Saat melihat mas Andra menyambut hangat kedatangan mas Juan di galerinya itu, aku berpikir mungkinkan suplier yang dimaksud mas Andra adalah mas Juan.
Perusahaan mas Juan juga dalam bidang perkayuan, kok bisa kebetulan banget. Aku kasih tau mas Juan gak yah kalau aku interviuw di tempat mas Andra.
Nanti saja saat pembukaan galeri pasti mas Juan datang, aku mau buat kejutan. Akupun masuk ke dalam bus dan pulang. Sepanjang perjalanan aku menelepon Beni dan menceritakan semuanya yang terjadi, termasuk bertemu mas Juan.
Beni hanya mengucapkan selamat dan tak banyak komentar, dia hanya bilang aku boleh ambil uangnya buat beli baju untuk pembukaan galeri itu.
Dan hari yang ditunggupun datang, aku sudah berada di galeri sejak jam 2 siang. Persiapan ini itu dan Yanipun menemaniku, dia membantuku make up. Dia juga yang membantuku mencari baju buat hari ini.
Jantungku berdegub kencang, lama banget gak tampil diatas panggung lagi. Biasanya hanya tampil jadi MC di acara sekolah, sekarang buat urusan bisnis. Jangan sampai memalukan apa lagi mas Juan pasti datang ke acara ini.
"Ren, udah siap belum?", tanya Barun.
"Bentar tinggal sentuhan terakhir", sahut Yani sambil memoles bibirku.
"Udah-udah", kataku.
Aku dan Barunpun naik panggung, riuh tepuk tangan terdengar menggema. Kami mulai membuka acara, satu demi satu pun acara mulai terlewati namun tak ku lihat mas Juan ada di tengah-tengah tamu undangan.
"Di acara yang terakhir adalah sambutan dari pemilik galeri, mari kita panggil bersama-sama Priyandra!!!", seru aku dan Barun disambut dengan tepuk tangan para undangan.
Mengagetkan saat mas Andra naik dia mencium tanganku saat aku dan Barun menyalaminya didepan semua orang, suara tawa dan tepuk tangan pun kembali riuh terdengar.
Mas Andra menggandengku untuk kembali ke panggung dan menemaninya memberi sambutan, beberapa kali dia menyanjungku, dan aku hanya bisa tersenyum tanpa bisa berbuat apa-apa. Aku gak mungkin mempermalukan bos, pikirku.
Namun senyumku terhenti melihat seseorang dipojok ruangan, DEG, seakan jantungku berhenti berdetak. Mas Juan sejak kapan disana, dia melihatku menatap tajam tanpa ekspresi. Badanku terasa lemas tak bertenaga.
Selesai sambutan mas Andra menggandengku sampai ke meja makan, "Terima kasih Rena", ucapnya sambil menyodorkan amplop ke tanganku.
"Sama-sama mas", kataku sedikit terbata.
Dari jauh terlihat mas Juan berjalan mendekat, dia mengucapkan selamat dan sedikit bergurau. Lalu dia melihatku sambil bertanya kepada mas Andra, "Siapa dia bro? Teman, sahabat atau pacar?".
Jantungku berdetak tak beraturan, apa-apaan ini. Apa maksud mas Juan?. Namun bibirku seakan terkunci tak mampu berkata-kata.
"Hahaha", tawa mas Andra, "Kenalkan Juan ini Rena, Rena ini Juan teman baikku". Aku hanya bisa menarik sedikit bibirku agar terlihat tersenyum.
"Rena ini temannya Barun, dia pegawaiku mulai senin besok",tambah mas Andra.
"Oh pegawai barumu yang kau ceritakan kemarin, tapi setahuku kamu gak bermain dengan anak kecil kan", kata mas Juan terus menatapku, akupun tertunduk.
"Hahaha", Mas Andra kembali tertawa.
"Masih kupikirkan bro, seperti yang kau lihat dia lumayankan", kata mas Andra.
Ku palingkan wajahku ke arah mas Andra, mas Andra melihatku seakan tau apa yang ku pikirkan, dia menepuk pundakku dan berkata, "Tenang Rena saya cuma bercanda".
Beberapa orang tamu undangan datang mendekat mengucapkan selamat, mas Andra pun meninggalkan kami, "Rena temani Juan dulu, kalian ngobrol lah".
"Udah jadi gadis bayaran sekarang kamu Ren", kata mas Juan marah.
"Ini bayaranku jadi MC, Barun bilang mas Andra akan kasih uangnya langsung",kataku menjelaskan. Aku sama sekali tidak menyangka dengan cara seperti ini mas Andra membayarku.
"Kenapa kamu gak bilang kamu kerja disini, sales woman kan? Berapa kali mas suruh kamu kerja di perusahaan mas, atau di perusahaan Beni. Mas kenal atasannya"
"Gak mas, Rena ingin usaha sendiri", kataku tegas. "Rena gak tau mas Andra temen mas".
"Tapi gak sama Andra Ren!", kata mas Juan dengan nada semakin naik.
Aku tau maksud mas Juan, sejak awal ketemu mas Andra aku juga sedikit berpikiran buruk. Ditambah dengan sikapnya hari ini.
"Maafin Rena mas", ucapku.
"Sebenernya Rena mau bikin kejutan buat mas Juan, tapi malah Rena yang terkejut".
Terlihat mas Juan menahan tawa, dan berkata, "Sudah, nanti pulang mas antar yah. Kalau Andra macam macam langsung kasih tau mas".
Hatiku serasa terbang dengar mas Juan berkata seperti itu sambil memegang tanganku, dan tiba tiba dia melepaskan genggamannya setelah salah satu temannya datang mendekat.
"Juan, sudah ketemu Andra belum?"
"Dia masuk ke dalam Hen", tunjuk mas Juan
"Siapa dia An, sepertinya tadi aku lihat kamu pegang tangannya", tanya orang itu lagi sambil melihatku.
"Dia pegawai barunya Andra, ahh kamu salah lihat", sangkal mas Juan. Aku terheran-heran mendengar pernyataan mas Juan.
"Hahahha mungkin saja aq harus ganti kacamata", kata orang itu melepas kacamata yang dipakainya.
"Lagian orang kaya kamu mana mungkin pegang tangan seorang gadis", celetuknya sambil pergi meninggalkan kami.
Mas Juan terlihat tidak nyaman, berbeda sekali sikapnya saat memarahiku tadi. Aku juga masih tak habis pikir dengan kata - kata orang itu.
Mana mungkin mas Juan pegang tangan seorang gadis, dan kenapa mas Juan juga menyangkalnya kalo dia pegang tanganku, ditambah dengan sikap mas Juan yang terlihat tidak nyaman.
Ku pandangi mas Juan dengan perasaan penuh tanda tanya,apakah mungkin sebenarnya mas Juan itu HOMO??
BERSAMBUNG...........................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments