"Mataku bengkak yah", ucapku lirih ke arah Barun.
"Dasar Bodoh"
Aku hanya tertunduk, sambil memutar mutar handphoneku. Mungkin sebaiknya aku gak menanyakan itu dulu, siapa tahu yang didalam ruangannya itu klien atau karyawan yang lain.
"Haish! Kalau bang Andra lihat kamu begini pasti mikir yang enggak enggak nih. Jawab apa nanti kalau dia tanya"
"Maaf....", kataku lirih
"Ayo buruan dikompres! Sebelum bang Andra datang"
"Run...."
"Apa"
"Mas Andra gak akan datang...."
"Kok bisa"
"Kamu lihat aja sekarang jam berapa! 5 menit lagi jam istirahat pasti dia akan makan siang dulu baru balik kekantor!"
Moodku benar benar berantakan hari ini. Aku berdiri dan keluar ruangan mengambil tasku, aku berjalan keluar perusahan. Lebih baik aku naik taksi saja, aku mau ke restoran ramen. Makan makanan yang pedas pasti bisa memperbaiki moodku.
Aku berjalan menuju stand taksi, seketika langkahku terhenti. Jantungku kembali berdegup kencang.
"Ren tung...", Barun yang sedari tadi mengikutiku dari belakang tiba tiba menghentikan langkahnya juga tepat disebelahku.
Rasanya seperti mimpi, mobil mas Juan lewat dan berhenti di depan seorang gadis. Aku sangat yakin, dia yang tadi berada diruangan mas Juan. Bajunya pun sama dress cokelat dengan bunga bunga kecil berwarna kuning.
Lalu mas Juan keluar dari mobil dan membukakan pintu untuknya.
"Run... I i tu.. I..tuu", kataku terbata.
Lidahku terasa benar benar kaku, tanganku gemetar, jantungku berdetak cepat, nafasku naik turun tak beraturan.
Dan tiba tiba mas Juan seolah tau sedang diperhatikan, dia menoleh ke arah kami.
Aku langsung menunduk dan memejamkan mata, aku benar benar tak ingin melihatnya.
BRMMM, terdengar suara mobil melaju.
"Sudah pergi Ren...", kata Barun.
Badanku terasa lemas, tanganku gemetar. Barun yang berdiri didepanku memegang erat kedua tanganku.
"Dia tidak melihatku kan Run", kataku sambil menangis.
Barun menggeleng, "Mungkin dia hanya melihat punggungku saja".
"Kamu tahu siapa gadis itu dan apa hubungannya dengan mas Juan?"
Barun terdiam,"Maaf Rena...".
"Kalaupun kamu tahu jangan pernah beri tahu aku, aku akan berpura pura tidak melihat ini. Aku ingin mas Juan sendiri yang menjelaskan padaku"
"Kau baik-baik saja?"
"Mana mungkin aku baik-baik saja Run", kataku sambil menangis dipelukan Barun.
Barun mengajakku duduk ditaman, di membelikanku minuman dan sebungkus roti.
"Makanlah"
"Jadi dari awal kamu udah tahu, bukan bukann,,, kalian sudah tahu. Rupanya hanya aku yang tidak tahu. Pantas saja Beni gak suka dengan mas Juan".
"Yah begitulah Ren"
"Tapi belum tentu kan dia itu selingkuhannya mas Juan", kataku dan entah mengapa Barun langsung tersedak saat mendengarnya.
"Kamu saja yang terlalu bodoh", ejek Barun
"Jangan kasih tau Beni ya.."
"Sudah tahu dia... Baru saja aku kasih tahu dia"
"Apa katanya..."
"Biarkan Rena tenang dulu...."
"Ayo kembali ke kantor... Aku gak apa apa"
Aku dan Barun berjalan kembali ke kantor, sepanjang jalan aku hanya diam begitupula dengan Barun.
Pikiranku tidak tahu kemana mengarah, aku merasa bingung. Saat bekerja pun aku hanya menuruti apa yang diperintahkan, tanpa ekspresi tanpa senyum.
Hingga saat pulang kerja, seperti biasa mas Juan menungguku diujung jalan dekat halte. Mas Juan memang tak pernah ingkar janji, kataku dalam hati.
"Kamu kenapa Ren...? Aku lihat berkali kali kamu menghela nafas. Ada yang mengganggu pikiranmu?"
Tentu saja, jawabku dalam hati. Ingin rasanya aku berkata seperti itu.
"Mas tadi siang kemana?"
"Meeting dengan klien, kan mas sudah kasih tahu kamu kan..."
"Kliennya cewek atau cowok? Cantik gak...."
"Kamu kenapa si Ren... Gak biasanya seperti ini"
Lagi lagi tidak dijawab, gerutuku dalam hati.
"Klien aku itu adik kelas waktu kuliah mungkin satu angkatan dengan Beni, Tapi kalau dibandingin kamu yah masih manis kamu lah Ren"
"Mas sejak kapan belajar gombalin orang"
"Hahahaha... Kamu ini ada ada aja Ren"
Mas Juan sepertinya jujur, apa mungkin aku yang salah paham. Mungkinkah dia juga harus mengantarkan kliennya itu pulang.
"Mas mampir yah", kata mas Juan saat sampai di depan rumah.
"Gak usah... Mas pulang saja Rena capek"
"Kamu kenapa Ren... Dari tadi diam terus, mas ada salah? Mas minta maaf yah"
"Gak kok mas... Tenang aja"
Aku keluar dari mobil mas Juan, dan mas Juan mengejarku sampai ke depan pintu rumah.
"Kamu jangan seperti ini dong Ren, ada apa bilang..."
"Aku lelah mas... Gak ada apa apa kok"
"Ya udah kalau begitu..."
"Mas buatin kamu makan yah..."
Mas Juan langsung masuk kedalam rumah, aku berniat menghentikannya tapi tidak ada kesempatan.
"Kamu mandi dulu Ren, nanti selesai mandi baru makan"
Aku hanya menggangguk saja, terserah saja lah mau apa hari ini aku benar benar tak ada keinginan apapun.
Setelah mandi aku langsung menemui mas Juan yang berada didapur, aku duduk disebelahnya dan langsung memakan nasi goreng buatannya.
"Kamu suka?", tanya mas Juan
Aku mengangguk sambil meneteskan air mata.
"Apa begitu enaknya sampai kamu menangis Ren?", tanya mas Juan keheranan.
Aku tak bisa berkata kata, aku terus menangis sambil memakan nasi goreng itu hingga hampir habis. Mas Juan melihatku dan menatapku, dia langsung meraih sendok dan memeluk erat.
Aku menangis sesenggrukan di bahu mas Juan, aku meluapkan kesedihanku lagi tanpa berkata apapun.
Mas Juan menepuk nepuk punggungku, "Ren, berikan mas waktu. Semua tak semudah yang kamu pikirkan, mas hanya butuh kepercayaan mu saja. Tetaplah disisiku Ren, hingga semuanya siap. Semua hanya tentang waktu, tapi percayalah aku sangat menyayangimu Ren... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments