Diperjalanan pulang kepalaku benar benar sesak rasanya. Aku percepat jalanku agar cepat sampai di rumah.
"Bang... Bang....!!", panggilku.
Terdengar suara gemricik air dari kamar mandi Beni, tanpa permisi akupun masuk kamar Beni. Akupun terheran heran di kamar Beni ada tas dan baju cewek. Aku berdiri tepat di depan pintu kamar mandi. Akan kupergoki saat ini juga, pikirku sambil bertolak pinggang.
KRREEK...
"Woah!!!", seruku kaget dan aku benar benar terkejut ketika melihat Yani yang keluar dari kamar mandi Beni.
"Ngapain sih bikin kaget orang!", protes Yani.
"Aku yang harusnya nanya ngapain kamu disini!", seruku kesal.
Yani tak berkata apa apa.
"Wah gila!!", seruku.
"Bukannya kamu pulang nanti sore kenapa sudah sampai rumah sih?", tanya Yani dengan lugunya.
"Wah lama lama aku benar benar gila!".
"Mikir apa si kamu Ren, otak kotor dasaar!", seru Yani kesal. "Kamu ngapain kamar dikunci segala, lagian ini rumah ngeselin banget kamar mandi didalam kamar semua! Aku sudah ijin Beni tadi aku makan bareng Beni sausnya tumpah!".
Aku terperangah mendengar jawaban Yani, aku benar benar berpikir mereka tidur berdua. Dasar bodoh, ku memaki diriku sendiri.
"Aku tadi ketemu Nisa dan Juan"
Yani langsung terkejut dan berdiri,"Yang bener kamu!".
"Iya serius".
"Terus terus....?? ",tanya Yani semakin penasaran
"Ya kita....", jawabku singkat
"Kamu biasa aja gitu Ren? Yang sabar ya Ren..", kata Yani sambil memelukku.
"Kamu berlebihan banget sih Yan",aku sedikit bingung dengan sikap Yani namun aku tetap membiarkan Yani memelukku.
"Ada apa ini...?"
Beni tiba tiba muncul, Ahh sial aku jadi melupakan hal penting yang akan ku tanyakan kepada Beni.
Aku menyuruh Beni duduk dan kukeluarkan semua pertanyaan dan keluh kesahku. Aku mempertanyakan pada Beni semua hal, termasuk pertemuannya dengan Barun dan kenapa dia tidak bicara apapun tentang Nisa.
Beni hanya menjelaskan dia menginginkan aku melanjutkan sekolahku, dan pertemuannya dengan Barun dia enggan menjawab. Dan tentang Nisa... Beni hanya menjawab tidak ada yang istimewa dan tidak ada yang perlu untuk dibicarakan.
Sedikit bisa ku terima namun aku benar benar masih penasaran kenapa Beni tetap tidak mengakui bertemu dengan Barun dan ada urusan apa dimalam itu.
"Oh ya bang, ada satu lagi "
"Bicaralah abang dengarkan"
"Kenapa abang gak suka sama mas Juan?"
"Gak suka aja, apa kita harus punya alasan buat suka atau gak suka sama orang"
"Sebenarnya mas Juan itu siapa sih bang?", tanyaku.
Beni dan Yani langsung melihatku tajam, "Tadi aku ketemu Nisa sama Juan di Cafe".
"Lalu Juan bilang apa sama kamu?", tanya Beni langsung meraih pundakku.
"Dia minta maaf"
Beni langsung memelukku, "Dia minta maaf karena dia gak bisa datang saat reunian".
Beni melepaskan pelukannya dan berkata, "Maksudmu Juanita...".
Aku mengangguk,"Kalau dia adalah Juan yang abang maksud lalu mas Juan itu siapa?".
"Aku juga tak menyangka bisa ada kebetulan semacam ini, saat kamu mengatakan kamu bertemu dengan Juan aku langsung memastikannya. Dan seperti dugaanku ternyata benar kamu bertemu dengan Juan yang itu".
"Saat itu ingin sekali aku mengatakan padamu, bahwa kau salah mengenali Juan yang aku maksud, tapi aku tak tega melihat kamu begitu bahagia kenal dengan Juan", lanjut Beni
"Lalu saat abang bilang kepada mas Juan, abang beri dia waktu untuk menjelaskan padaku itu apa? Apa yang harus dijelaskan? Apa yang harus diselesaikan?", tanyaku sambil meneteskan air mata.
"Maaf Rena, kalau masalah itu abang udah janji sama Juan. Biar dia sendiri yang menjelaskan "
"Bang....."
Beni hanya terdiam, ku sandarkan kepalaku di bahu Yani.
"Ren, kalau kamu tidak sabar menunggu. Kamu cari tahu sendiri aja. Kamu tahu sendiri Beni kalau sudah berjanji gak akan dia ingkari",kata Yani.
"Tunggu Ren...", tiba tiba Beni menyela.
"Jadi kamu dengar pembicaraanku dan Juan, sebanyak apa kamu tahu?", lanjut Beni
"Hanya itu saja bang tidak lebih, aku juga dengar mas Juan memohon ke abang untuk membiarkannya berpacaran denganku walau hanya sebentar. Kenapa hanya sebentar, itu benar benar buat hatiku sakit bang".
"Maafkan abang Ren..."
"Abang hanya ingin kamu bahagia, udah gitu aja", lanjut Beni.
Aku tertunduk, sudah jelas mereka menyembunyikan sesuatu dariku. Aku pasti akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Dan hari dimana aku bekerja untuk pertama kalinya pun datang. Wah aku benar benar senang, akupun berkhayal jika nanti aku mendapatkan gaji, aku menabung untukku melanjutkan kuliah, nraktir makan, kasih hadiah ke mas Juan. Dan sejenak aku merasa sedih, gajiku takkan cukup untuk semua hal itu.
Huff,aku menghela nafas. Ucapan selamat bekerja dan jauhi mas Andra dari mas Juan ku baca berkali kali sambil tersenyum sendiri.
Selesai memanasi mobil Beni memanggilku untuk segera berangkat, diapun mengantarkanku ke galeri.
Aku turun dari mobil dan bersiap masuk ke galeri,aku harus semangat!!!seruku dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments