Episode 6

Ku pandangi mas Juan dengan perasaan penuh tanda tanya,apakah mungkin sebenarnya mas Juan itu penyuka sesama jenis.

"Kamu apa-apaan si Ren?", kata mas Juan tak nyaman.

"Mas lagi gak nyembunyiin sesuatu dari aku kan", tanyaku curiga.

Belum sempat mas Juan menjawabnya mas Andra datang.

"Bro aku butuh bantuanmu penting, Ren kami tinggal dulu yah", kata mas Andra terburu-buru dan menarik mas Juan pergi.

Tak terasa waktupun berlalu, pesta pembukaan galeri pun selesai. Aku berjalan keluar galeri terlihat Barun dan mas Beni sedang berbicara. Mereka terlihat serius dan... Beni merokok lagi sejak kapan. Aku pun terhenti dan memperhatikan mereka.

Aku pikir Beni datang untuk menjemputku ternyata tidak, setelah berbicara dengan Barun dia pergi.

Tin tinnn, terdengar bunyi klakson membuyarkan perhatianku.

"Ren!!", panggil Yani

"Kamu mau ikut aku pulang atau enggak?", serunya lagi.

"Bentar aku tanya mas Juan dulu", kataku sambil masuk kembali mencari mas Juan.

Terlihat mas Juan seperti bertengkar lewat telepon, mas Juan bertengkar dengan siapa, tanyaku dalam hati. Jantungkupun kembali berdegup kencang. Aku berlari keluar dan langsung masuk mobil Yani.

"Jalan Yan", perintahku.

Yani langsung tancap gas ke arah rumah.

"Tadi waktu acara kamu ke mana Yan?", tanyaku.

"Sakit perut, di toilet terus mencret nih", jawab Yani.

"Aku tadi lihat Beni ngobrol sama Barun"

Raut muka Yani mulai berubah, "Bang Beni bukannya hari ini lembur yah Ren, masa ada disini juga ngapain".

"Entahlah, kalaupun dia beneran disini aku yakin kamu pasti tau",kataku lagi.

"Aku gak tau Ren", sangkal Yani. Namun aku yakin ada yang mereka sembunyikan dariku, jelas-jelas aku lihat Beni gak mungkin aku salah lihat.

"Kamu gak pulang sama mas Juan?", tanya Yani.

"Gak", jawabku singkat.

"Kenapa?"

"Kayaknya dia sibuk", jawabku.

Entah kenapa aku merasa hatiku tidak tenang nyesek apalagi lihat Beni sampai merokok lagi, pertama aku lihat dia merokok saat cinta pertamanya ninggalin dia dan berujung mabuk.

Tapi dia lagi gak kencan sama siapa-siapa pikirku. Mas Juan juga tak biasanya aku dengar dia bicara dengan nada tinggi. Ada apa sebenarnya, Beni kenapa, mas Juan bertengkar dengan siapa.

Yani langsung pamit pulang setelah mengantarku. Ku lihat Beni tertidur di sofa depan TV yang masih menyala.

"Gak usah pura pura deh", kataku ketus.

"Emmm kamu dah pulang Ren", kata Beni seolah olah baru terbangun dari tidurnya.

"Dari mana tadi?", tanyaku

"Aku gak kemana mana, di rumah aja", jawab Beni sambil menutup mukanya menggunakan hoddie.

"Pergi sana ah gue ngantuk", kata Beni lagi

"Kamu bukan ngantuk bang tapi mabuk!", seruku kesal.

"Kamu kenapa sih!! Kalau ada masalah bilang gak gini caranya!!", seruku sambil memukul muku Beni. Namun Beni tetep diam tak bergeming.

"Abang tetep gak mau ngomong nih"

Aku terdiam menunggu respon Beni, dia tetap diam tak bergerak. Ku berlari menuju kamarku dan mengambil sedikit bajuku dan barang lainnya.

"Abang gak ngomong Rena pergi"

Brakkk! Ku banting pintu dengan keras. Ku berjalan cepat meninggalkan rumah. Sial! Beni sama sekali tak mengejarku.

Aku terduduk sendiri di bangku taman tak jauh dari rumahku. Jam menunjukan jm 01.00 pagi, gak mungkin aku kembali ke rumah dan gak mungkin juga aku tidur di jalan. Sial banget hari ini mas Juan juga gak ada hubungin aku. Air mataku tak tertahan lagi, akupun menunduk dan menangis.

"Mba-mba", kata seseorang menepuk punggungku dan ku tengadahkan kepalaku.

"Sial ternyata kamu Ren, ku kira siapa malem-malem nangis di pinggir taman".

"Barun kok kamu disini?", tanyaku heran.

"Aku yang harusnya tanya, kamu ngapain malam malam disini sendirian lagi, gak takut diculik", kata Barun.

"Berantem sama Beni..."

"Terus kamu minggat gituu hahahaa... Rena Renaa kamu pikir kamu anak SMA ada masalah terus minggat", ledek Barun.

"Diam kamu gak lucu, eh Run tadi Beni ke galeri kan. Aku lihat kamu sama Beni ngobrol kalian ngomongin apa!", tanyaku kesal.

Barun hanya tersenyum sinis, "Loh Rena", panggil seseorang dari balik pohon.

"Mas Andra... Mas ngapain di situ?", tanyaku heran.

"Mas nyari kartu tadi lagi jalan sama Barun ada telpon ehh kartunya jatuh gak tau di mana, tapi udah ketemu kok", jawab mas Andra sambil menunjukan kartu kunci masuk galery.

"Aku baru tahu kalau kamu itu adik Beni", tambahnya lagi.

"Rena ngapain di sini?"

"Minggat bang hahahah", ledek Barun.

"Kalo Rena gak ada tempat pulang ke galeri aja, masih ada kamar kosong satu", tawar mas Andra.

Aku kaget mendengar tawaran mas Andra, tapi itu berarti tinggal bersama mas Andra dan Barun. Tapi untuk sementara mungkin lebih baik daripada tidur dijalan.

"Baiklah mas, tapi mungkin sampai besok saja. Besok temen Rena jemput, sekarang sudah tidur sepertinya", kataku setuju.

"Tapi nunggu temenku dulu dia lagi ambil mobil karena aku bosen jadi aku ajak Barun jalan duluan"

"Bentar lagi nyampe bang, baru aja ku telpon", kata Barun.

"Makasih ya mas", ucapku.

Terang saja belum ada 5 menit, mobil minibus putih berhenti dihadapan kami. Dan mas Andra menghampiri sambil mengetok kaca jendela, kaca jendela pun turun perlahan dan oh My God...!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!