Hari pertama kerja, ku pergi menemui mas Andra diruang kerjanya. Yah hanya sekedar basa basi saja, setiap pagi aku dan dua orang karyawan lainnya harus membersihkan galeri dan barang barang di dalamnya, mencatatat penjualan, menawarkan barang, dan pada jam 4 sore mulai membersihkan dan menutup semua barang menggunakan kain putih.
Akupun mulai berkerja, ada beberapa orang datang mencari funiture. Semuanya dari kelas atas, salah satu karyawan mengajariku bagaimana caranya menawarkan barang dan merayu konsumen hingga mereka mau membeli furniture dari galeri baik cash maupun kredit. Akupun cepat belajar dan awal yang baik, aku mendapatkan 10 konsumen hari ini.
Tak terasa hari mulai sore, akupun berbenah setelah menyelesaikan pembukuan.
"Ren, nanti laporanmu kamu serahkan sendiri ke Pak Andra", kata salah satu karyawan yang bernama Sofyan.
"iya mas, terima kasih ya",, sahutku dan Sofyanpun berpamitan denganku lalu pergi. Aku berjalan ke ruang kerja mas Andra.
Saat ku masuk, lemari dokumen terbuka terlihat mas Andra berdiri disebelah lemari sambil membaca dokumen.
"Permisi mas, saya mau naruh laporan",kataku sambil menaruh file laporan penjualanku di meja mas Andra.
Tiba tiba dari belakang mas Andra memelukku, aku langsung terkejut dan belum sempat ku teriak dia langsung membungkam mulutku.
"Psssttt diam", bisiknya lirih.
Aku mengatur nafasku, suara ini benar benar tidak asing. Ku tolehkan wajahku dan benar saja ternyata mas Juan.
"Mas apa apaan", bisikku kesal. Aku tak menduga bahwa yang berdiri di depan lemari itu adalah mas Juan. Postur tubuh mereka memang sangat mirip.
"Kamu sibuk kerja, mas kangen banget jadi mas kesini lihat kamu kerja", jawab mas Juan lirih.
Aku tersenyum malu, lalu kucium pipi mas Juan.
"Yang kanan belum Ren", ledek mas Juan.
Dia membelai rambutku dan mencium keningku,perasaanku benar benar melayang.
Tiba tiba terdengan suara mas Andra yang sedang menerima telepon mendekat, seketika kami melepaskan pelukan dan berpura pura tidak terjadi apa apa.
Akupun berpamitan pulang, dan tak lama setelah itu mas Juan menyusulku didekat halte.
"Cepat masuk", kata mas Juan
Akupun menurutinya dan masuk kedalam mobil.
"Tadi mas belum sempat tanya, bagaimana kerjamu hari ini?", tanya mas Juan.
"Aku sudah jual 10 unit pada 10 konsumen mas", jawabku gembira.
"Wah baguus, tapi apa kamu tau target penjualan berapa?", tanya mas Juan lagi.
Aku menggangguk, memang sedikit sulit dengan furnitur yang semahal itu untuk memasarkannya. Kaum menengahpun susah untuk membelinya, hanya orang orang kaya saja.
"Kalau susah pindah ke perusahaan mas saja", tawar mas Juan.
"Harusnya mas bantu aku, bukan bikin aku menyerah", sahutku kesal.
Mas Juan hanya tertawa, melihatnya tertawa tidak tahu kenapa jantungku ikut berdegup kencang. Aku benar benah telah jatuh, pikirku.
Mas Juan mengantarkanku pulang,aku mengajaknya masuk. Dan ternyata didalam ada Yani dan Beni sedang mempersiapkan makan malam.
"Wah kalian masak...", kataku keheranan.
"Kami mau merayakan hari kamu pertama kerja, eh ternyata ada tamu tak diundang",kata Yani ketus.
Beni memegang pundak Yani sambil berkata, "Jangan merusak suasana".
Aku sama sekali tak menyangka, Beni begitu ramah dengan mas Juan. Dia mempersilahkan mas Juan duduk dan makan bersama. Diapun mengajak mas Juan ngobrol banyak seputar pekerjaan dan lain lain. Hingga aku dan Yani merasa di abaikan.
Aku dan Yani saling berpandangan, tidak biasanya Beni bersikap seperti ini kepada mas Juan.
Aku berjalan menuju Beni yang sedang minum didapur, ku lihat mas Juan sedang ngobrol dengan Yani di ruang tamu.
"Tumben bang..."
Beni hanya mengangguk dan melanjutkan minumnya, diletakkannya gelas diatas meja dan Beni pun berkata, "Kamu mau abang mati tersedak air?".
Akupun tersenyum lucu,"Apa yang sedang abang rencanain ke mas Juan?".
Beni menatapku sambil tersenyum simpul, TAK dia menjitak dahiku.
"Auww!!", seruku kesakitan.
"Otakmu perlu dicuci biar gak mikir macam macam", kata Beni sambil tersenyum dan meninggalkanku.
Mas Juan dari jauh melihatku dan Beni sambil tertawa, lalu dia berjalan dan menghampiriku.
"Harusnya kamu bersyukur Beni bersikap baik kepadaku", kata mas Juan sambil mengelus elus dahiku tepat dimana Beni menjitakku.
Mas Juan memang benar, namun aku masih merasa aneh. Beni bukan orang yang mudah berubah pikiran. Tapi kalau memang benar seperti itu adanya, aku sangat bahagia.
Ku tatap mata mas Juan dan mengangguk, dia memelukku hangat. Aku benar benar merasa bahagia. Benar benar sudah seperti keluarga rasanya nyaman sekali. Aku merasa sangat bahagia dengan suasana yang seperti ini.
DRRRRTT, tiba tiba handphoneku bergetar.
"Aku benar benar ingin menghajar orang yang menelepon", gerutu mas Juan kesal.
"Mas ini ada ada saja, sebentar ya....",kataku sambil mengangkat telepon dari Barun.
"Oke", kataku sambil menutup telepon.
"Sedekat apa kamu dan Barun?", tanya mas Juan.
" Dekat banget, dia sering kesini", jawabku singkat,"Kenapa?".
"Kalau disuruh memilih antara mas dan Barun kamu pilih siapa?", tanya mas Juan lagi.
Ku pandangi mas Juan dengan tersenyum lucu, dia cemburu dengan Barun pikirku.
"Mas seperti anak kecil deh hahaha", kataku sambil tertawa."Yang satu pacarku yang satu sahabatku, aku harus milih yang gimana maksud mas?".
"Ren mas serius....", kata mas Juan dengan raut muka cemburu yang sangat lucu. Akupun hanya tertawa dan melihat raut muka mas Juan yang seperti itu aku benar benar enggan menjawabnya hahaha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments