernah melamar jadi office girl kan, sebenernya aku heran kenapa tiba tiba Beni datang ke kantorku dan menyuruhku untuk menolakmu".

Aku terkejut, rupanya aku tidak diterima kerja itu karena Beni. Apa dia malu kalau adiknya kerja sebagai office girls di perusahaan sementara dia asisten manajer. Hufff, seharusnya dia jujur jadi aku tidak terlalu kecewa.

"Ahh kebetulan Ren kamu di sini, aku akan mengenalkanmu pada seseorang. Tunggulah sebentar dia pasti cepat kembali dari toilet",kata Nisa sambil mencoba menghubungi temannya itu.

"Dia sedang kesini", kata Nisa sambil tersenyum. Saat Nisa menelpon temannya itu aku memperhatikan jari manis Nisa. Sebuah cincin cantik tersemat dijarinya.

"Mba udah tunangan?", tanyaku

"Ohh ini, iya sudah 3 tahun yang lalu", jawaban Nisa benar benar membuatku kesal. Dia meninggalkan Beni untuk bertunangan dengan orang lain, menyebalkan dasar wanita jahat, makiku dalam hati.

"Juan!!!", seru Nisa

DEG! Jantungku seakan berhenti mendadak mendengar nama itu disebut, ku berdiri mencari tahu siapa yang dipanggil Nisa. Dan seorang wanita memakai dres bunga bunga ungu datang menghampiri kami.

"Maaf lama yah", kata wanita itu.

"Gak papa, ehh kenalkan ini Rena. Rena ini Juan teman mba dan Beni",

Akupun menyalaminya dengan masih dipenuhi rasa bimbang, "Kamu adiknya Beni", kata orang itu kegirangan.

"Ya ampun Rena, aku minta maaf banget padahal Beni udah bawa kamu ke reunian. Tapi ibuku masuk rumah sakit jadi aq gak bisa datang",kata wanita yang bernama Juan itu.

"Aku sudah janji ke Beni, kamu boleh main semaumu di kantorku. Ini kartunamaku kamu simpan yah".

Aku masih belum tersadar dari kebingunganku, dan saat membaca kartu nama itu aku jadi semakin bingung,

JUANITA RAHAYU

Radio P. P. D 89.5 FM

JL. Kenanga No 132

No.Tlp 08xxxxxx

"Mba Juan ituuu....", aku gak sanggup melanjutkan kata kataku lagi. Badanku terasa lemas, tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Nitnit Ayu penyiar Radio P. P. D", jawab Juanita

"Beni bilang kamu suka banget dengerin acara radio aku, dan maaf aku sedang batuk jadi suaraku sedikit berubah. Kalau sudah sudah sehat pasti kamu akan langsung mengenaliku".

Terpopuler

Comments

diyah ratnasari

diyah ratnasari

semakin kesini semakin menarik ceritanya

2020-11-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!