Episode 12

Aku berlari menuju galeri, sial handphoneku mati aku jadi kesiangan. Bisa bisa mas Andra marah, pikirku cemas. Seperti yang Barun katakan semalam, mas Andra memintaku datang jam 7 langsung ke kantornya dan sekarang jam 7. 15 ****** aku.

Dan benar saja terlihat mas andra di depan galeri hendak pergi dan aku langsung langsung menghampirinya. "Selamat pagi mas Andra, maaf saya terlambat".

Mas Andra hanya memandangku dan melihat arloji ditangannya, "Masuk!".

"Hahh??", aku masih tak mengerti maksud mas Andra.

Dia menarik tanganku masuk kedalam mobil, dan langsung tancap gas. Aku hanya diam sambil mengatur nafas, aku benar benar kelelahan.

Krucuukkk, suara perutku berbunyi. Mendengar itu mas Andra tertawa dan memarkirkan mobilnya.

"Ayo turun, kita makan dulu", ajak mas Andra.

Bodohnya aku, aku malu sekali benar benar sampai tak ada tenaga untuk turun dari mobil. Dan dari luarpun mas Andra terlihat melambaikan tangan memaksaku untuk turun.

Aku dan mas Andra berjalan masuk ke dalam restoran,

" Kamu pesen dulu aku cari tempat dulu", kata mas Andra sambil menyodorkan kartu kredit.

"554433, pesankan sandwich tuna dan american latte . Kamu boleh pesan apa saja yang kamu mau", kata mas Andra berbisik.

Akupun ke kasir dan memesan makan. Setelah pesanan kami siap aku membawanya dan mencari mas Andra.

Aku berjalan menuju meja mas Andra, didepannya tampak seseorang sangat familier. Ya sudah bisa ditebak, mas Juan.

Huff,aku menghela nafas. Kenapa harus bertemu mas Juan disaat saat seperti ini. Dan pasti nanti dia akan marah, pesannya semalam belum sempat ku balas.

Sial sekali aku hari ini, keluhku dalam hati. Aku duduk disamping mas Andra, dan menyerahkan pesanan serta kartu kreditnya, "Ini mas, terima kasih".

"Wah,hebat sekali kamu Ndra. Kartu kreditmu saja kamu berikan pada karyawanmu, hemm yang hebat kamu atau karyawanmu ya... ", sindir mas Juan.

Benar benar mas Juan ini paling bisa buatku tak berkutik. Dan yang lebih menyebalkan lagi mas Andra hanya tertawa saja.

" Tapi memang Rena manis sekali... ", puji mas Andra. Namun pujian itu benar benar membuatku semakin kesal, aku seperti berada tepi tebing.

" Ya siapa lagi yang paling tahu betapa manis sikapnya itu", kata mas Juan. Entah apa yang dipikirkan mas Juan sampai dia berbicara seperti itu di depan mas Andra.

Aku dan mas Andra menatap mas Juan dengan penuh tanda tanya, sadar akan tatapan kami mas Juan pun berkata, "Pacarnya mungkin...".

"Tapi setahuku Rena gak punya pacar, iya kan Ren", kata mas Andra meyakinkan.

"Iya belum mas, belum ada yang mau sama Rena", sahutku ketus sambil menatap mas Juan.

"Adikmu Ndra?", tanya mas Juan lagi.

"Ahh si kacung satu itu, dia bodoh sekali. Dia selalu disekitar Rena tapi tak bisa melihat Rena sebagai perempuan sama sekali. Yang dilakukannya hanyalah mengikuti Beni, aku juga sempat berpikir apa Barun itu normal. Tapi kalau melihat Beni, tidak mungkin dia gay".

"Mari makan....", kataku sambil mengalihkan pembicaraan.

"Apa ini kebetulan kalian makan menu yang sama?", tanya mas Andra membuat jantungku seakan berhenti sejenak.

"Kalau Juan udah jelas, salad udang saud lemon itu kesukaannya. Kalau kamu Ren? Setahuku Barun pernah berkata kalau kalian punya kesamaan sama sama tidak suka udang", tanya mas Andra lagi.

"Ini... Ini... ", ****** aku apa yang harus aku katakan. Tidak mungkin aku berkata ini kesukaan mas Juan, aku benar benar ingin pergi dari sini. Tuhan tolong aku.

"Rena penasaran aja mas, pernah lihat orang makan sepertinya enak. Jadinya aku pesan ini ingin tahu seperti apa rasanya".

"Kenapa kamu ganggu makan karyawanmu Ndra", kata mas Juan sambil menjejalkankan sepotong sandwich ke mulut mas Andra.

"Kalian sering makan bareng seperti ini?", tanya mas Juan.

"Baru kali ini... Aku akan bawa Rena ke kantor Pusat",kata mas Andra.

UHUK! Mas Juan sampai tersedak mendengarnya, akupun heran tak tahu menahu mengapa aku dibawa ke kantor pusat.

"Maksudmu?", tanya mas Juan bingung.

"Aku akan bawa dia menemui Rasma, mendaftarkan dia jadi asistenku buat menggantikan Dini".

Asisten? Setahuku mas Andra dan mas Juan serta satu lagi temannya mereka yang mendirikan perusahaan itu. Dengan kata lain aku akan menjadi asisten direktur. Woah! Aku benar benar sedang bermimpi,pikirku.

"Apa kamu gila, bagaimana dengan pendidikan dan kinerja dia? ", tanya mas Juan.

Mas Andra menyerahkan amplop coklat, dan mas Juan segera membukanya.

"Dibagian laporan penjualan itu kamu pernah memintaku merevisinya, dan aku masih tidak sempat untuk merevisinya. Dan seperti yang kamu lihat, Rena merevisinya sendiri",

"Pendidikan bukan alasan, beri waktu 3 bulan. Aku yakin dia bisa menyesuaikan diri",kata mas Andra lagi.

Mas Juan hanya menunduk. Aku tak mau banyak bicara, ini sepertinya urusan interen mereka.

"Ayo Rena cepat makan, kita berangkat", kata mas Andra.

"Ndra, mobilku dibengkel aku ikut mobilmu. Kita kan searah", kata mas Juan merayu.

"Kamu mau jadi pengganggu!?", kata mas Andra kesal.

Dalam hatiku aku tertawa, aku tahu ini alasan mas Juan saja. Dia tidak rela aku berduaan dengan mas Andra. Terkadang aku tak menyangka diusia mas Juan yang dewasa itu bisa bertingkah seperti anak kecil juga kalau sedang cemburu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!