Episode 3

Aku berjalan keluar dari ruang dokter, kecapean aja kok sampai disuntik, keluhku dalam hati.

"Gimana Ren? Enak disuntik?", ledek Mas Juan.

"Mas mau Rena suntik?", kataku sambil mencubit lengan Mas Juan.

Mas Juan berlari kesakitan sambil tertawa, dari jauh aku merasakan ada yang berbeda. Mas Juan terlihat lebih santai sekarang, saat bertemu di pesta itu dia agak kaku. Mungkin karena pertemuan yang kedua.

Mas Juan berjalan menghampiriku.

"Laper gak?".

"Mas mau traktir Rena?"

"Rena makannya banyak loh", lanjutku.

"Boleh, kalau Rena gak keberatan makan bareng sama mas".

"Mau si, tapi Rena takut abang nyariin. Rena tadi pergi gak pamit. Biasanya jam 1 abang pulang buat makan siang, abis itu ngantor lagi".

"Ya udah, mas anter kamu pulang aja yah..."

Aq tersenyum lebar, rasanya seneng banget bisa bareng Mas Juan. Dia juga pengertian, perhatian banget sama aku. Pipiku mulai terasa panas lagi.

Sesampainya dirumah,

"Abang!!", seruku melihat Beni kebingungan didepan rumah. Mukanya merah padam. Beni melihatku lalu lari menghampiriku.

"Kemana aja kamu!", tanya Beni marah.

"Abis berobat bang",

"Oh ya, Rena berobatnya sama Mas Juan kok bang",lanjutku lagi.

"Juan?"

"Ceritanya panjang bang, nanti Rena cerita kok"

"Hape kamu kenapa ditinggal!" seru Beni.

"Lupa bang, sumpah!", kataku meyakinkan Beni.

"Ben", panggil Mas Juan

"Maaf Mas Juan ada yang saya ingin bicarakan dengan mas", kata Beni dengan nada datar.

Dagdigdug, jantungku mulai berdetak kencang. Baru pernah ku lihat wajah Beni sebegitu tegangnya. Akupun khawatir dan penasaran, apa yang sedang mereka bicarakan. Raut muka Beni yang marah terlihat jelas.

Tak lama Beni dan Mas Juan masuk kedalam rumah dan menghampiriku

"Lainkali kalo kenapa - kenapa kabarin abang dulu bukan orang lain!"

"Abang maaf...", kataku sedih.

Beni tak mengucapkan sepatah katapun lagi, dua hanya mengambil kunci mobil dan pergi. Abang maaf bang, kataku dalam hati.

"Mas udah jelasin ke Beni"

"Makasih mas, tapi gak biasanya abang semarah itu"

"Sudah... Beni pasti marahnya sebentar kok", kata Mas Juan sambil mengambil segelas air minum."Minum obat dulu.."

Kuraih gelas itu namun yang kupegang adalah tangan Mas Juan, mata kami saling bertatapan.

"Mas pulang dulu yah, hari ini jadi bolos nih gara gara kamu", ujar Mas Juan mencairkan suasana.

"Siapa suruh anterin Rena.."

"Makasih ya mas", kataku lagi dan Mas Juanpun pergi.

Dua minggu berlalu, setiap hari yang ku lalui tidak ada hari yang terlewati tanpa SMS dan telepon dari Mas Juan.

"Kamu masih kontekan sama Mas Juan?"

"Masih bang, abang kenapa gak suka banget sama Mas Juan. Abang sendiri yang ngenalin", keluhku kesal melihat Beni yang selalu jutek kalau aku cerita tentang Mas Juan.

"Iya abang juga nyesel", ucapnya lirih.

"Abang kenapa sii...", kataku sambil memeluk Beni, "Nyesel kenapa? Rena seneng banget kenal Mas Juan, dia baik dan perhatian".

"Kamu seneng Ren?"

Kuanggukkan kepalaku sambil tersenyum lebar. Raut muka Beni sedikit berubah, namun masih terlihat ada kesedihan dimatanya.

"Adik abang udah besar, belum aja pacaran abang udah dicuekin. Tiap hari yang dilihat handphone terus"

"Ihh jadi abang cemburu? Abang tetep nomer satu dihati Rena bang...", kataku tertawa. Beni pun tersenyum sambil memandang wajahku.

"Kamu gak ketemu dia lagi?"

"Dia katanya sibuk bang, ada proyek katanya"

"Trus kamu kapan cari kerja?", tanya Beni tegas "kalau gak kerja-kerja kuliah aja", lanjut Beni

"Besok bang, beneran Rena janji. Kalo akhir tahun ini Rena gak kerja juga, Rena kuliah deh...". Ahh kalau lagi serius pasti bahasnya kesini lagi. Bukannya aku gak mau kuliah, hanya saja aku ingin kuliah dengan kerja kerasku sendiri.

"Ren"

"Janji satu hal sama abang", pinta Beni, "Kamu harus kasih tau abang kemana aja kamu pergi sama Mas Juan".

"Siap bang".

"Bang... Rena boleh tanya gak?"

"Apa?"

"Kok bisa abang manggil dia Mas Juan juga? Bukannya abang seumuran sama Mas Juan?",tanyaku penasaran.

"Gak, dia kakak kelas abang, waktu abang masuk kuliah dia mahasiswa semester akhir, ikut nge-OSPEK anak baru ", jawab Beni sambil membuka laptopnya. Hemm, lagi libur masih aja ngurusin kerjaan pikirku.

"Reuni itu privat party kan bang... Khusus angkatan abang aja?", tanyaku lagi.

"Yap, 100 point buat anda", canda Beni.

Dihh...Beni pikir lagi main kuis apa jadi kesel aku.

"Terus kenapa Mas Juan bisa ada disana bang?"

"Sama kayak kamu, karena bareng abang kamu jadi bisa masuk. Setiap satu undangan boleh bawa satu orang masuk"

"Emang Mas Juan bareng sama siapa bang, kok bisa masuk?"

"Ya karena bareng sama..."

Kata - kata Beni terhenti, dia terdiam sambil memandangiku.

"Sama siapa bang...? Abang pasti tau kan", tanyaku lagi.

"Dia sama...."

Dan lagi lagi Beni terdiam enggan melanjutkan kata-katanya.

BERSAMBUNG...........

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!