Episode 16

"Bangun Ren... Bangun..."

"Wuah!", teriakku kaget.

"Ahh sialan kamu ngapain sih kok bisa dikamarku! Ganggu aja!", seruku kesal. Kepalaku sedikit terasa sakit karena kaget terbangun dari tidur.

"Kamu mimpi mesum yah.... Hahaha dasar otak cabul", ledek Barun.

Entah kenapa Barun ada dikamarku sepagi ini, "Pergi sana aku mau mandi!".

"Mandi tinggal mandi sana, kita berangkat kantor bareng ya.... Aku mau curhat", kata Barun bersikap sok imut dan benar benar membuatku kesal.

"Iya iya iya!", seruku

"Pergi sana! Tunggu di ruang tamu!".

Setelah mandi, aku berjalan menuju meja riasku.

"Jangan buka buka privasi orang", kataku sambil mengambil handphoneku yang dipegang Barun.

"Kenapa gak tunggu di luar saja, ini kamar gadis tau", kataku.

"Aku gak pernah anggap kamu gadis", sahut Barun.

"Dasar gila!", kataku sambil melemparkan kotak bedak kearah Barun.

"Run, aku berangkat dulu ya buru buru ada meeting mendadak. Titip Rena ya", seru Beni.

"Kamu bilang mau curhat, kenapa?"

"Aku berantem sama Abang"

"Bukan kali ini aja kan..."

"Dia suruh aku kuliah di luar negeri"

Aku langsung terdiam mendengar kata kata Barun, kuliah? Diluar negeri? pikirku dalam hati. Aku berdiri menghampiri Barun yang duduk di tepi tempat tidurku.

"Arrrgh!", seru Barun kesakitan saat ku jitak kepalanya.

"Kamu bodoh? Itu kesempatan langka, buat apa disini kami kerja sambil kuliah kalau kamu bisa kuliah dengan fokus diluar negeri. Apa yang kamu pikirkan lagi"

"Kamu..."

Aku sedikit terkejut mendengar jawaban dari Barun. Aku mencoba bertanya sekali lagi untuk meyakinkan, "Aku...??? Apa hubungannya denganku?".

"Kamu... Kamuu...", Barun tak melanjutkan kata katanya padahal aku benar benar menunggu jawabannya.

"Kamu trouble maker, wahh aku gak bisa membiarkanmu sendiri disini. Bentar bentar berantem sama Beni. Apa kamu tahu seringkali aku menenangkan Beni, tapi kamu tidak pernah berterimakasih kepadaku, teman macam apa kamu ini".

Aku menatap kesal ke arah Barun.

"Yang trouble maker itu kamu", kataku sambil mengacak acak rambut Barun yang ikal itu dengan kesal.

"Awh hentikan dasar macan!", seru Barun sambil berlari menghindariku.

Aku tertawa terbahak bahak. Walau kadang menyebalkan aku akui dia sebenarnya sangat baik. Sangat menyenangkan berteman dengannya.

Tak lama kemudian, sesampainya di kantor. Aku dan Barun berjalan masuk, beberapa orang yang mengenal Barun mengucapkan salam.

Aku masih menahan tawa teringat tingkah Barun, kami bersama sama masuk ke ruangan mas Andra. Saat kami masuk mas Juan berada didalam bersama mas Andra.

"Pagi pak Andra, pagi pak Juan...", sapaku.

"Kalau tidak ada karyawan lain jangan panggil pak", protes mas Andra.

"Aku tak setua itu untuk dipanggil bapak kan", kata mas Andra lagi sambil berkaca di layar handphone.

Mas Juan masih menatapku sambil pura pura membaca dokumen, huff jadi canggung.

"Ren, kamu bereskan file yang dimeja saya. Dokumen yang kemarin itu segera diselesaikan sebelum istirahat siang, lalu berikan pada Rasma".

"Baik...", kataku sambil berjalan menuju meja mas Andra.

Terlihat Barun masih berdiri, ada mas Juan disana pasti dia enggan duduk.

"Sampai kapan kamu mau berdiri terus, cepat duduk!", seru mas Andra baru pernah ku dengar mas Andra berbicara dengan Barun dengan nada tinggi.

"Kamu gak pantas...jangan sok galak gitu gak cocok sama mukamu", ledek mas Juan.

"Ahh kamu benar An, otot mukaku jadi kaku. Gara gara anak sialan ini...", keluh mas Andra

Aku menghela nafas lega, sempat ku berpikir kalau mas Andra marah besar dengan Barun. Barun langsung duduk menuruti mas Andra.

"Kenapa mukamu? Tadi pagi baik baik saja...", tanya mas Andra melihat wajah Barun yang lecet tidak sengaja terkena kuku-ku tadi pagi.

"Dicakar macan betina...", jawab Barun.

"Macan betina?"

"Apa yang kamu maksud macan betina itu gadis yang sekarang sedang berdiri disana", mas Andra langsung menunjukku.

****** aku, mas Juan pasti bakal salah paham lagi. Aku langsung membalikkan badan menghindari tatapan mas Juan.

"Memang apa yang kamu lakukan padanya, sampai cakar cakaran begitu?", tanya mas Andra lagi.

"Aku hanya membangunkannya pagi ini, dan menunggunya mandi. Tak kusangka dia mencakarku"

"Mandi!!!", seru mas Juan dan mas Andra bersamaan. Ahh sial, Barun mulai lagi didepan mas Juan.

Suasana di balik punggungku sangat mencekam, aku benar benar merasa ada seseorang yang ingin memakanku hidup hidup.

"Bukan...bukan yang seperti yang kalian pikirkan", kataku berusaha memperbaiki suasana.

"Ah terkadang Rena memang begitu agresif", tambah Barun.

"Aku benar benar ingin membunuhmu Barun Raharja", kataku lirih sambil menatap tajam ke arah Barun.

Barun hanya tersenyum senyum melihatku. Dan sungguh wajah mas Juan terlihat merah padam. Ahh aku benar benar ingin mengatakan sesuatu, tapi tak bisa.

Beberapa kali aku berusaha kontak mata dengan mas Juan namun dia mengabaikanku, dia pasti marah sekali kepadaku. Aku benar benar ingin menjelaskannya, Ya Tuhan berikan aku kesempatan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!